11. Incident

1.8K 259 90
                                    

Hingga tengah malam seperti ini, entah kenapa kedua mata Dega belum bisa terpejam. Padahal biasanya, Dega adalah termasuk orang yang gampang sekali tertidur jika sudah mencium bau bantal.

Cowok berlesung pipi itu bahkan sudah mencoba menghitung domba sampai 100 dan diulanginya lagi sampai tiga kali. Tapi tetap saja gagal, bukannya mengantuk tapi malah kedua matanya semakin melebar. Saking kesalnya, Dega bahkan sampai menendang selimut dan gulingnya hingga terjatuh ke lantai. 

Akhirnya Dega mendudukkan dirinya di atas kasur seraya mengacak rambutnya dengan rasa kesal. Tak lama setelah itu, ia turun dari kasur nyamannya dan pergi keluar dari kamar. Kerongkongannya tiba-tiba saja terasa kering, dan mau tidak mau ia harus menggerakkan kakinya untuk turun ke dapur.

Saat tiba di dapur, ia disambut oleh dua orang cowok yang ternyata sedang asyik bermain game di ponsel mereka. 

"Lah Ga, belum tidur lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lah Ga, belum tidur lo." tanya seorang cowok yang diketahui bernama Elang,ㅡ teman dekat Naufal, kakak Dega. Elang memang sering menginap di rumah Dega saat malam minggu seperti ini. Dirinya dan Naufal sering menghabiskan malam dengan bermain game sampai subuh.

Dega melenggang melewati kedua orang yang masih berfokus pada layar ponsel mereka masing-masing itu. "Ini lagi tidur." jawabnya asal.

"Wah ngaco tuh adek lo, Pal!"

"Lang, fokus anjir! Itu depan lo ada Johnson sama Odette!" teriak Naufal seraya mendendang kaki Elang di bawah meja makan. "Nah kan lo ketubruk! Mati lo mati!"

Dega yang sedang mengambil air dingin itu hanya menggelengkan kepalanya mendengar kedua orang berisik itu. Dirinya memang berbanding terbalik dengan kakaknya. Naufal cenderung berisik, jahil dan lebih memilih bermain game sampai matanya merah ketimbang harus belajar. Sedangkan Dega, tentu saja kebalikannya.

Namun meskipun begitu, dirinya dan Naufal tetap saja mempunyai kesamaan. Sama-sama diberkahi wajah tampan dan mulus oleh Tuhan. Jika kata Elang, gen keluarga mereka itu adalah gen terbaik. Elang sampai iri ingin menjadi keturunan Bunda Dian agar bisa seputih Naufal dan Dega.

Sementara itu, Dega kini sudah meneguk habis segelas air dingin dari kulkas. Ini membuat kedua matanya semakin melebar dan rasa kantuknya menjadi 0%. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di meja makan, bergabung dengan kedua orang berisik itu. 

"Mau ikut main gak?" ajak Elang seraya melirik Dega di sebelahnya.

Dega menggeleng dengan cepat, "Gak punya game-nya."

"Adek lo cupu amat, Pal!"

"Ya emang, baru tau lo?" jawab Naufal seraya meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian merenggangkan tubuhnya. "Lo kenapa belum tidur? Biasanya jam segini udah molor." tanya Naufal pada Dega.

"Gak nyadar suara cempreng lo sampai kamar gue? Berisik!" jawab Dega seraya mengunyah kacang atom yang diambilnya di atas meja.

Naufal hanya tertawa sebelum akhirnya ia mengambil ponselnya dan fokus pada game-nya lagi bersama Elang.

STOLEN (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang