25

8.8K 1.4K 128
                                    

Tetapi Haechan berbohong padanya.

Pemuda itu meninggalkannya sendiri terbangun di pagi hari dalam keadaan luar biasa bingung dan frustasi. Mark, yang lelah karena menangisi penyesalannya semalaman penuh, linglung dan tidak bersemangat. Ia mencari Haechan ke seluruh penthouse dan mendapatkan hasil nihilㅡkecuali secarik sticky note kuning yang ditempel dengan sengaja pada pintu lemari pendinginnya. Berikut isi pesannya:

'Aku akan segera kembali,
Lee Haechan.'

Namun, sudah seminggu berlalu dan Haechan tak kunjung menunjukkan batang hidungnya lagi. Mark mengunjungi rumah ayah Haechan, namun beliau sendiri rupanya sama kewalahannya mencari keberadaan sang anak. Dari ayah Haechan, Mark mendapatkan alamat apartment Johnny dan pergi mengunjunginya.

"Haechan bilang, dia mau menginap di rumah Jaemin," ujar Johnny siang itu. Mark dapat mendengar sirat frustasi yang kentara terdengar lewat nada bicaranya. Dia jelas mengkhawatirkan keponakannya. "Aku mengiyakan, tentu saja. Jaemin adalah sahabat karibnya."

Tetapi, Johnny pun sama frustasinya dengan Mark. Keduanya sama sekali tidak menyangka bahwa itu merupakan saat terakhir mereka bertemu dengan Haechan.

"Keesokan harinya, aku membereskan kamar Haechan. Dan, aku menemukan ponselnya di atas meja nakas. Aku pun menelepon Jaemin, menyuruhnya menanyakan Haechan apakah bocah itu sengaja meninggalkan ponselnya atau tidak," Johnny mengerang. "Jaemin rupanya tidak tahu apa-apa, Haechan menggunakan namanya agar bisa mendapat izinku. Hingga detik ini, tidak seorang pun tahu kemana perginya dia."

Keesokan malamnya, Mark terjaga. Kamar tidurnya sudah diatur segelap mungkin agar memudahkan dirinya untuk terlelap, tetapi ada sebuah perasaan ganjil yang mengganjal hati. Di satu sisi, ia khawatir pada Haechan. Di sisi lain, perasaan menyesal itu masih mengakar kuat dalam lubuk hatinya.

Ini bukan tentang Haechan yang berbohong padanya.

Ini tentang Mark yang mengkhianati Haechan.

Adalah hal yang sangat wajar bagi Haechan untuk meninggalkannya atas akibat dari perbuatannya yang terbilang sangat keliru, layaknya anak remaja yang menjalin cinta monyet dengan teman sebayanya. Yang memalukan adalah, Mark merupakan seorang pria dewasa. Namun, rasanya ia belum cukup dewasa untuk tahu seberapa berharganya sebuah kesetiaan dalam suatu hubungan.

Haechan sudah cukup sabar menghadapi segala cobaan di kehidupannya. Mark membayangkan dirinya berada di posisi itu dan dia bersumpah akan meninju Alpha bajingan yang mengkhianatinya itu dan pergi sejauh mungkin. Siapapun akan melakukannya. Tetapi Haechan tidak. Dan, Mark, pada dasarnya, harus bersyukur.

Ada baiknya jika Mark belajar bahwa bukan karena seseorang berperan penting dalam hidupmu, maka artinya kau bisa bergantung padanya.

Ada baiknya jika Mark belajar bahwa, untuk menjalin suatu hubungan, Mark hanya boleh memilih satu diantara semuanya.

Mark bersumpah, dia terbangun bukan karena Carmen yang gaduh di dapur mencari camilan sebagai teman menonton pukul dua pagi.

Alpha itu terbangun karena mimpinya sendiri. Ia terbangun dalam keadaan bersimbah keringat, terbukti dengan kaus oblongnya yang basah dan poninya yang lepek. Mark juga dapat merasakan desiran halus pada aliran darah di bawah permukaan kulitnya, serta degup jantungnya yang berdetak tak karuan. Dadanya terasa sesak, kekhawatirannya seolah memuncak di sana. Kepalanya diserbu dengan suara-suara bising yang tak dapat dimengerti apa maknanya.

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang