18

10.4K 1.7K 301
                                    

Pekan yang sibuk akhirnya berakhir juga. Dan, Jumat malam adalah momen yang paling tepat untuk memanjakan diri. Tidak harus pergi ke spa atau menghaburkan uang di pusat perbelanjaan, 'kok. Sekedar membaca buku di tempat tidur, ditemani dengan segelas kopi hangat saja sudah cukup bagi beberapa orang. Mungkin Johnny Seo termasuk salah satunya.

Begitu sampai di apartment, Johnny melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah. Tasnya dibiarkan tergeletak di atas sofa ruang tengah. Dia bisa memindahkannya besok, pikirnya. Bahkan ketika Max ㅡanjing peliharaan ras Beagle miliknyaㅡ berlari ke ruang tengah untuk menyambut kedatangan sang majikan, Johnny hanya menggendongnya sampai kamar dan kembali meletakkannya di atas tempat tidur.

Johnny sungguh-sungguh lelah. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah, bagaimana dia dapat secepatnya mandi dan segera berbaring di kasur nyamannya. Dia hanya ingin beristirahat dan menghabiskan akhir pekan yang tersisa dengan suasana hati yang baik.

Gonggongan Max di ruang tengah mau tak mau membuat Johnny mempercepat gerakan dalam mengenakan jubah mandinya. Dalam hati menggerutu, siapa yang bertamu malam-malam begini, 'sih? Johnny, 'kan, jadi tidak bisa beristirahat sepenuhnya.

"Siapa?"

Tidak ada sahutan sebagai jawaban. Johnny berdecak, terpaksa harus menghampiri pintu apartmentnya.

"Oh, astaga, yang benar saja," keluh Johnny.

Pintu dibuka dan Johnny tidak dapat merasa lebih terkejut lagi setelah melihat keponakan kesayangannya berada tepat di balik pintu. Sebuah senyuman yang dipaksakan terukir di wajah manisnya, dia menyapa Johnny kemudian.

"Hei, John."

"Haechan, apa yang kau lakukan di sini, semalam ini?" Johnny menggeser tubuhnya ke samping. "Ayo, masuk!"

"Tunggu aku di sofa, aku mau berpakaian dulu," ujar Johnny sambil menuju ke arah kamarnya. "Aku baru selesai mandi, asal kau tahu saja."

"Yah, aku tahu, John."

Haechan baru saja duduk di sofa ruang tengah ketika Max tiba-tiba melompat ke pangkuannya. Untungnya Haechan sigap menangkap anjing manis itu.

"Apa kabar, buddy?" Haechan mengusak gemas kepala Max. "Kau merindukanku?"

"Nah, apa yang membuatmu kemari malam-malam begini, Haechan?" Johnny tiba-tiba datang dari arah kamar tidurnya. "Kau tahu ini sudah melewati jam malam, 'kan."

"Iya, aku tahu," balas Haechan, kentara menunjukkan rasa muak dalam intonasinya. "Aku kemari hanya untuk menenangkan diriku. Tidak lebih."

Johnny mengerutkan kening, kemudian mengambil tempat tepat di samping Haechan. Alpha itu menatap khawatir pada keponakannya yang bahkan membuang muka. Max diambil alih, tanda Johnny siap berbicara serius dengan Haechan.

"Ada apa?"

"Aku tidak tahu," Haechan menggeleng kecil, masih belum berani melihat ke arah Johnny. "Yang jelas aku kecewa, John."

"Ceritakan padaku. Siapa yang membuatmu kecewa?"

"Seseorang."

"Yang sangat berharga bagimu?" Haechan bergeming dan Johnny mengangguk-angguk. Dia cukup paham untuk menarik kesimpulan sendiri. "Pastinya."

"Kau tahu aku, John. Aku tidak gampang percaya pada siapapun. Tapi begitu aku tahu aku bisa percaya pada mereka, aku akan menaruh kepercayaan yang sangat kuat," ujar Haechan. "Dan, kini, kepercayaan itu seolah menjadi bumerang bagiku. Aku percaya pada orang yang salah."

"Dengar, Haechan, aku tidak tahu siapa yang kau bicarakan saat ini, tapi aku tahu persis bagaimana rasanya dikecewakan oleh seseorang yang berharga di hidupku," Johnny meremat lembut sebelah sisi pundak Haechan. "Kau harus belajar memaafkan dan merelakan. Ingat, manusia manapun pasti membuat kesalahan, bahkan dirimu sekalipun."

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang