31. trauma

1.3K 56 0
                                    

*author pov

"Gagal!!! Kenapa dia pake acara ngehindar! Lo udah ngerebut orang gua sayang sil, gua gak akan ngebiarin lu bahagia, lu bakalan MATI!!" Ucap seseorang yang menahan amarah sejak tadi, tak lama ia pun mengeluarkan ponselnya tersebut

"Hallo? Mau apa Lo nelfon gua??" Saut orang di telfon tersebut

"Laksanain rencana kedua!!"

"Apa?? Lo gila? Gua gak mau kehilangan Shesil, dan lo juga gak akan dapet apa yang Lo mau kalo gini caranya!" Balasnya diujung telfon tersebut

"Bacot!! Cepet laksanain atau gua akan-" ancamnya

"Iya bangsat!! Gua lakuin perintah lo"

TUT
Telfon itu pun di matikan secara sepihak, orang hanyalah tersenyum sinis dan akan tertawa bahagia saat mendengar berita Shesil telah tiada.

****

Saat mereka asik mengobrol dan bercanda. Sebuah mobil truk dengan kecepatan tinggi oleng di hadapan kami dan menabrak bagian pinggir mobil bintang. Mobil mereka pun ikut oleng tak terkendali dan berakhir dengan menabrak pohon besar.

Bugghhh

Shesil yang lemas tak berdaya dengan darah yang sudah menutupi setengah mukanya

Sedangkan bintang yang menguatkan diri menyalakan hpnya dan mengarahkan pada wa fahrul, ia mengirim lokasi dengan caption 'tolong' disertai dengan 10 panggilan tak terjawab pada Fahrul, disaat panggilan ke 11 Fahrul baru menjawab tapi bintang sudah tak sadarkan diri dengan luka benturan dengan darah yang terus mengalir di pelipisnya.

****

3 hari kemudian

Bintang sadar dari komanya, ia melirik kanan kirinya semua keluarnya ada di tempat itu, semua merasa tangis haru karna bintang telah siuman.

Dengan berbagai alat yang menempel ditubuhnya dan Matanya terus menatap ke atas langit- langit mengingat kejadian terakhir, ia ingat bahwa ia mengalami kecelakaan bersama Shesil.

Tunggu Shesil?? Gimana keadaan saat ini, ia harus memastikan bahwa pacarnya itu saat ini baik-baik saja, ia bangkit dari tidurnya tapi..

"Ahhhkk" ringis bintang memegang tangan yang sangat terasa ngilu.

"Bintang kamu jangan banyak bergerak dulu, kamu baru sadar dari koma." Ucap Dian mengusap tengkuk bintang sambil mengusap air mata yang lolos dari matanya.

"Bang Abang kenapa lama banget Bobonya? Imel cape nungguin Abang bobo gak bangun-bangun." Ucap Imel dan di balas senyuman oleh bintang dan mengusap kepala kecil imel

"Mah, bintang mau liat keadaan Shesil, bintang gak akan tenang kalo belom ngeliat keadaan Shesil secara langsung" ucap bintang

"Shesil masih koma sayang, semenjak kejadian Tante Siska gak udah-udah nangis. Mungkin besok kamu baru bisa liat Shesil karna kondisi kamu saat ini tidak memungkinkan untuk kamu liat Shesil" jelas Dian dan di mengerti oleh bintang ya mau tak mau ia harus menunggu hari esok

****

Hari ini bintang sudah mulai mendingan, walaupun ia harus pakai kursi roda, tangan kanan yang di gips serta perban yang masih menempel di pelipisnya tidak mengurungkan niatnya untuk bertemu sang kekasih.

Ia duduk di kursi roda yang di dorong oleh sahabatnya Fahrul. Mereka pun memasuki ruang VIP yang ditempati oleh shesil. Hati bintang terenyuh melihat Shesil sedang berbaring tak berdaya dengan semua alat yang menempel apalagi melihat wajah Shesil yang banyak goresan beling semakin menambah bersalah dirinya atas kejadian kemarin..

"Ehh bintang kamu udah siuman" tanya Siska menatap bintang, terlihat mata Siska yang sembab semakin menambah nilai bersalah bilang pada keluarga Shesil

"Iya Tan, Tante maafin bintang, bintang udah ngecewain Tante, om, sama bang Dimas. Bintang nyesel Tante gak bisa jaga malam itu" lirih bintang menunduk

"Heyy gapapa bintang, ini udah takdir allah, kamu gak boleh salahin diri kaya gini" balas siska mendongakkan wajah bintang.

"Sekali lagi bintang minta maaf Tante"

"Iyya gapapa, sini mendekat bintang, mungkin kamu mau lebih jelas melihat wajah Shesil"

"Ga usah Tante, rul bawa gua balik ke kamar" ucap bintang di balas anggukan oleh fahrul.

"Tante kita permisi dulu ya" pamit Fahrul

"Kamu bener gak mau ngobrol dulu Shesil?" Tanya Siska

"Nggak Tan, 1 sisi bintang pengen ngobrol sama Shesil sisi lain bintang semakin merasa bersalah liat wajah Shesil" jelas bintang

"Ya sudah gapapa, jaga diri kamu baik-baik ya, jangan lupa diminum obatnya." Suruh Siska dan dianggukan oleh bintang.

*****

1

Minggu kemudian

Bintang sudah pulang dari 3 yang hari yang lalu, tapi Shesil belum juga sadar dari komanya. Begitu juga bintang, ia tak langsung sekolah karna Dian tidak memperbolehkannya. Setiap harinya rumahnya tak pernah sepi pasti selalu di ramaikan dengan gengnya yang menjenguknya. Tapi tetap saja ia merasa sepi karena pacarnya belum juga sadarkan diri.

Sampai akhirnya Fahrul menyelonong masuk ke kamar bintang dan memberitahu bahwa Shesil sudah sadar, bintang langsung mengganti pakaian. Kali ini bintang dibonceng oleh Fahrul karna gips di tangannya.

Sesampainya di depan ruangan Shesil, bintang begitu gugup tapi ia sangat rindu pada Shesil terlihat jelas di jendela kaca Shesil begitu bahagia senyum di bibir tak pernah luntur. Sampai akhirnya bintang pun masuk ke dalam ruangan dan di tatap takut oleh shesil

"Sil apa kabar? Ini aku bintang, kenapa tatapan kamu kaya gitu?" Ucap bintang mendekat dan

"Aaaaaa mamah aku takut sama dia, dia pembunuh mah, pergi Lo dari sini. PERGI!!" Usir Shesil yang sontak membuat kaget semua orang yang berada di sana

"Aaaahh, gua bilang pergi ya pergi!! Ngapain Lo masih di situ, nggk-nggk gua belom mau mati. Pergi dari hadapan gua hiks gua mohon pergi" lanjutnya

PRANG

Amuknya sampai membanting gelas yang di atas nakas. Dengan sigap dokter pun menyuntikan obat penenang pada Shesil dan shesil tertidur

"Dok sebenarnya ada apa dengan adik saya? Kenapa dia begitu takut setelah ngeliat bintang dong jawab?? Padahal awalnya dia baik-baik aja dok" Tanya Dimas

"Mungkin ini di sebabkan karena kecelakaan kemarin itu ia sedang bersama bintang, yang mengakibatkan trauma dalam pada pasien. Untuk saat ini lebih baik pasien tidak bertemu terlebih dahulu dengan bintang, karna nanti akan menggangu psikologis pada pasien" jelas dokter sontak membuat bintang duduk terlemas.

"Dok apa ada cara ngobatin traumanya itu?" Tanya Fahrul

"Saya kurang tau, mungkin dokter psikologis akan membantu anda. Biasanya gejala ini pasien hanya mengingat muka dan nama, untuk semua ingatan manis bersama bintang, ia lupa, ia hanya mengingat kejadian buruk dan kejadian kemarin pas kecelakaan. Kalau begitu Saya permisi dulu" tutur dokter

"Tang ini bukan akhir dari segalanya, kita bakalan bantu Lo biar Shesil gak takut lagi sama lu" ucap Dimas berjongkok di hadapan bintang

"Percuma bang, Lo gak liat Shesil begitu takutnya sama gua dan mungkin dia juga gak bakalan mau ngeliat muka gua bang, gua emang pembunuh bang. Gua gak layak buat Shesil" jelas bintang meninggalkan semuanya dan pastinya Fahrul mengejarnya dari belakang.

Bukan Dilan 1990 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang