Lately I been losing sleep
dreaming about the things that we could be.OneRepublic.
Kalau memang bisa, Jungkook masih mau sesekali menemui Seokjin atau bahkan Ayahnya. Tapi nyatanya perkataan Seokjin waktu itu soal pertemuan terakhir bukan sekedar omongan.
Walau sedikit, Jungkook tidak pernah berhasil mengetahui kabar kakaknya itu. Di mana sekarang kakaknya melanjutkan pendidikan, atau bahkan tempat tinggal mereka. Terakhir kali Jungkook memberanikan diri untuk mendatangi rumah lamanya, pemiliknya sudah berubah.
Tapi Jungkook yakin, satu-satunya yang tidak mungkin berubah adalah kantor Ayahnya. Bisa saja Jungkook datang kesana, tapi memikirkan tentang itu saja sudah membuatnya agak takut. Teringat kembali pada pertemuan terakhir dengan Ayahnya di rumah saat perkelahian itu, entah membuat Jungkook takut.
Tapi siang itu saat Jungkook masih berada di sekolah, ia mendapat sebuah panggilan masuk. Nomor tak dikenal, dengan suara yang kelewat ia kenal. Ayahnya. Jelas Jungkook terkejut, saking terkejutnya Jungkook hanya mengeluarkan kata Iya dari ajakkan bertemu sang Ayah.
Maka sore itu, Jungkook bertemu Ayahnya.
Di persimpangan dekat sekolah, Jungkook bisa melihat sebuah mobil yang sudah tak asing lagi. Tidak usah ditanya gugup atau tidak, membuka pintu mobil itu saja sudah membuatnya keringat dingin.
Jungkook sangat rindu pada Ayahnya, tapi ia sedikit menahan. Melihat bagaimana raut wajah Sejin, membuat Jungkook takut berlama-lama menatap. Jadi ia hanya duduk diam menatap lurus ke depan. Karena sudah pasti Ayahnya mengajak bertemu dengan maksud, mana mungkin karena sekedar rindu.
"Apa yang kau butuhkan, Jungkook?"
Dan Jungkook tidak bisa menahan untuk tidak menoleh, mendengar bagaimana pertanyaan Ayahnya. "A-Apa?"
Sejin balik menatapnya. Mungkin tidak menyeramkan, tapi lumayan menyakitkan. Tidak ada aura kebencian atau sejenisnya, tapi Jungkook juga sudah tidak menemukan kasih sayang di sana. Kenapa ia lihat sepertinya sangat mudah, sangat mudah menghilangkan yang namanya cinta. Jungkook bahkan bisa saja hancur hanya karena berlama-lama mendapat tatapan itu.
"Kemarin Haeri menghubungiku, meminta untuk membawamu kembali."
Jungkook tidak mengerti, kenapa dirinya mudah sakit hati hanya karena sebuah intonasi. Padahal kalimat Ayahnya biasa saja, hanya nadanya. Terdengar seakan-akan acuh, tidak berminat, dan ingin cepat-cepat mengakhiri pertemuan.
"Ayah bisa bilang Iya pada Ibu," dan Jungkook sudah yakin Ayahnya akan langsung melemparkan tatapan tidak terima. Maka sebelum Ayahnya sempat bicara, Jungkook melanjutkan. "Ayah tidak perlu membawaku kembali, tapi tolong setujui saja semua permintaan Ibu."
Yang pasti Sejin tidak mengerti, ia tidak mengerti rencana macam apa yang ada di pikiran Jungkook.
"Tidak perlu dipikirkan, Ayah. Aku bisa urus semuanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
WAS
Fanfiction[JINKOOK BROTHERSHIP] Seokjin itu sumber kehidupan Jungkook. Jadi kalau dipaksa hidup tanpa Seokjin, mana bisa tetap hidup tanpa sumber kehidupan. Tapi kan Jungkook juga tidak bisa berkehendak atas segala hal yang terjadi dalam hidup. Kata seseorang...