13

11.5K 2K 158
                                    

Hari ini, Haechan kembali masuk ke sekolahnya. Nyaris seminggu lebih tidak sekolah, membuat Jaemin jadi menyadari banyak hal yang berubah dari sahabat gembul kesayangannya itu. Mulai dari pipinya yang terlihat tidak setembam dulu, baunya yang mulai tercampur dengan feromon Alpha, dan juga.. kepribadiannya?

"Hoi, kenapa kau jadi pendiam, 'sih?"

Yang dilakukan Jaemin hanyalah menepuk pundak Haechan, dan pemuda itu tahu-tahu sudah berjengit kaget. Padahal, reaksi itu tidak perlu ditunjukkan apabila jiwa dan pikiran Haechan tidak sedang terpisah dari raganya.

"Entahlah, Jaemin," Haechan menghela nafas, melempar pandangannya ke luar jendela. "Aku sedang tidak semangat melakukan apa-apa."

"Jangan begitu. Kau masih punya banyak sekali materi yang belum kau kejar," Jaemin mengacak-acak surai cokelat gelap sahabatnya. "Semangatlah, ujian masuk universitas sudah di depan mata!"

"Di depan mata, kepalamu!" Haechan menggeplak kepala Jaemin dengan tidak bertenaga. "Itu bahkan masih tahun depan."

Jaemin tersenyum, sebelah tangannya mengusap kepalanya sendiri. "Nah, galak terus saja. Aku tidak masalah jika selalu dijadikan bulan-bulanan, asal kau tidak tiba-tiba berubah menjadi pendiam seperti tadi."

Haechan merotasikan matanya dengan malas.

"Ngomong-ngomong, Haechan, kau berutang penjelasan tentang mate-mu padaku."

"Aku malas menjelaskannya."

"Duh, kenapa kau jadi kembali galak lagi?" Jaemin mengacak rambutnya frustasi.

"Dia pria yang berengsek," sarkas Haechan. "End of story."

Usai berkata demikian, Haechan beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Jaemin sendirian di kelas.

"Kau mau kemana?!"

Jaemin mengernyit, kemana anak itu pergi? Bel masuk sebentar lagi berbunyi.

Haechan tengah bersantai di atap sekolah sambil menikmati semilir angin dan rokok terakhir yang terselip diantara bilah bibirnya ketika Jaemin membuka pintu besi atap dengan kasar dan mengganggu ketenangan. Haechan baru akan menyumpah serapahi Jaemin tetapi penyandang marga Na itu sudah lebih dulu angkat bicara.

"Haechan, seseorang mencarimu di ruang kepala sekolah," Jaemin menarik nafas. "Sepertinya itu mate-mu."

"Apa?!"

Haechan langsung membuang puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya dengan kasar. Mata bulatnya membesar, panik setengah mati.

"Apa yang dia lakukan di sini?" Tanya Haechan.

Jaemin menggigit bibir bawahnya, dia tiba-tiba merasa tidak enak pada Haechan. Keraguan menyelimuti hati, menimang-nimang lagi haruskah dia memberitahu Haechan perihal ini atau langsung meminta sahabatnya itu untuk pergi ke ruang kepala sekolah saja?

"Jaemin, I don't have all day!" Desak Haechan.

"I-ingat Alpha bernama Lee Jeno dan beberapa temannya dari kelas sebelah yang kau hajar habis-habisan tempo hari?" Haechan mengangguk awas. "J-Jeno.. melaporkanmu ke guru bimbingan konseling dan kepala sekolah."

Jaemin menunduk takut setelahnya. Dia tidak sanggup melanjutkan ini lagi.

Mata Haechan berkilat karena amarah. Nafasnya memburu hebat, menahan marah.

"Keparat."

"Jadi, Lee Haechan, bisa kutanya apa penjelasanmu terhadap masalah ini?"

Keduanya kini sedang berada di parkiran sekolah dan di dalam mobil Mark. Jangan tanya bagaimana bisa, jelas saja jawabannya adalah karena kehendak Alpha berengsek itu adalah yang termutlak dan harus diutamakan. Sialan. Haechan jadi menyesali segala yang diterimanya di hidup ini.

"Tidak ada," jawab Haechan sembari membuang muka.

"Kau tidak mau membela diri?"

"Untuk apa membela diri kalau aku tahu kau akan tetap memercayai omongan bedebah itu."

Mark menyipitkan sebelah matanya, terganggu dengan gaya bahasa Haechan yang kembali kasar. Tahu kalau Haechan belajar mengumpat dari lingkungan sekolah, lebih baik dia disekolahkan di rumah saja. Tapi, bukan saat yang tepat untuk membahas umpatan Haechan. Mark mengerti betul kalau pemuda itu sedang dalam suasana hati yang sangat buruk.

"Tidak apa, Haechan. Ceritakan versimu."

Maksud Mark mungkin adalah untuk memahami sudut pandang Haechan. Dia memang sudah mendengar versi Lee Jeno dan sekelompok temannya, tetapi sudut pandang orang pastinya berbeda-beda. Meskipun tidak dapat menyangkal hukuman skors kelas yang Haechan dapatkan selama dua hari, tetapi setidaknya, Mark ingin bertindak adil dengan memahami permasalahan yang dihadapi Haechan.

Kalau menurut Jeno, Haechan yang menyerangnya duluan. Katanya, Haechan mengolok-olok dirinya sebagai Alpha bajingan yang tahunya hanya meniduri Omega dan Beta yang berbeda-beda tiap malamnya. Tak hanya itu, Haechan juga membuatnya malu dengan meremehkan kekuatannya sebagai Alpha. Haechan mengajaknya berkelahi, tetapi Jeno menolaknya karena dia masih menghormati kodrat Haechan sebagai Omega. Namun, dia justru memaksa Jeno untuk menerima tantangan tersebut dan karena sudah berada di ujung tanduk, terpaksalah Jeno menerimanya.

Hasil akhir dimenangi oleh Haechan, sementara Jeno dan teman-temannya berakhir dengan wajah babak belur.

"Aku tidak tahu," Haechan mengerang frustasi. "Tidak akan ada yang percaya jika aku membuka kebenarannya."

"Aku percaya padamu, Haechan."

Haechan menoleh dan manik keduanya langsung bersirobok. Mata Omega manis itu menyorotkan pengharapan penuh pada Mark, satu-satunya orang yang paling bisa dipegang perkataannya.

"Semua yang dikatakan Jeno memang ada benarnya," Haechan mengusap wajahnya kasar. "Tapi itu semua semata-mata karena bajingan itu melecehkan Jaemin, sahabatku!"

"Apa yang dia lakukan?" Mark mengernyit.

"Awalnya, aku tidak peduli dengan siapa Lee Jeno itu. Tapi, beberapa kali aku melihatnya memaksa Jaemin untuk berciuman panas dengannya," jelas Haechan. "Bukan hanya itu saja, aku pun pernah melihatnya meremas bokong Jaemin!"

"Bocah itu keterlaluan juga."

Meski respon Mark cukup pasif, tetapi Haechan justru tidak semakin tersulut. Dia menghela nafasnya, lelah.

"Aku memang kesal dengan Jeno, tapi kurasa aku pantas mendapat skors kelas ini," kata Haechan, memejamkan matanya. "Karena, sahabatku Na Jaemin, juga pantas mendapat keadilan untuk dirinya sendiri."

maaf pendek yaa

udah pada jatoh cinta belom sama karakter haechan?

11 March 2019

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang