You go through my mind all day all night it feels like immigration.
Rich Brian.
Jungkook yakin baru kemarin dirinya dekat dengan Jimin. Hanya sekedar makan siang bersama, juga sedikit mengobrol di kelas saat tidak ada dosen. Tapi lihat, dirinya sudah langsung ketularan populer. Jungkook bisa dengan mudah mendapat tatapan aneh dan omongan bodoh yang mengarah padanya.
Ia jengah pada perhatian berlebih, akan lebih baik Jungkook dianggap tidak ada seperti sebelumnya ketimbang begini. Maka tepat saat kelas berakhir Jungkook langsung pergi meninggalkan kelas, tak mau memberi celah bagi Jimin untuk menghampiri.
Tentu Jungkook merasa tidak enak pada Jimin, tapi ia yakin Jimin mengerti. Kalau kemarin Jimin bisa dengan mudah tahu tentang obatnya, ia yakin Jimin juga mengerti kalau perhatian adalah kelemahan Jungkook.
Maka dirinya berakhir makan siang sendiri di kantin. Inginnya sih seperti itu, tapi angan-angannya seakan lenyap saat mendapati sosok Hoseok yang mendekat dengan makanan di tangannya. Jungkook bisa saja pergi dari sana, tapi ia kembali teringat tentang masalah yang menurutnya belum selesai. Jadi Jungkook memilih diam saat Hoseok kini duduk dihadapannya.
Sebisa mungkin Jungkook memutar otak, berpikir tentang bagaimana ia harus bertindak. Tapi dirinya malah dibuat gugup karena tidak mendapat ide apapun.
Dan cukup jelas Hoseok bisa melihat tingkah Jungkook. Anak itu bahkan tak menyadari sapaannya, juga Hoseok sedikit kesulitan untuk menatap mata Jungkook. "Hei, tidak perlu--"
"Aku minta maaf, sunbae." tapi kemudian Jungkook menatapnya tenang, "Waktu itu pasti aku membuat sunbae sangat marah, jadi aku minta maaf."
Ayolah, Hoseok juga sadar kalau yang lebih salah di sini adalah dirinya. Tapi malah Jungkook yang lebih dulu minta maaf, yang lumayan Hoseok mengerti kalau itu adalah bentuk dari cari aman.
Tapi Hoseok belum berencana berhenti, karena bahkan belum ada setengah persen dari rencananya untuk dikatakan berhasil. Hoseok bertopang dagu dihadapan Jungkook sambil memberi tatapan malas, "Lalu? Apa yang kau harapkan setelah minta maaf?"
Kan, entah karena Hoseok memang orang yang sulit atau jual mahal. Yang jelas Jungkook masih tidak mengerti apa yang seniornya itu inginkan.
"Hanya perlu tidak usah pedulikan aku, aku tidak mau kembali membuat masalah."
Jungkook bisa melihat Hoseok kembali pada posisi awal, lalu mulai menyantap makanannya. "Kalau itu sih sulit,"
Padahal Jungkook tidak pernah begini sebelumnya, ia tidak pernah mau merendahkan diri. Tapi belakangan ini ia jadi sering melakukannya. Jungkook merasa tidak bisa melindungi dirinya sendiri, ia bahkan tidak bisa menjamin pada dirinya untuk tetap baik-baik saja. Jadi Jungkook pikir ini efektif. Biarlah orang lain menatap rendah padanya, yang terpenting ia bisa tetap tenang.
"Kau tidak bisa terus-terusan menghindariku, karena dengan begitu aku juga akan terus membuat masalah."
.
.
.
.
.
Hoseok pernah membayangkan tentang ini. Dan ternyata sakit juga, pukulan dari Seokjin.
Setelah Hoseok meninggalkan kantin tadi siang, Seokjin langsung mengajaknya ke belakang gedung kampus. Dan tanpa pembukaan ia langsung mendapat pukulan telak dari temannya itu.
"Sebaiknya kau jelaskan, sebelum aku ikutan emosi." Hoseok menuntut pada Seokjin. Ia bisa melihat bagaimana temannya terlihat sangat marah.
"Apa tidak cukup jelas!? Berhenti mengganggu Jungkook!" Seokjin kembali meraih kerah baju Hoseok, lalu membiarkan punggung temannya itu menghantam dinding cukup keras.
Tapi dengan segera Hoseok melepas kasar cengkraman Seokjin, "Sepertinya aku tidak pernah mendengar alasanmu untuk itu."
Seokjin semakin tersulut emosi, Hoseok tidak punya hak atas semua ini. Mau bagaimanapun alasannya, menurut Seokjin seharusnya Hoseok tidak boleh seenaknya begini. Hoseok bertingkah seakan ia punya bagian atas masalah hidup Seokjin, dan Seokjin benci melihat itu.
"Kau bahkan mengganggunya tanpa alasan! Dan kau bisa lihat bagaimana hasilnya? Dia masuk ke ruangan senat karena ulahmu! Dan aku yakin kau juga dengar bagaimana Ayahmu memberi peringatan pada Jungkook," sekali lagi, Seokjin kembali memukul Hoseok. Membuat Hoseok sukses jatuh kali ini, "Jadi lebih baik kau berhenti, Jung Hoseok. Jangan jadi pengecut!"
Hoseok masih diam, membiarkan sensasi nyeri di rahangnya mereda. Sedikitnya Hoseok mulai ikutan emosi. Mungkin perkataan Seokjin benar, mungkin memang seharusnya ia tidak mengganggu. Tapi Hoseok tetap tidak bisa menerima kemarahan Seokjin, karena menurutnya Seokjin juga salah.
Maka Hoseok segera berdiri, balik mencengkram jaket temannya. "Kau atau aku yang pengecut?!" Hoseok melayangkan tangan, tapi hanya untuk ia tahan berada di udara.
"Hentikan aku, Seokjin. Kalau memang itu yang kau mau, maka kau harus ambil tindakkan."
Hoseok kembali menurunkan kepalan tangannya, juga melepas kasar cengkraman pada Seokjin.
Hoseok masih merasa yakin kalau apa yang ia lakukan juga demi kebaikan Seokjin. Ia temannya, dan Hoseok tahu Seokjin butuh seseorang untuk membuatnya sadar.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAS
Fanfiction[JINKOOK BROTHERSHIP] Seokjin itu sumber kehidupan Jungkook. Jadi kalau dipaksa hidup tanpa Seokjin, mana bisa tetap hidup tanpa sumber kehidupan. Tapi kan Jungkook juga tidak bisa berkehendak atas segala hal yang terjadi dalam hidup. Kata seseorang...