"Woah, Mark, aku gugup."
Haechan memainkan jari-jarinya yang saling bertaut di pangkuan. Sesekali dia mencuri pandang ke luar jendela mobil hanya untuk membuat dirinya semakin gelisah tak karuan. Dia tidak siap jika harus bertemu dengan kolega-kolega bisnis Mark yang pastinya berasal dari kalangan atas. Haechan mungkin dipandang rendah oleh mereka. Atau yang lebih parah, dibicarakan di belakang. Duh, membayangkannya saja sudah membuat Haechan bergidik ngeri.
Dia harus berbuat apa untuk meninggalkan kesan pertama yang bagus?
"Rileks," balas Mark sambil mencuri pandang ke arah Haechan yang duduk di kursi penumpang di sampingnya.
"Apakah mereka orang-orang yang baik?"
"Hm, tentu saja. Orang-orang bisnis seperti ini bukan tipikal yang suka mengurusi urusan orang. Mereka hanya peduli dengan uang dan keuntungan."
Haechan menghela nafas lega. "Syukurlah."
"Tenang saja, Haechan," ujar Mark. "Aku akan tetap berada di sampingmu sampai pestanya selesaiㅡkalau kau tak nyaman, kita pulang."
"Sungguh, Mark?"
Mendapat anggukan kecil dari yang lebih tua membuat hati Haechan sedikit tenang. Namun, ada sedikit rasa tidak enak juga karena jika dia merengek pulang, acara Mark dengan koleganya pasti terganggu.
"Terimakasih, Mark."
"Bukan masalah, sayang."
Ketika tangan kanan Mark perlahan turun dan menarik tangan kiri sang Omega untuk digenggamnyaㅡHaechan bersumpah dia tidak bisa lebih meleleh lagi daripada ini. Alpha yang ditakdirkan untuknya mungkin bukan Alpha sempurna yang jadi idaman semua Omega di muka bumi ini, tapi Haechan yakin bahwa Alpha dengan kepribadian yang tidak dapat ditebak seperti Mark Lee ini adalah Alpha yang terbaik untuk dirinya.
Lihatlah bagaimana tangan besar itu menenggelamkan tangan Haechan dalam genggamannya. Lihat juga bagaimana Mark menautkan setiap jari-jari mereka dengan erat, mengetahui bahwa Omega manisnya tengah gugup dan dia sedang berusaha untuk membuat Haechan merasa sedikit lebih tenang.
Untuk yang kesekian kalinya, Haechan kembali bersyukur. Dia punya Alpha yang penyayang dan adalah kesalahan terbesar apabila Haechan menyia-nyiakan dirinya.
"Nah, kita sampai."
Mercedes Benz Mark masuk ke dalam pekarangan besar sebuah rumah yang mungkin lebih cocok disebut istana, dari sudut pandang Haechan. Mobil sedan itu berhenti tepat di depan pintu masuk yang ramai oleh para tamu lain yang diundang. Kebanyakan datang membawa pasangan masing-masing, mengenakan baju mewah dan rambut yang ditata sedemikian rupa. Semua orang nampaknya ingin terlihat menarik dan menjadi yang terbaik. Ada apa gerangan?
"Kukira ini hanya pesta biasa," komentar Haechan tiba-tiba.
"Memang," balas Mark. "Kolegaku yang satu ini.. memang sedikit berlebihanㅡayo turun, mobil ini akan kuserahkan pada petugas valet."
Haechan baru akan mengangguk sebagai respon namun Mark sudah lebih dulu turun. Dia tanpa sadar memperhatikan sang Alpha yang berputar ke pintu kursi penumpang untuk membukakan pintu bagi Omega-nya. Haechan menahan tawa, dia merasa tersanjung sekaligus geli. Apa lagi ketika Mark mengulurkan tangannya.
"Berlagak sok romantis, 'eh?" Bisik Haechan seraya menerima uluran tangan Mark.
"I just wanna please my little Omega tonight." Mark menutup pintu dan menyerahkan kunci mobil pada petugas valet parking di dekatnya.
"Kau menggelikan."
"Sama-sama, sayang."
Pasangan itu kemudian masuk dan berbaur diantara tamu-tamu undangan lainnya. Meski baru saja datang, keduanya justru menjadi yang paling menarik perhatian. Banyak orang yang tak sungkan menyapa Mark, yang tentu saja dibalas oleh Alpha itu. Meski tidak kenal, namun mereka tetap bersikap ramah dan tersenyum kecil pada Haechan. Yah, Haechan rasa, pesta bisnis semacam ini tidak seburuk yang dia perkirakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
obey
Fanfiction[ 이마크, 이헤찬 ] ❝break my rules and we'll see how you gonna regret it.❞ // tw: omegaverse!au, explicit content, spank, affair © chiggady, 2018.