10. Sisi Hangat

1.6K 258 33
                                    


"Bikin nangis anak orang aja lo Jun!"

Bams berteriak tepat di depan wajah Juna setelah baru saja mendapat pesan dari Elsa di ponselnya.

Sementara Juna dari tadi masih diam seraya mengelus pelipisnya. Tidak memedulikan ocehan Bams dan Denis yang dari tadi memarahinya atas tindakan kriminalnya itu.

Sungguh, Juna tidak sengaja melakukannya. Ia tidak tahu jika kotak pensil yang ia lempar ternyata terbuka dan mengeluarkan benda tajam yang dapat menggores pipi Rossie. Percayalah, Juna sedang lepas kendali dan ia sangat menyesal atas tindakannya tadi.

"Lo harus minta maaf, Jun! Cowok bukan lo?" ujar Denis setelah meneguk sebotol minuman kaleng.

"Lo dulu udah kasih luka hati, sekarang luka pipi. Buset deh kelakuan lo!" sambar Bams lagi yang langsung mendapat anggukan setuju Denis.

Juna yang merasa semakin pusing itu akhirnya berdiri dari duduknya. Menendang botol kaleng minum bekas milik Denis yang tergeletak di depannya.

Denis dan Bams akhirnya menutup mulutnya sebelum singa jantan itu mengamuk. Sementara Dega sedaritadi hanya diam mengamati Juna yang terlihat kalut.

"Sebenernya tadi lo ngapain bisa bikin Rossie ngamuk?" tanya Dega pada akhirnya. Ia cukup penasaran dengan apa yang telah terjadi hingga dapat membuat dua singa itu saling mengamuk sehingga menimbulkan keributan.

Dega juga tidak tahu menahu tentang suatu masalah tentang Juna dan Rossie yang membuat kedua orang itu menjadi saling membenci seperti ini.

"Gue cuma ngomong sama Dira, tapi si mak lampir itu malah ngelempar pulpen ke muka gue!" jawab sang singa jantan yang masih belum reda emosinya.

"Apa yang lo omongin ke Dira sampai Rossie kayak gitu? Lo pasti bikin dia kesel kan Jun?" kali ini Denis yang bertanya.

Juna terlihat mengacak rambutnya kasar sebelum ia menjawab pertanyaan Denis.

"Gue bercandain dia doang tentang taruhannya buat dapetin Dega itu. Eh, Rossie langsung ngelempar pulpen. Mana keras lagi kena hidung mancung gue!" jawabnya dengan nada geram, "Sakit sih enggak, tapi gue kaget!"

Dega, Denis dan Bams menggelengkan kepala bersamaan setelah mendengar penjelasan Juna. Jelas saja Rossie marah pada mulut ember Juna. Pasalnya, hal yang berhubungan tentang taruhan itu sama-sama membuat kubu Dira dan Dega ikut memanas.

"Mulut lo kenapa sih Jun? Pantes aja dia marah." sahut Bams heran.

Juna mendecak, ia mengacak rambutnya sendiri sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Hingga sempat ia mengumpat beberapa kali diiringi dengan bunyi kaleng minuman yang ia tendang.

Setelahnya mereka berempat hanya terdiam sembari duduk menikmati angin di bawah pohon besar,ㅡmasih di dekat laboratorium biologi. Saat ini sudah masuk jam istirahat, maka dari itu mereka masih bersantai di sana.

Sesaat setelahnya, tiba-tiba saja Bams memulai pembicaraan yang langsung memecah keheningan di antara mereka.

"Ga, kenapa gue gak yakin ya Dira sengaja deketin lo karena alasan taruhan itu. Soalnya gue denger cerita dari Elsa kalau,ㅡ" kata cowok berdarah Thailand itu yang langsung dipotong oleh Dega.

"Terserah lo!" Dega menoleh ke arah Bams, dan mengernyitkan dahinya menatap wajah Bams yang terlihat serius.

"Sama Bams. Gue udah bilang berapa kali, kalau gue adalah salah satu orang yang paling gak percaya Dira kayak gitu!" lanjut Denis kemudian, menyutujui perkataan Bams.

Sementara Dega hanya tersenyum tipis mendengarnya. Mungkin ini sudah berapa puluh kalinya Denis mengucapkan hal yang sama, meyakinkan Dega untuk tidak percaya akan taruhan itu.

STOLEN (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang