22

9.3K 1.5K 152
                                    

note:
please play
be alright by dean lewis
on repeat.
( it's on the loser lover's playlist )

Makan malam berjalan dengan baik meskipun atmosfer di sekitarnya justru berkata yang sebaliknya. Selera makan Haechan tiba-tiba menguap begitu saja, padahal masakan ayah adalah favoritnya. Hampir sepanjang makan malam berlangsung, Haechan hanya diam dan menunduk, benar-benar menghindari kontak apapun dengan Mark maupun Carmen. Matanya mungkin terfokus pada hidangan di hadapannya, namun Johnny yang duduk di sebelahnya, tahu bahwa pikiran bocah itu entah sedang melayang kemana.

Mark, Carmen, dan ayahnya terus berbincang di meja makan. Minus Johnny, karena dia tidak dekat dengan dua tamu lainnya. Dia hanya berbicara ketika kakak iparnya memperkenalkan dirinya pada Mark dan Carmen. Topik yang mereka bawakan juga tidak jauh-jauh dari politik dan bisnis. Cih, tipikal orang dewasa.

Tiba pada saat makan malam usai, ayah Haechan segera mengajak Mark dan Carmen untuk berbincang di ruang tengah. Sementara itu, Johnny dan Haechan berada di dapur, secara sukarela menawarkan bantuan untuk mencuci peralatan makan yang tadi mereka pakai. Opsi yang jauh lebih baik ketimbang harus nimbrung diantara Mark dan Carmen.

"Jadi," Johnny berdeham sejenak. "Itu yang namanya Mark Lee?"

Haechan menggumam tenang, mengiyakan pertanyaan pamannya. Sementara itu, Johnny melirik Haechan yang sedang mengeringkan piring di belakangnya, takut pemuda itu sedih karena pertanyaannya.

Namun, di luar ekspektasi, Haechan nampak biasa saja dan masa bodoh. Omega itu sama sekali tidak membawa basa-basi Johnny sampai ke hati.

"Kau tahu? Mungkin aku lebih baik berbicara pada Carmen," celetuk Haechan.

"Kenapa?" Johnny bertanya bukan karena dia ingin tahu, namun karena dia benar-benar buta tentang masalah ini.

"Aku tidak punya masalah dengannya," jawab Haechan. "In fact, Carmen sebenarnya berusaha memberitahuku tentang masalah Mark."

Lalui hening. Johnny masih berusaha mencerna perkataan Haechan, namun dia tidak mendapatkan hasil apa-apa. Meletakkan kembali piring kotor yang tadi diambilnya, Johnny membalik badannya.

"You don't have to do this, Haechan," Johnny melepas sarung tangan karet di kedua tangannya. "Jangan dipaksa kalau memang belum siap."

Haechan menghela nafas. Meletakkan piring bersih ke rak di laci, Haechan membalik badan dan menatap Johnny.

"Aku harus mencari tahu kebenarannya, John," Haechan melipat kain lap di tangannya. "Siapa gadis itu, apa hubungannya dengan Mark."

"Tapiㅡ"

"Dan, kenapa Mark harus bertemu denganku jika dia memang belum siap?" Potong Haechan cepat.

Kenapa Mark menyanggupi permintaan ayahnya kalau dia tahu dia tidak dapat bertanggung jawab atas Haechan? Terlepas dari belahan jiwa atau bukan, Mark tidak punya alasan untuk bersikap egois begitu.

"Aku mau pergi ke kamar, John," Haechan memaksakan sebuah senyuman. "Aku merasa agak lelah hari ini."

Haechan terbangun ketika ia merasakan tekanan pada sisi tempat tidur yang lain. Bersamaan dengan itu, sang Omega dapat mencium bau feromon Alpha yang tak asing. Mark. Haechan segera beranjak dari posisi berbaringnya dan menatap Mark yang duduk membelakangi.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Tanyanya, dingin.

"Maaf kalau aku membangunkanmu."

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang