9.5 - End

11.7K 795 97
                                    

Bandar udara Paris, Charles de Gaulle.






Jaehyun berjalan sambil menarik kopernya. Ia baru saja tiba di Paris. Kali ini Jaehyun lebih memilih naik penerbangan komersil, padahal akan lebih nyaman jika ia menggunakan jet pribadinya.

“Ada apa?” tanya Jaehyun menjawab telepon dari Junhoe.

Kau sudah sampai?” Junhoe balik bertanya.

“Iya. Ada apa terburu-buru menyuruhku datang, apa terjadi sesuatu dengan Ayah dan Ibu?” tanya Jaehyun.

Mereka baik-baik saja,” Jawab Junhoe “Aku cuma tidak ingin kau kabur lagi dari meeting itu. Ingat, saat ini kau pimpinan tertinggi.” kata Junhoe dengan bijaksana.

“Iya aku mengerti, berhenti mengguruiku,” dengus kesal Jaehyun “Kita bicarakan di rumah.”

Jae, tunggu dulu!” cegat Junhoe yang menyadari jika Jaehyun akan memutuskan teleponnya

“Apa lagi, June?” tanya Jaehyun jengah.


***


Rosé berjalan santai disepanjang jalan lurus yang dipagari oleh pohon-pohon. Gadis itu memandangi daun-daun yang berguguran. Saat ini pertengahan musim gugur. Ia melangkah menyusuri jalanan itu, jalan yang penuh dengan kenangan.

Jalan yang akan membawanya menuju SMA Lycée Louis-le-Grand jika ia berjalan ke arah yang berlawanan—tapi tidak, Rosé tidak sedang menuju ke sekolahnya dulu. Ia hanya mencoba membangkitkan kembali kenangannya, sebelum ia kembali ke Amerika. Ia mungkin tidak akan kembali lagi ke Perancis. Rosé tersenyum memandangi daun-daun yang berguguran, ia selalu teringat saat-saat manisnya ketika bersepeda sepulang sekolah dengan Jaehyun. Mengingat pertengkaran yang kerap mewarnai perjalanan mereka, entah mengapa semua terasa manis di pikiran Rosé.

Dari arah berlawanan sebuah mobil mewah melaju dengan kencang ke arah sekolah elit tersebut. Rosé tak begitu memperdulikan mobil itu, ia begitu menikmati musim gugur yang menakjubkan.

Tampaknya si pengemudi juga melakukan hal yang sama. Ia hanya menyetir dengan wajahnya yang geram.

“Apa lagi yang dilakukan anak itu?” gumam Jaehyun. “Kedatanganku hanya untuk mengurusi anak nakal itu.”

Mata Jaehyun tertuju pada seorang gadis yang berjalan dari arah berlawanan. Gadis yang mengenakan baju terusan putih dengan beberapa corak coklat, ia mengenakan topi bulat berwarna putih dengan lingkaran hitam yang mempermanis topi itu. Rambut merah panjangnya berkibar indah dipermainkan angin. Mata Jaehyun terus tertuju pada gadis itu, mereka semakin dekat. Ia mengawasi gadis yang wajahnya tertutupi topi juga rambut indah yang terus berkibar. Ia akhirnya melewati gadis itu. Jaehyun masih memandangi pundak gadis itu dari kaca spion—gadis yang tidak ia sadari adalah Rosé.

Jaehyun kembali terfokus pada jalanan di hadapannya. Matanya mengawasi daun-daun yang berguguran. Autumn indah itu kembali mengingatkannya pada sosok Rosé. Laju mobil Jaehyun mulai berkurang, mobil itu akhirnya menepi. Jaehyun segera keluar dari mobilnya, ia bersandar di mobilnya. Tangannya merapatkan jaket yang dipakainya. Jaehyun menoleh ke kanan dan menatap gadis berbaju putih itu yang terus berjalan membelakanginya. Jaehyun kembali menengadahkan kepalanya, ia melepas kaca mata hitam yang dikenakannya.

Daun-daun berwarna keemasan yang terus berguguran diterpa angin. Angin terus memainkan perannya, bermain-main di antara dedaunan yang terus berguguran. Kali ini hembusan angin lebih kencang sehingga melepaskan topi dari kepala Rosé.

Rosé reflek memegangi rambutnya lalu mencari topi yang telah raib dari kepalanya. Ia segera berpaling dan mendapati topi itu masih terus berputar-putar dan berlari ke arah yang berlawanan—topi itu akhirnya berhenti tepat di samping seseorang yang sedang berdiri. Rosé bernafas lega melihat topinya yang berhenti dari pelariannya. Pandangannya lalu tertuju pada seseorang yang berdiri dengan bersandar di mobil mewah berwarna hitam mengkilat, orang yang tatapan matanya begitu sedih merasakan musim gugur. Rosé terpaku.

My Troublemaker Girl [Jaehyun•Rose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang