24. Heartbeat

1.7K 234 44
                                    

Berbahagialah Dira pada hari ini.

Sejak pagi senyumnya terus menghiasi wajah cantiknya.

Apalagi alasannya jika bukan karena Dega. Seperti janjinya tadi malam, cowok itu pagi-pagi menjemput Dira untuk berangkat sekolah. Bahkan ia sudah tidak malu-malu lagi untuk berjalan berdampingan dengan Dira setelah seminggu kemarin berpura-pura menjadi orang asing.

"Pagi jomblo."  sapa Dira pada Rossie dan Elsa ketika sudah memasuki kelas dan duduk manis pada tempatnya.

Kedua temannya itu langsung mendelik dan menghujam Dira dengan beribu-ribu pertanyaan. Pasalnya, Dira dan Dega seminggu kemarin menjauh dan seperti tidak kenal. Tapi kenapa tiba-tiba hari ini mereka bisa berangkat bersama. Bahkan Dira dan Dega terlihat sumringah sekali saat pertama masuk ke dalam kelas tadi.

"Udah sah lo?" Elsa membuka sesi wawancara kali ini sambil sedikit menarik rambut panjang Dira.

Kepala Dira langsung menggeleng, "Belum lah."

"Alah monyet lo. Ngapain ngatain kita jomblo kalau lo juga masih jomblo." sungut Rossie kesal.

"Seenggaknya gue ada cowok buat anter jemput gue sekarang." jawab Dira penuh kesombongan.

"Gue juga ada, meskipun cabe kering kayak Bams."

Perkataan Elsa mengundang gelak tawa Dira dan Rossie bersamaan. Elsa mengatakannya dengan wajah sebal dan melirik Bams di pojok sana yang sedang menguap lebar.

Sebenarnya Dira dan Rossie tahu Elsa menaruh hati pada Bams, meskipun Elsa tidak pernah mengatakannya. Cewek berdarah Thailand itu memang selalu terlihat jual mahal pada Bams, padahal sebenarnya hati Elsa sudah tercuri oleh Bams sejak dulu.

Hampir sama dengan Elsa, Rossiepun juga selalu jual mahal atas dirinya dengan Juna yang memang sudah menjadi mantan pacarnya. Dira tahu Rossie selama ini belum melupakan Juna sepenuhnya. Sebenci-bencinya Rossie terhadap Juna, cewek itu tetap tidak mampu menghapus perasaannya begitu saja.

Buktinya, sekarang saat tiba-tiba Juna muncul di hadapan Rossie, cewek itu menjadi salah tingkah.

"Apaan?" Tanya Rossie ketika Juna baru saja datang dan memberinya sebungkus roti cokelat keju kesukaan Rossie.

"Kata mama lo, lo belum sarapan." jawab Juna dengan tampang garangnya.

Roti cokelat keju itu kini sudah mendarat di meja depan Rossie, dan Juna kini sudah pergi menuju ke bangkunya meninggalkan Rossie dengan mulut menganga lebar.

Dira dan Elsa pun tak kalah terkejut dengan sikap Juna. Tidak ada petir, tidak ada hujan, ada apa dengan Juna yang sangat anti dengan Rossie ini? Tiba-tiba cowok garang itu memberi roti. Apakah ada racun di dalamnya?

"Lo berdua balikan?"

Pertanyaan Elsa membuat Rossie mendelik dan langsung menoyor kepala Elsa cepat. "Gak lah!"

"Ada apa nih? Kok tiba-tiba mas Juna beliin roti mbak Rosidah." Dira terkikik geli sambil melirik Juna di seberang sana yang kini sedang menyontek PR Dega.

Rossie terdiam sebentar seraya melihat sebungkus roti tadi. Sesekali pandangannya melirik Juna di seberang sana, kemudian ia menghela napas panjang dan tiba-tiba bersandar pada pundak Dira.

"Kenapa? Mau cerita gak?" tanya Dira.

Rossie masih terdiam, sementara Elsa dan Dira hanya saling menatap bingung tak mengerti apa yang sudah terjadi pada sahabatnya itu.

Memang Rossie tadi malam sempat memberitahu bahwa Juna berada di rumahnya, tapi karena keasyikan dengan Dega, Dira jadi lupa untuk membalas pesan Rossie itu.

STOLEN (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang