9

18.9K 2.2K 446
                                    

note:
1. this gonna be super explicit. mohon kebijakannya dalam membaca
2. disarankan untuk mendengar lagu di mulmed selagi membaca chapter ini:
Give You What You Like
by Avril Lavigne

__

Untuk pertama kalinya, Haechan menurut tanpa memprotes atau mendengus.

Sebenarnya merasa jijik akan dirinya sendiriㅡbeberapa kali otaknya bersuara, meraung di dalam kepala, mengatai Haechan adalah seorang jalang. Namun, janji adalah janji. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada suara kecil yang berkata bahwa dia tidak boleh membuat Mark kecewa. Dan di samping itu pula, sepatutnya Haechan juga tidak perlu merasa jijik. Dia bukan jalang yang biasa dipakai bergilir mungkin dalam satu malam. Haechan tidak pernah membiarkan Alpha manapun untuk mendekatinya.

Maka, ketika tiba hari dimana dia akan disentuh oleh Alpha-nya sendiri, belahan jiwanya yang lain, dia merasa malu dan kecil. Haechan hanya tidak terbiasa. Biasanya, orang-orang yang selalu menurut di bawah kakinya. Dan, saat ini, justru dia sendiri yang tunduk telak terhadap perintah Mark. Tidak ada pemberontakan sama sekali. Haechan sampai dibuat bingung oleh dirinya sendiri. Dia tidak tahu kalau efek dari sisi lembut Mark Lee akan berdampak sebesar ini.

Seperti yang Mark perintahkan, Haechan pun menjauh sedikit darinya, membalik badan, dan mulai menanggalkan pakaian dari tubuhnya. Mulai dari sweater hitam, hingga boxer. Dia menyisakan dalamannya karena merasa lebih malu lagi apabila telanjang bulat di hadapan Mark. Suhu kamarnya saat ini cukup dingin meski pendingin ruangan mati, barangkali karena faktor hawa dingin dari angin kencang musim gugur mulai merambat ke tembok kamarnya. Dan karena perbedaan suhu yang kentara itulah, Haechan merasa kulitnya seolah tergelitik.

Omega itu tersentak ketika tangan Mark memegang masing-masing lengan atasnya. Dilanjutkan dengan bibir Mark yang menyapa permukaan kulit, mendaratkan kecupan-kecupan lembut di atas bahu kirinya yang sukses membuat Haechan menahan nafas. Pemuda itu tengah mati-matian menahan gelenyar aneh yang bergejolak di perutnya.

"Haechan," Mark berbisik di samping telinganya dengan suara yang dalam. "I need you to count on me."

Haechan menelan ludah dengan susah payah. Nafas Mark yang hangat telah menyapu bersih permukaan lehernya. Bulu roma mulai menegak.

"Surely, I will, hyung."

Begitu menyelesaikan kalimatnya, Haechan dibuat terkesiap karena Mark yang tiba-tiba mengangkat dirinya dalam gendongan. Sebagai refleks, Haechan melingkarkan tangan di leher Mark, sementara kedua kakinya di pinggang. Pria itu tidak berbaik hati memberikan waktu baginya untuk melakukan penyesuaian. Dan setelahnya, bibir keduanya bertemu untuk yang pertama kali.

Itu ciuman pertama Haechanㅡuntungnya, sang belahan jiwa yang mengambilnya. Pemuda manis itu tidak punya pengalaman sama sekali, benaknya tidak bisa memberi gambaran apa-apa tentang bagaimana ciuman itu, apa rasanya, dan kenapa orang bisa melakukannya. Namun, ketika hari ini tiba, ketika Mark menciumnya tepat di bibir, semua pertanyaan di benak seolah terjawab.

Ciuman itu begitu lembut, seolah Haechan diterbangkan hingga menembus gumpalan awan di atas sana, terbang hingga dia menemukan nirwananya di sana. Mark menuntunnya dengan sangat baik dan lihai. Ciuman itu sama sekali tidak menuntut ataupun memiliki nafsu yang tersirat. Justru pangutan itu terasa begitu hangat, manis, dan suci sampai-sampai Haechan merasa tidak cukup pantas untuk mendapatkan semua ini.

Maka, pada saat yang bersamaan, terbukalah kedua mata Haechan. Dia kini tahu dan mengerti bahwa Mark memang tidak seperti Alpha kebanyakan. Dia berbeda. Sempurna dalam rupa maupun sikap, tata krama bukan sebagai alat menjilat, memiliki sisi lemah lembut meski bersampul temperamental, mungkin juga dingin tetapi belahan jiwanya adalah pengecualian. Dia melakukan semua hal yang sepatutnya juga dilakukan oleh semua Alpha terhadap Omega mereka masing-masing.

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang