SKIT : Too Much

5.7K 656 8
                                    

         
         
         
        

         
          

         

         
          
          
           

Perasaan Jungkook memang sudah agak janggal sejak semalam, saat Ibunya memberi ajakkan untuk bertemu seseorang.

Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini Jungkook hanya ingin pendam, mendadak bermunculan. Ibu benar-benar bertemu pria lain? Ibu tidak mencintai Ayah lagi?

Jungkook benar-benar tidak ingin berpikiran seperti itu. Ibunya bilang akan bicara, dan Jungkook sudah berkeputusan untuk menunggu. Bohong kalau Jungkook tidak ragu, tapi ia yakin Ibunya bukan orang seperti itu. Ibunya pasti punya alasan jelas.

   "Ini Jang Joohyuk, dia juga dokter di rumah sakit yang sama dengan Ibu."

Dan akhirnya Jungkook bertemu pria itu, sosok yang sebelumnya hanya samar-samar ia lihat dari selembar foto.

   "Jungkook, ya? Wah, kau sangat mirip dengan Ibumu." Suara itu, cukup untuk membuat Jungkook teringat pada Ayahnya. Jungkook tanpa sadar hanya menatap Joohyuk sedaritadi.

   "Kook?" Dan sentuhan dari Haeri membuatnya tersadar.

   "Oh, i-iya, Anyeonghaseyo." Jungkook sedikit menundukkan kepala memberi salam, dengan tatapan yang kini sudah teralihkan entah kemana asal jangan orang itu.

Joohyuk mengerti, terlebih lagi Haeri. Sedikitnya mereka sudah bersiap tentang amukkan dan amarah yang mungkin akan Jungkook tunjukkan, tapi anak itu diam. Menahan perasaan yang Haeri cukup mengerti bagaimana.

   "Ini tidak seperti yang terjadi, Jungkook." Ucapan Haeri berhasil membawa Jungkook untuk menatapnya, "Ibu dan Joohyuk, kami partner. Banyak kerjasama, dan banyak yang harus dibicarakan bersama."

Tidak terjawab memang, tapi Jungkook bisa sedikit bernapas lega. Ia sudah berniat kalau saja mendengar kata semacam restu dan hubungan, ia akan langsung lari dan melempar diri ke laut.

   "Kenapa tidak bicara pada Ayah?" Kalau memang tidak seperti yang terjadi, seharusnya tidak begini.

Haeri malah dengan lembut menggenggam tangan anaknya, "Soal itu, nanti. Maaf Jungkook, ini agak sulit."

Jungkook tersenyum. Setidaknya ia sudah tidak ragu, ia percaya pada Ibunya. Ia sadar tidak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi membuat pikiran bodoh seperti yang selama ini selalu mengerubungi otaknya.

.

.

.

.

.

   "Sudah saatnya berhenti menguntit mereka,"

Seokjin menangkap banyak kebahagiaan di sana, dari selembar foto yang lagi-lagi Ayahnya tunjukkan. Jungkook, Ibunya, dan pria itu.

Sialan.

Ibunya dengan pria yang ia cintai, tentu saja. Tapi Jungkook, yang Seokjin yakini selama ini adiknya tidak akan pernah menerima hal semacam itu. Keluarga bahagia, persetan.

Setidaknya walau sedikit, Seokjin menaruh harap pada Jungkook. Mungkin saja semua masih bisa dikembalikan. Tapi realitanya saat ini Jungkook malah ikut jatuh pada pengaruh Ibunya.

Merasa dikhianati, sakit hati, cemburu. Seokjin merasakan semuanya, tapi ia tahu Ayahnya pasti lebih-lebih dari sekedar itu.

   "Mereka kelewat baik-baik saja, tidak ada yang perlu Ayah lakukan lagi." Lanjut Sejin.

Seokjin menahan tangan Ayahnya yang sudah akan beranjak, "Yah.."

   "Tidak apa-apa, nak. Kau harus baik-baik saja, kita akan baik-baik saja." Sejenak Sejin menggenggam tangan putranya, sambil memberi tatapan yang ia harap meyakinkan. Sebelum akhirnya melanjutkan langkah.

Kan Seokjin sudah pernah bilang, Ayahnya perwujudan lain dari malaikat. Sejauh ini Ayahnya masih suka memantau Haeri dan Jungkook, memastikan keadaan. Tapi selalu begini yang ia dapatkan.

Jadi kalau memang Ayahnya memutuskan untuk berhenti, Seokjin yakin begitu lebih baik.

        

       
       
      
      

       
        

       
        
        

TBC.

        

        

         

Maaf kalo ada yang gak ngerti, jadi ini tuh flashback dari Track 01.

      
        


WASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang