23. Run

6.4K 681 60
                                    

After this night,
Our love will forever remain as a memory.

Shannon W.

      

      

     

     
    
     

     

     

     
      

     

      
        

Seokjin bersalah, ia sadar dirinya sudah membuat dosa besar. Entah matanya dibutakan dengan apa sampai harus terlambat sejauh ini. Seharusnya Seokjin sadar kalau saat itu adiknya masih terlalu muda dan 14 tahun hidupnya hanya dijalani dengan hal-hal menyenangkan, lalu tiba-tiba Seokjin selaku sosok yang selalu didamba-dambakan bak malaikat berganti peran menjadi antagonis. Tidak heran Jungkook jatuh sebegitu dalam.

Seokjin punya pemikiran yang sama dengan Sejin, tujuannya hanya ingin menjaga perasaan sang Ayah sampai lupa kalau yang di sana juga punya hati. Saat itu Sejin sangat terpuruk, Ayahnya merasa sangat kehilangan, merasa tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Seokjin. Maka dari itu Seokjin berpikir untuk membuka lembaran baru, dengan harapan bisa memberi kehidupan baru pula untuk sang Ayah. Meninggalkan semua luka yang ada.

Di saat menginginkan sesuatu tetapi harus mengorbankan yang lain, namanya hukum alam. Seokjin tahu ia terlambat, tapi mungkin bukan berarti hilang kesempatan. Pasti akan sangat tidak tahu diri kalau menginginkan Jungkook kembali, tapi dirinya tidak akan bersembunyi lagi kali ini. Setidaknya Seokjin harus memperbaiki apa yang justru seharusnya ia jaga.

Seokjin baru menginjakkan kaki di kampus untuk kelas siangnya, cukup menyebalkan karena harus dihadiahi wajah Hoseok. Seokjin masih meyakini kalau Hoseok itu temannya, tapi mendengar sedikit suara dari anak ketua senat itu saja membuat Seokjin jengah. Jadi dirinya mencoba lolos dari Hoseok, daripada kehilangan mood di mata kuliah filsafat hukumnya.

   "Ini penting, Jin!" Hoseok masih tidak mendapat sepatah katapun dari Seokjin, dan ia juga tidak menyerah untuk terus memblokir jalan yang temannya itu ingin ambil. "Jungkook masuk ruang senat lagi!"

Padahal Hoseok berencana menemui Seokjin dengan tenang, lalu bicara baik-baik. Tapi ia tahu Seokjin sudah kelewat hilang hati padanya. Jadi Hoseok sudah sedikit mempersiapkan diri menerima amarah Seokjin dan bagaimana pria itu akan menerjangnya bagai pemain film aksi, ya seperti saat ini. "Sialan! Kau apakan lagi adikku?!"

Hoseok langsung berusaha melepas cengkraman di kerah bajunya, "Jin, i-ini bukan perbuatanku.." lalu pelan-pelan menjelaskan semuanya pada Seokjin.

   "Lebih baik kau pastikan keputusan yang keluar dari mulut Ayahmu itu! Atau aku yang akan memutuskan nyawamu." Kan, mati kan.

Seokjin langsung berlari pergi, tak lagi peduli pada filsafat hukum. Dirinya kembali teringat pada perkataan psikiater yang ia temui 2 hari lalu tentang Jungkook, tekanan sekecil apapun bisa berdampak besar bagi anak itu. Jungkook sudah berkali-kali jatuh dan Yoongi hanya bisa berkali-kali juga mengobati, tanpa pernah berhasil membuat pasiennya itu bangkit.

Yoongi bilang Jungkook malah mengubur masa lalu yang sebenarnya masih hidup, jadi Yoongi harap Seokjin mau menjadi orang yang ambil tindakan.

Saat sampai di UKS, Seokjin hanya bertemu Jimin. Dan kata teman adiknya itu, Jungkook izin pulang. Sebenarnya Seokjin langsung buru-buru ke mobilnya untuk datang ke apartemen, tapi lagi-lagi ia teringat tentang informasi yang Yoongi berikan. Sebuah Cafe di pinggir kota tempat Jungkook bekerja, dan bekerja atau tidak Jungkook lebih suka menghabiskan waktunya di sana.

WASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang