Lucas bergeming di tempat, tidak tahu harus menjawab apa. Haechan mendengus sembari menyeringai sedih. Seharusnya dia menduga reaksi Lucas sebelumnya.
"Maaf kalau aku egois," ucapnya pelan. "Tapi, kulakukan demi kebahagiaanku sendiri."
Lucas masih nyaman dalam keheningan, jadi Haechan yakin bahwa pria itu sedang bergelung dalam pikirannya sendiri. Waktu yang tepat untuk melarikan diri, pikirnya. Maka, Omega itu memutar kenop. Pintu itu lantas terbukaㅡhanya untuk menampilkan seorang Mark Lee di baliknya.
Haechan terdiam. Tubuhnya seolah kaku di tempatnya berdiri. Mata itu secara spontan tertuju pada sepasang manik legam di seberangnya yang menatapnya dengan kerinduan dan secercah pengharapan. Oh tidak, jangan tatapan seperti itu. Haechan dapat merasakan dadanya yang perlahan dibuat sesak.
"Tapi, bagaimana jika dengan begini, kau justru secara bersamaan menyiksa dirimu dan Mark?" Lucas mengambil kesempatannya. "Akui, Haechan. Kau tidak bahagia tanpa Mark di sisimu. Tidak akan pernah."
Kedua tangan itu terkepal tanpa disadari. Air mata menggenang di matanya. Emosi itu cepat atau lambat akan meluap. Haechan pasrah, dia seolah tidak punya kendali lagi atas hati dan pikirannya. Ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri.
Ia rindu.
"Aku tahu apa yang terbaik untuk kebahagiaanku."
Namun, bagi Haechan, ego masih tetap nomor satu. Dia tidak peduli jika ini akan menyiksa keduanya, seperti yang Lucas katakan. Yang Haechan tahu adalah, ia tidak menginginkan patah hati yang lainnya lagi. Cukup Mark Lee, untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
"Permisi," pamitnya sambil membungkuk pada Mark.
Mark terhenyak. Seberapa besar benci pemuda itu terhadap dirinya hingga ia bersikap seolah mereka adalah orang asing?
Lengan yang terayun bebas itu ditahan oleh genggaman erat Mark. Haechan terkesiap. Sama sekali tidak menyangka aksi Alpha itu sebelumnya.
"Kita butuh bicara."
❀
Haechan tidak tahu apa yang membuatnya merasa ingin melarikan diri. Entah karena dia sedang dikurung oleh Mark atau karena ia lelah mengingat begitu banyaknya kenangan di kamar itu. Ia bahkan masih dapat mencium jejak-jejak feromonnya sendiri yang tersisa, bercampur dengan milik Mark. Omega itu dapat memastikan bahwa tidak ada seorang pun kecuali Mark yang masuk ke kamar ini setelah kepergiannya. Tidak seorang bahkan Carmen sekalipun.
Saat ini, Haechan tengah duduk bersila di pinggir ranjang. Secangkir cokelat panas buatan Carmen ada di tangan. Wangi khas cokelat yang menguar sesungguhnya menggoda, namun Haechan sama sekali tidak berselera untuk menyicipinya, mengetahui fakta Mark yang berdiri di samping jendela, masih larut dalam kesunyian yang mencekam.
Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Kukira kita sudah jelas?" Tanyanya, memecah keheningan seketika.
Mark membalik badan ke arah tempat tidur dimana Haechan berada dan meletakkan cangkir miliknya ke atas meja.
"Aku tidak bisa tidur tenang tanpa memberitahumu apa yang sebenarnya terjadi."
"Kau tidak perlu repot-repot melakukannya," Haechan berdeham. "Mataku tidak akan berbohong."
Mark menunduk. Ini adalah saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Perihal Haechan memaafkannya atau tidak, itu urusan belakangan. Yang jelas, dia harus mempersiapkan diri untuk memberitahu Haechan yang sejujurnya.
"Mungkin kau bertanya-tanya siapa gadis di pesta itu; namanya Kwon Eunbin."
Haechan menyeringai miris. "Kutebak, mantan kekasihmu?"
"Yah, begitulah," Mark mengangguk. "Aku tahu aku mengkhianatimu."
Haechan tiba-tiba teringat sesuatu.
"Kurasa kini aku tahu alasan mengapa kau belum ingin menandaiku."
Sekakmat.
Haechan mendongak untuk melihat apakah Mark sungguhan mati kutu dibuatnya. Dan, rupanya memang betul. Alpha itu hanya bisa menyilangkan lengan di depan dada sembari menghela nafas.
"Memang betul, aku belum siap. Semua hal terjadi begitu cepat dan aku tidak tahu harus mulai dari mana," ujarnya. "Aku sangat terpukul dan marah karena Eunbin menyembunyikan tentang penyakitnya. Aku yang kecewa, memilih untuk menghindarinya dengan cara menyibukkan diri di kantor. Dan, pada saat itulah aku bertemu denganmu, seorang remaja pembangkang yang ditakdirkan sebagai Omega-ku."
Mark mengambil jeda sejenak. Dadanya terasa begitu sesak ketika ia memaksa diri untuk membongkar lagi sebuah luka lama.
"Eunbin ada di sana untuk mengajarkanku tentang cinta, tentang apa arti sebuah pengorbanan, dan tentang bagaimana kepercayaan menjadi pondasi utama suatu hubungan," ia kembali menjelaskan. "Dengan sabar ia membimbing dan mengubah sifat-sifat kasarku."
Ketika Mark mengusap kasar air mata yang jatuh ke pipinya, Haechan sedang mati-matian menahan diri untuk tidak bangkit dan memeluk sang Alpha.
"Dia adalah cinta pertama yang mengubahku menjadi orang yang lebih baik," Mark kembali mengusap air mata yang jatuh. "Dia mendukungku hingga aku bisa sampai ke titik ini. Dan yang menyedihkan, aku tidak pernah bisa membalas jasa-jasanya lagi setelah ini."
Mata Haechan membulat. Jantungnya berdegup tak karuan.
"A-apakah diaㅡ"
"Dia telah pergi untuk selamanya," sambung Mark cepat.
Kali ini, giliran Haechan yang dibuat terhenyak. Dia sama sekali tidak mengira bahwa mantan kekasih Mark telah tiada. Ia yakin bahwa pria itu pasti merasa terpukul. Dan kini, ia merasa bersalah karena tidak berada di samping Mark ketika ia membutuhkannya.
Hatinya tergerak untuk memeluk Mark. Tangisan itu pecah kemudian, terdengar pedih dan menyayat hati. Haechan dapat merasakan pelukan Mark yang begitu erat, memberi isyarat mendalam bahwa ia tidak mau kehilangan lagi.
"I'm sorry for your lost, Mark," ucapnya tulus. "I'm sorry that I left you."
"I can't lose you, Haechan."
Omega itu dilanda dilema kemudian. Dengan Mark yang masih menangis di pelukannya, akankah semua hal berjalan baik-baik saja setelah ini? Apakah hatinya sudah mantap untuk mengambil keputusan?
Mungkin kali ini, biarlah ego yang mengalah. Karena sebesar apapun ego Haechan, cintanya untuk Mark tetap lebih besar. Maka, ia memutuskan untuk memaafkan dan melupakan, serta memilih untuk tinggal dan senantiasa berada di samping Markㅡsama seperti yang Eunbin lakukan sebelumnya.
Setiap orang pantas untuk dicintai. Setiap orang pantas dimaafkan karena kita semua memiliki kekurangan. Setiap orang pun pantas memiliki kesempatan kedua.
Haechan mengelus surai gelap itu. Setengah berbisik, ia mengucapkan sebuah kalimat pendek penuh makna.
"You won't."
❀
maap pendek, yang penting baper dah tuh wkwk
anyway, stay safe and stay healthy, guys. love ya! <333
15 March 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
obey
Fanfiction[ 이마크, 이헤찬 ] ❝break my rules and we'll see how you gonna regret it.❞ // tw: omegaverse!au, explicit content, spank, affair © chiggady, 2018.