Look at how things change, cause now you're the train
And I'm tied to the track.Charlie Puth.
Jungkook tahu kalau dirinya sudah terbiasa dengan masalah, tapi bukan berarti masalah boleh datang seenaknya kan?
Dirinya tidak bisa mengendalikan itu, yang bisa ia lakukan hanya berusaha membuat hidupnya tetap tenang. Tapi rasanya mau setenang apapun, Jungkook masih terus mendapati hal-hal menyebalkan. Seakan bernapas saja adalah kesalahan.
Jungkook cukup tahu seseorang yang ada dihadapannya ini. Sekedar tahu, karena orang ini lumayan populer dan punya jabatan Komandan Tinggi Kelas (setara ketua kelas, berikutnya : Komti). Tapi Jungkook tidak bisa mengingat dengan jelas namanya.
Tepat setelah kelas berakhir, orang yang katakanlah temannya ini mengajak untuk bicara. Awalnya Jungkook pikir mungkin komti mau menyampaikan sesuatu atau pesan dari dosen, jadi dirinya hanya mengikuti. Tapi perasaannya jadi tidak enak saat mendapati dirinya sampai di teras lantai atas.
Saat sampai di sana, komti tidak langsung bicara. Jungkook bisa melihatnya menghembuskan napas sampai membuat rambut bagian depannya bergerak, lalu sedikit membenarkan posisi kacamata. Orang ini pintar dan aktif di kelas, juga suka membantu teman-teman lain dalam belajar. Yah walau Jungkook tidak pernah bicara langsung, tapi pemandangan seperti itu pasti selalu ia dapati. Jadi bisa ia simpulkan kalau komti orang yang ramah dan murah senyum.
Hanya sampai detik ini, Jungkook bisa melihat gurat jengah dari wajah yang biasanya menebar aura positif itu.
Jungkook makin resah, bahkan ia bisa merasakan detak jantungnya berantakan. Tangannya juga ikut bergetar, "Emm, komti...apa yang--"
"Park Jimin, namaku Jimin." nada rendah dari Jimin ternyata lumayan menyeramkan, ditambah tatapannya itu.
Jungkook mengalihkan pandangannya sebentar, merutuki ketidaktahuannya tentang nama komti. "Ah, iya Jimin. Apa ada sesuatu yang penting?"
Jungkook hanya berharap kalau Jimin mau menyelesaikan pertemuan ini dengan cepat. Ia sungguh tidak mengerti dengan frekuensi episodenya, kenapa malah naik di saat seperti ini.
"Aku tidak akan basa-basi. Berhenti bermain-main denganku, Jeon Jungkook." Jimin kesal, Jungkook bahkan bukan siapa-siapa tapi sudah berhasil membuatnya pusing. Tapi Jimin juga dibuat bingung, melihat bagaimana dahi Jungkook sedikit berkeringat di cuaca sejuk seperti ini. Jungkook hanya memberikan tatapan tak mengerti, "Berhenti main-main dengan nilaiku. Kau pikir nilaiku apa? Seenaknya kau buat naik-turun!"
Iya Jungkook pintar Jimin juga tahu, tapi kalau seperti ini Jimin jadi kesal. Jimin bahkan tidak ingat sudah kali keberapa hal semacam itu terjadi pada nilainya, di mana mereka selalu bergantian dalam posisi 1 dan 2. katakanlah Jimin perfeksionis. Mungkin Jungkook menganggap hal ini sepele, tapi tidak untuk Jimin.
Di sana Jungkook terdiam cukup lama, merasa tidak bisa merespon. Jungkook jadi memikirkan tentang dirinya sendiri, dan itu sedikit berhasil membuat ia jadi lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAS
Fanfiction[JINKOOK BROTHERSHIP] Seokjin itu sumber kehidupan Jungkook. Jadi kalau dipaksa hidup tanpa Seokjin, mana bisa tetap hidup tanpa sumber kehidupan. Tapi kan Jungkook juga tidak bisa berkehendak atas segala hal yang terjadi dalam hidup. Kata seseorang...