20. Fall for you

1.5K 229 53
                                    

Meskipun dalam keadaan yang belum begitu baik, Dira berlari sekuat tenaga menuruni tangga rumahnya. Kakinya yang masih belum kuat itu tak bisa ia hentikan, meskipun Genta di belakangnya sudah mencegahnya untuk berlari. Pikirannya langsung kacau ketika Genta memberitahunya tentang keadaan Edsel yang babak belur. Beberapa kemungkinan buruk terpintas dalam kepala Dira saat ini.

Apa Edsel dan Dega berkelahi?

Ataukah sesuatu yang lebih buruk terjadi pada Edsel?

Sampai di lantai bawah rumahnya, Dira disambut oleh Edsel dengan keadaan yang sangat buruk. Benar kata Genta, wajah Edsel babak belur. Ujung bibirnya terluka, pelipisnya sedikit memar dan hidungnya mengeluarkan darah segar yang sudah cowok itu bersihkan menggunakan tisu di tangannya.

Sambil mengaduh, Edsel terlihat mengusap hidungnya yang berdarah. Cowok itu kini sudah terduduk di sofa ruang tamu rumah Dira.

 Cowok itu kini sudah terduduk di sofa ruang tamu rumah Dira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Edsel!" teriak Dira panik seraya berlari mendekat.

Sang empunya nama hanya melirik Dira sebentar kemudian menundukkan wajahnya, ㅡseperti tak ingin menatap Dira.

"Lo kenapa?" Dira yang telah sampai di depan Edsel kini mendudukkan diri di sampingnya dan mencoba meraih wajah Edsel.

"Sel! Jawab!" Teriak Dira yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kekhawatirannya. Edsel masih terus saja menunduk dan tak menjawab Dira sepatah katapun meski Dira terus saja memaksanya.

Sampai akhirnya terdengar isakan tangis Dira dan seketika itu Edsel mengangkat wajahnya untuk menatap sahabatnya itu.

"Lo kenapa? Berantem sama siapa? Bukan Dega kan?" tanya Dira yang kini sudah menangis.

Edsel akhirnya menggelengkan kepalanya, dan menghela napas panjang. Sempat menatap Dira sebentar, pandangannya kembali beralih ke arah lain. Kedua matanya mulai memerah dan bibirnya sedikit bergetar.

"Bokap lo?" tanya Dira hati-hati setelah mengamati perubahan mimik wajah Edsel.

Tentu Dira segera tahu meskipun tanpa Edsel menjawabnya. Tidak ada yang dapat membuat Edsel sesedih ini kecuali satu hal, Papanya lah yang sudah menghajarnya. Bukan sekali ini Edsel mendapat perlakuan kasar Papanya itu, tapi mungkin ini sudah ketiga kalinya.

Erlangga Atmajaya, adalah seseorang yang sangat keras dan sering kali memperlakukan anaknya dengan kasar jika emosinya sudah lepas kendali. Dia tidak pernah merasa menyesal ketika kedua tangannya itu dengan ringannya melukai anak semata wayangnya sendiri.

Sesaat Edsel terdiam dan menggigit bibirnya sendiri, ia menahan tangis yang hampir meluap. Dadanya begitu sesak saat mengingat kejadian yang baru saja ia alami. Sebegitu kasar Papanya memperlakukannya, meskipun dirinya hanya ingin melindungi Mamanya yang hampir terpukul oleh tangan Erlangga. 

Sementara Dira dengan pelan memeluk tubuh Edsel untuk menenangkannya,ㅡ setelah baru saja menyuruh Genta untuk pergi menjemput Caca.

"Gue bersihin luka lo dulu." ujar Dira yang kemudian melepaskan pelukannya, berniat untuk pergi mengambil kotak obat.

STOLEN (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang