*Shesil pov
"Seharusnya gua yang tanya, lu kenapa bang?? Tangan sama muka lu biru gitu?? Lu abis berantem ya?" Tanya gua sembari mengompres luka yang berada di mukanya.
"Hahah gua gapapa sil, lu lebay banget sih, mana tadi pake acara nangis lagi. Gua kira lu di teror sama bintang kaya mimpi lu waktu itu wkwk" candanya sambil mengacak rambut gua dengan tangan kirinya.
"Ihh bang, lu tuh Abang satu-satunya gua, kalo Lo mati siapa yang ngisengin gua, siapa yang selalu bikin gua ketawa saat gua badmood. Gua gak kebayang kalo lu sampe mati muda gini bang. Lu mah gak mik-" cerocos gua dan bang Dimas pun langsung menaruh telunjuknya di bibir gua
"Ssstttt, lu tuh Ade satu-satunya yang paling berisik tau gak? Pala gua masih Pusing nih di tambah dengerin cerocos lu berasa pengen meledak"
"Tapi bang!!"
"Ssstt udah diem, udah lah lu balik Sono ke kamar lu, gua mau lanjut tidur, gua gak gapapa gak usaha khawatir" lirihnya menarik selimut dan berbalik arah
Sebenernya gua mau bujuk Abang gua supaya ngebolehin liat bandnya bintang perform tapi karna ngeliat keadaannya sekarang gak mungkin gua bujuk dia, yang ada makin drop keadaan nya.
*****
*Author pov
5 hari kemudian
Ini adalah hari minggu tepat pukul 05.00 Shesil sudah siap mengenakan pakaian sport untuk jogging sekaligus menemani bintang ngeband. Dengan rambut yang terikat 1, ia pun siap untuk langsung capcus.
Saat ia menuruni tangga, tak disangka Dimas telah berada di dapur dengan pakaian yang sama sambil memegang botol besar untuk persediaan minumnya saat jogging
"Lu mau kemana bang?" Tanya Shesil berjalan ke arah dapur
"Ya mau jogging lah pea, udah ayo takut parkirannya keburu penuh"
"Kok Lo tiba-tiba mau jogging sih gak kaya biasa, padahal semalem gua gak bilang kalo kalo hari ini mau lari" memperbaiki ikat rambut
"Kan gua nguping telepon lu sama bintang semalem, jadi ya gua sengaja mau ikut lari juga, yaudah buru ayo ntar kesiangan" balas Dimas sambil memakai sepatu sportnya, dan shesil pun memutar bola mata malas
"Tapi gua di jemput bintang bang, Lo duluan gih" usir Shesil
"Yaudah kalo gitu gua gak usah bawa motor, gua ikut kalian aja, lagi juga pasti bintang bawa mobil kan?" Ucap Dimas mengsilakan 1 kakinya dan menaikan telapak kaki di atas pahanya dengan tangan yang merentang ke senderan sofa seperti wajarnya bos
"Ya iya tapi-" lirih Shesil tak sempat melanjutkan bicaranya klakson mobil bintang telah terdengar.
TIN TIN
"Tuh pasti bintang udah yu" ucap Dimas bangkit dari duduknya dan berjalan kearah gerbang rumah..
Bintang yang duduk di belakang stir mobil dan melihat Dimas yang terlebih dahulu keluar rumah dan disusul oleh shesil, merasa bingung karena ia tidak tahu apa-apa bahwa Dimas akan menjadi bodyguard Shesil hari ini, padahal niatnya hari ingin lebih dekat lagi dengan Shesil, tapi karna abangnya itu terus membuntutinya ya sudah gagal semua rencana bintang
Shesil duduk didepan tepat samping kursi bintang, dan Dimas lebih memilih duduk sendiri di bangku tengah seakan ia adalah raja di mobil itu.
Sebelum berangkat, Bintang memberi kode isyarat ke shesil yang seakan bertanya 'kenapa Abang Lo ikut-ikutan sih?'. Untungnya Shesil menggunakan mode auto peka dan mengerti bahasa isyarat yang ditunjukan bintang, ia hanya membalas menggeleng dan menunjuk jalanan menggunakan dagunya yang artinya 'gak tau, udah jalan aja'
Dimas hanya memperhatikan gerak gerik kedua remaja itu yang sedang berbicara dengan bahasa isyarat. Sesaat ingin membalas kode Shesil, Dimas pun angkat bicara
"Woii kalian canggung ngomong di depan gua? Segala pake bahasa isyarat gitu. Udah buru berangkat udah telat nih" ucap Dimas menaikan oktaf bicaranya. Bintang pun pasrah walau sebenarnya hatinya sangat jengkel karena Dimas telah menggagal rencana.
Jaraknya memang agak jauh ya sekitar sejam lah baru sampai tempat Car free day , hanya ada hening di dalam mobil tersebut Shesil yang memainkan hp dan sesekali memperhatikan perjalanan, bintang hanya fokus menyetir dengan earphone yang menempel di telinganya, dan Dimas hanya memetikan jari pada gitar yang berada di mobil bintang.
Saat ini bintang memakai mobil Mercedes Benz nya, untuk membawa alat musik besar, jika ia membawa Lamborghininya mau di taro di mana coba Dimas dan alat musik itu sedangkan jok mobil Lamborghini cuma ada 2.
Sesaat Dimas pun angkat bicara, untuk mengakhiri keheningan itu.
"Tang?" Panggilnya tapi tidak dijawab oleh bintang karna earphone masih menempel di telinganya.
"Woii lu denger gua gak?" Sentaknya yang justru malah menggerakkan tangan Shesil untuk membuka earphone di telinganya. Bintang pun menoleh yang lagi-lagi bertanya menggunakan bahasa isyarat, lalu dibalas kembali oleh shesil dengan melirik ke arah dimas..
"Ehh kenapa bang? Sorry tadi lagunya kenceng banget jadi gak kedengaran." Menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Lu serius gak Shesil?" Tanyanya yang otomatis membuat jantung bintang berdetak 2 kali lebih cepat. Ia seperti tidak ditanya oleh abangnya Shesil melainkan seperti ditanya oleh calon papah mertua nanti.
"Bang kok Lo nanya gitu sih!" Ketus Shesil menatap tajam Dimas
"Iya gua cuma nanya emang ada salahnya?" Shesil hanya terdiam dan melirik bintang
"Iya gimana nanti aja bang, kalo Shesil yakin sama gua, gua juga bakalan se-" ucapan bintang terpotong karna Shesil yang mengalihkan omongan.
"Yeeyyy udah nyampe,, yah udah rame banget padahal masih jam 6. Btw kalian mau perform dimana?" Tanya shesil, yang Shesil maksud kalian yaitu bintang, Kenzo, Dion, dan Panji.
"Gak tau, kita liat lokasi yang cocok dulu. Baru kita perform" jawab bintang sambil melirik parkiran yang kosong. Sedangkan Dimas hanya melipat kedua tangan di dadanya yang merasa bete karna pertanyaannya tidak dijawab tuntas oleh bintang.
######
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dilan 1990 (COMPLETED)
Teen Fiction[NO COPAS-COPAS!!... REAL IMAGINATION] "Yaudah gua balik ya, jangan lupa makan, mandi, kerjain tugas, terus istirahat jangan mimpiin gua yang buruk lagi, mimpiin gua ngucapin ijab kabul kan bagus juga tuh wkwkkw" receh bintang yang lagi-lagi membuat...