16

10.7K 1.7K 166
                                    

note:
selama bulan puasa, ada baiknya obey dibaca setelah berbuka. read at your own risk. selamat membaca!

__

Akhir-akhir ini, Haechan jadi lebih sering dijemput Carmen. Selama perjalanan menuju gedung apartment, mereka biasanya membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Mark. Misalnya, dimana Mark tumbuh besar, atau bagaimana pendapat Carmen tentang Mark dari sudut pandangnya sebagai adik kandung. Haechan sendiri sejujurnya tidak berani menyinggung topik tentang apa yang pernah Carmen bicarakan tempo hari, dia tidak ingin menciptakan suasana canggung diantara mereka. Karenanya, tak jarang pula, mereka memilih untuk diam-diam saja dan larut dalam keheningan karena kehabisan topik obrolan.

Namun, hari ini, rasanya ada yang berbeda. Sepulang sekolah, Carmen tiba-tiba mengajaknya pergi ke restoran yang dikelola oleh keluarganya. Haechan bingung, tapi berusaha menepis segala pikiran buruk yang muncul di benaknya.

"Aku rasa kau ingin berbicara sesuatu?"

"Ya," Carmen mengulas senyum tipis. "Dan, ini tentang Mark."

Haechan sudah menduganya. Ada sesuatu yang tidak beres diantara kakak-adik itu. Haechan ingin bertanya, tapi ada rasa enggan yang membuat niatnya menjadi setengah hati.

"Bagaimana hubungan kalian?" Carmen menyesap kopinya.

"Baik saja."

"Jujur padaku, Haechan," Carmen tiba-tiba mencondongkan tubuhnya. "Apa kau berusaha mencari tahu sesuatu tentang Mark?"

Haechan menelan ludah dengan susah payah. Aura Carmen persis seperti Mark, mengintimidasi dan membuat Haechan gelisah tanpa sebab. Dia harus jawab apa?

"Yah, kalau kau memaksaku jujur, jawabannya adalah iya." Haechan mengusap tengkuknya, canggung.

"Aku bisa katakan bahwa itu adalah usaha yang bagus. Tapi, aku juga ingin memperingatimu, ada resiko yang harus kau tanggung, Haechan."

Haechan tidak tahan lagi, mengapa Mark dan Carmen seolah mempersulit hidupnya?

"Kenapa kau memberitahuku tentang ini?" Tanya Haechan. "What do you expect from me?"

"Not gonna tell you now."

"Entah kau mengharapkan bantuanku, entah Mark sedang dalam masalah, atau bahkan untuk menolong diriku sendiri?" Kukuh Haechan. "Aku harus tahu."

"Tidak sekarang, Haeㅡ"

Kalau begitu, inilah saatnya untuk memancing Carmen.

"I found it," potong Haechan.

"Found what?"

"Foto gadis itu. I found it."

Haechan tidak menyesal memaksakan dirinya untuk menatap tepat ke manik yang sama dengan milik Mark. Dia melihat dengan jelas bagaimana air wajah yang semula tenang itu berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena ucapannya.

Apa ini? Siapa gadis itu? Apa hubungannya dengan Mark?

"Kau berada selangkah di depan dibanding yang kuperkirakan." Carmen mengangguk-angguk.

"Gadis di foto itu, siapa dia?"

"Tidak sekarang, Haechan."

"Kenapa kau tidak mau memberitahuku sama sekali? Berikan aku setidaknya petunjuk kalau kau ingin aku mencari tahu semuanya sendiri."

Carmen lagi-lagi menggeleng, dia jelas menolak permintaan Haechan. Pemuda itu pun mengerang kesal. Carmen bisa menceritakan semuanya dari awal sampai akhir dan Haechan hanya perlu mencari solusi. Permasalahan selesai. Kenapa yang simpel harus dipersulit?

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang