Answer : Forfeit

4.6K 622 50
                                    

       
      

      
      

        
      
      

      

      
       

       

      

        

       

          

Jungkook merasa ia tidak akan menyesal saat menyetujui ajakan Hoseok, seperti ia menerima minuman dari wanita yang katanya soda malam itu. Jungkook pikir hal itu tidak akan menimbulkan masalah. Bahkan sampai ia meneguk minuman yang sudah dirinya tahu jelas kalau itu alkohol bersama Hoseok, Jungkook masih yakin jika itu bukan perkara besar.

Dan sekarang Jungkook percaya kalau dirinya benar-benar buruk soal minuman candu itu. Kalau di apartemen, ia tidak akan mungkin mendengar suara cicitan burung, tetangga yang sedang beraktifitas, apalagi merasakan sedikit cahaya matahari, Jungkook tidak pernah mendapat hal-hal semacam itu di apartemennya. Tapi ia mengalaminya saat ini.

Matanya langsung total terbuka. Suasananya berbeda, warna cat ruangannya juga berbeda, yang jelas ini bukan kamarnya. Pelan-pelan Jungkook berusaha duduk, mencoba untuk mengingat semua kejadian walau kepalanya masih terasa sakit.

Jungkook hanya berhasil mengingat sampai tegukan ketiganya malam itu. Yang jelas Jungkook tidak mau ambil pusing, pasti dirinya ada di rumah Hoseok. Jadi ia kembali membanting tubuhnya ke ranjang berharap denyutan di kepalanya segera menghilang.

Untuk orang seperti Hoseok, Jungkook pikir kamar itu terlalu rapi. Juga terkesan plain, hanya ada warna-warna seperti putih, abu-abu, coklat, dan tidak ada dekorasi berarti. Kamar pada umumnya. Jungkook juga bisa melihat bingkai foto keluarga di nakas.

Ibu dan Ayah mereka, Seokjin, juga Jungkook.

Tunggu.

Jungkook kembali bangun, dengan cepat mengambil bingkai kecil di nakas yang bisa dengan mudah ia raih. Memperhatikannya lamat-lamat, takut mungkin saja matanya ikut terkena efek alkohol. Tapi semuanya jelas. Itu benar foto keluarga mereka, Jungkook bahkan bisa ingat dengan jelas kapan dan bagaimana pengambilan foto itu.

Jungkook membiarkan semua kinerja dari tubuhnya untuk berhenti, dirinya kalut. Jungkook tahu sudah pasti ini bukan rumah Hoseok, juga bisa menebak di mana dirinya saat ini.

Sinting. Jungkook langsung berdiri, tak habis pikir tentang bagaimana dirinya bisa berakhir di sana. "Jung Hoseok!" Jungkook mengumpat pelan, ia yakin ini perbuatan seniornya. Pastinya itu tidak penting saat ini, yang lebih penting adalah memikirkan cara bagaimana bisa keluar dengan damai.

   "Kau gila, Jin?!"

Kegiatan mondar-mandir Jungkook langsung terhenti, mendengar suara yang Jungkook yakini adalah Ayahnya dari luar. Ia tidak pernah mendengar nada semarah itu dari Sejin, bahkan saat kejadian yang menimbulkan perceraian saat itu, suara Sejin tetap sangat tenang.

Jungkook sedikit mendekati pintu. Menggapai knopnya, mempertimbangkan pemikiran ragu untuk membukanya.

   "Bagaimana bisa kau membawanya ke rumah??"

   "Lalu? Ayah pikir aku harus membiarkannya!?"

Tapi dengan yakin Jungkook langsung membatalkan niat, perlahan kakinya ia bawa untuk kembali menjauhi pintu. Jungkook tidak bodoh untuk tak mengetahui kalau dirinya sedang menjadi topik perdebatan, perdebatan keluarganya sendiri.

WASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang