Nothing change, but nothing worst
And now another year already fly.
"The fuck, Jeon!"
"Oh, oh! Aku mendengar kata F di sana? Kau bicara hal buruk ya?!"
Sebelumnya Jungkook sudah bergegas, ia hanya sedang di depan cermin memeriksa penampilannya. Tapi pemuda yang punya keturunan Irlandia itu tidak mau berhenti mengoceh, terlebih dengan bahasanya itu. Maka Jungkook langsung keluar dari kamar menuju meja makan, melayangkan tatapan kesal pada orang yang hanya berbeda 1 tahun di atasnya. Jungkook memang tidak banyak mengerti dengan yang orang itu katakan sedaritadi, tapi ia cukup yakin kalau itu bukan hal baik.
"Is that even important? Ini hari pertama kuliahmu, kau sudah hampir terlambat!"
Namjoon O'Brien. Ayahnya asli Irlandia, sedangkan Ibunya penduduk Korea yang sempat menjalani pertukaran pelajar di negara terkaya kedua dari benua Eropa itu. Ini pertama kalinya Namjoon ke Korea, sekitar 1 tahun yang lalu. Memang sudah sejak lama ia berencana meraih beasiswa di negara Ibunya, maka saat ini Namjoon sedang menjalani S1nya di SNU.
"Hyung kan bisa bahasa korea, kenapa terus melakukan itu padaku!" omel Jungkook disela-sela sarapannya, sarapan yang Namjoon buatkan. Hanya roti yang di atasnya sudah diolesi selai coklat, memang Jungkook tidak perlu berharap banyak dari masakan Namjoon. Dan Namjoon hanya tertawa kecil menanggapi rengekan dari teman serumahnya itu.
Namjoon tahu kalau pasti orangtuanya tidak akan bisa ikut, jadi ia tidak begitu masalah kalau harus sendirian di negara lain. Dan 1 tahun yang lalu ia bertemu Jungkook, di Cafe tempat anak itu bekerja. Padahal saat itu Namjoon hanya ingin bertanya tentang bagaimana ia bisa mendapatkan tempat tinggal, tapi malah berakhir dengan Jungkook yang menawari untuk tinggal di apartemennya.
"Itu milikku, tidak ada biaya sewa. Jadi kurasa kita hanya perlu memikirkan tentang kebutuhan sehari-hari." dan begitu jawaban Jungkook saat Namjoon tanya tentang berapa yang harus ia bayar. Tentu saja awalnya Namjoon ragu, tapi setelah menjalaninya sampai saat ini rasanya tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Namjoon merasa beruntung bisa bertemu Jungkook.
"Sudahlah, aku berangkat!" tepat setelah Jungkook selesai dengan sarapannya, ia langsung bangun dan berjalan menuju pintu.
Namjoon baru akan sekedar berteriak mengatakan hati-hati, tapi tidak jadi saat melihat ada benda di atas meja makan yang Jungkook tinggalkan. Maka Namjoon mengambilnya, kemudian melangkah mendekati Jungkook yang sedang memakai sepatu.
"Cari mati kau meninggalkan ini?" Namjoon memukul pelan kepala Jungkook dengan tabung obat yang ia pegang, dan langsung Jungkook terima sambil merespon dengan cengiran.
1 tahun juga sudah cukup untuk membuat Namjoon tahu banyak tentang Jungkook. Walau memang saat itu tidak sengaja, tepat saat Jungkook lupa untuk kembali mengambil obatnya yang sudah habis. Namjoon menemukan anak itu sangat kacau di kamarnya, ia terlihat sangat kesulitan bernapas, tubuhnya tidak bisa tenang, dan banyak berkeringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAS
Fanfiction[JINKOOK BROTHERSHIP] Seokjin itu sumber kehidupan Jungkook. Jadi kalau dipaksa hidup tanpa Seokjin, mana bisa tetap hidup tanpa sumber kehidupan. Tapi kan Jungkook juga tidak bisa berkehendak atas segala hal yang terjadi dalam hidup. Kata seseorang...