23

10K 1.4K 131
                                    

"Haechan?"

Haechan tersentak dari lamunannya ketika seseorang menyebut namanya. Seorang Omega bernama Lee Chaeyeon, berdiri di hadapannya. Haechan memaksakan sebuah senyuman untuk terukir di wajah.

"Hai," balasnya, kaku.

"Ada apa?" Chaeyeon tersenyum padanya. "Kau tidak menikmati pestanya?"

"Bukan ituㅡaku sangat menikmati pestanya. Terimakasih sudah mengundangku," tukas Haechan. "Maaf, aku sedang banyak pikiran akhir-akhir ini."

"Kau tahu bahwa kau bisa bercerita padaku, bukan?"

"Yah, mungkin lain kali," Haechan mengangkat bahu. "Terimakasih atas tawarannya."

"Happy to helps!" Chaeyeon menepuk pundaknya. "Make yourself at home, okay?"

"Surely, I will," Haechan tersenyum. "Happy sweet seventeen, girl!"

Chaeyeon mengerling dan melenggang pergi, meninggalkan Haechan sendirian lagi. Meski di tengah keramaian pesta ulang tahun Chaeyeon, Haechan tetap merasa kesepian. Ketika rasa hampa memenuhi dirinya, bahkan kehadiran teman-temannya tak lagi berarti.

Jaemin dan Jeno telah memperhatikan Haechan dari kejauhan sejak tadi. Awalnya, Jaemin ingin menghampiri. Namun, Jeno melarangnya. Kata Jeno, Haechan pasti punya alasan kenapa dia lebih memilih duduk di bar sendirian ketimbang bergabung dengan yang lain di ruang tengah. Mungkin dia memang butuh waktu menyendiri. Mau tak mau, Jaemin pun hanya bisa mengangguk pasrah. Karena di sini, dia pun tidak tahu apa yang sedang terjadi. Haechan belum memberitahunya dan mungkin akan menolak memberitahu jika Jaemin bertanya saat ini.

"Haechan nampak kacau," gumam Jaemin. "Apa yang terjadi?"

"Kita semua tahu jawabannya," Jeno mendengus. "Mark Lee."

"Ada sesuatu lain yang terjadi lagi, Jen," ujar Jaemin. "Aku yakin."

"Seperti, Haechan yang tidak sengaja bertemu dengan Mark?" Jeno asal ceplas-ceplos.

Jaemin menjentikkan jarinya. Itu mungkin sebuah jawaban.

"Kita harus menghampirinya."

Namun, lagi-lagi Jeno menahannya. Jaemin menoleh hanya untuk mendapatkan sebuah gelengan tegas dari sang Alpha.

"Seseorang menghampirinya," Jeno menunjuk dengan dagunya. "We should leave them alone."

Jaemin pada mulanya penasaran dengan siapa Alpha yang menghampiri sahabatnya di bar. Wajahnya nampak asing, Jaemin tidak pernah melihat wajahnya di sekolah. Dia membatin, siapa pemuda itu?

Sementara itu, Haechan sedang memaksakan sebuah senyuman lain ketika sesosok asing mendatanginya di bar. Pemuda itu adalah seorang Alpha. Tubuhnya kira-kira setinggi nyaris seratus sembilan puluh. Bahunya tegap dan kulitnya cukup eksotis. Feromon yang menguar dari tubuhnya terasa tidak asing. Haechan yakin bahwa dia pernah beberapa kali bertemu dengan Alpha ini di suatu tempat tanpa disadari oleh keduanya.

Alpha itu tersenyum, garis-garis halus di sudut matanya muncul.

"Hai," sapanya.

"H-hai," balas Haechan.

"Is this seat taken?"

Haechan menggeleng kecil dan mempersilakan pemuda itu untuk duduk di kursi tepat di sampingnya. Ia berterimakasih, lantas mengulurkan tangannya pada Haechan.

"Lucas Wong," ujarnya, memperkenalkan diri. "Dan kau?"

"Lee Haechan." Haechan menjabat tangan besar itu.

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang