1

25.1K 2.8K 197
                                    

Kakinya melangkah dengan terseok-seok. Setiap bagian syaraf di tubuhnya terasa hampir mati rasa. Converse merah sekarat karena diinjak tumit. Ripped jeans-nya berlumuran tanah, tak lagi berwarna biru langit sepenuhnya. Kaus hitam Guns N' Roses sudah koyak dari bagian kerah hingga ke lengan kiriㅡdibaliknya, ada luka goresan yang memanjang dari ceruk leher hingga lengan atas. Wajahnya tidak babak belur, tetapi sudut bibirnya robek. Matanya merah, sorotnya menyiratkan rasa lelah dan putus asa yang mendalam. Surai cokelat gelap yang sewarna dengan maniknya nampak berantakan dan lepek karena keringat.

Dia mendorong pagar rumahnya, membukakan jalan bagi dirinya sendiri untuk masuk ke dalam. Berhenti sejenak karena rasa nyeri di lengan kirinya, dia pun menatap ke arah rumahnya yang sederhana. Rumah yang seharusnya hangat di tengah badai musim dinginㅡmalah lebih seperti rumah dingin di tengah panasnya api neraka dunia. Dia tak pernah ingin kembali apalagi pulang kemari. Tapi, apa daya. Takdir suka melihatnya menderita, mungkin salah satu alasannya karena dia tak pernah bersyukur.

Namanya Lee Haechan. Seorang Omega pemberani yang merupakan biang onar, namun dihormati oleh kaum Alpha. Haechan mengubah pandangan nyaris seperempat populasi Alpha di negaranya, bahwa Omega tidak selamanya lemah atau keberadaan mereka hanya untuk melahirkan keturunan saja. Dengan kehadiran dirinya, kaum Omega kini lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya. Tindakan penindasan, kekerasan, cat-calling, bully, dan lainnya mulai berkurang di sekolahnya. Dia sadar akan hal itu, tetapi tidak menganggap dirinya sebagai pembawa perdamaian. Haechan tetaplah Haechan yang pembangkang dan tidak tahu aturan.

Haechan kini melangkah naik ke undakan menuju teras rumahnya. Dua anak tangga dilewatinya sebelum bisa sampai ke pintu masuk. Haechan meraih kenop pintu dan memutarnya, bunyi cklek menjadi pertanda dugaan kalau rumahnya tidak dikunci itu benar. Engsel pintu berbahan dasar kayu itu berderit nyaring, membuat Haechan mendengus. Sudah berapa kali dia meminta sang ayah untuk meminyakinya tetapi sugesti itu hanya dibiarkan menjadi angin lalu.

Haechan mengernyit kala melihat lampu ruang tengah yang dibiarkan menyala meski rumah itu tak berpenghuni sebelum dia sampai. Dia pun melepas sepatu dan membiarkannya tergeletak begitu saja di dekat pot di sebelah rak sepatu, tidak mau repot membenahi. Haechan lebih penasaran apakah ayahnya pulang lebih awal hari ini atau memang dia sendiri yang lupa mematikan lampu ruang tengah.

"Haechan, kau sudah pulang?"

Suara itu berasal dari dapur, ayahnya mungkin tengah memasak makan malam. Haechan tak menjawab, dan lebih memilih untuk menghampiri ayahnya langsung.

"Ayah, sudah kubilang berapa kali untukㅡ"

Ucapan Haechan terpotong kala melihat ada seorang pria berpakaian formal yang tengah duduk di bar ruang makan rumahnya. Kontak terjadi diantara keduanya. Wajahnya tidak bersahabat, tatapannya menusuk seolah dia adalah algojo yang siap mengeksekusi Haechan kapan saja. Haechan mengernyit tak suka, lalu langsung membuang muka dengan tidak sopannya.

"Siapa ini, Yah?"

Sang ayah membalik badan, berniat untuk menjelaskan pada anaknya. Namun, alangkah terkejutnya ketika melihat penampilan Haechan yang berantakan dan nyaris babak belur.

"Ya Tuhan, Lee Haechan!" Bentak ayahnya. "Sudah kubilang berapa kali untuk tidak mencari keributan dengan para Alpha liar itu?!"

Sang ayah dapat mencium feromon Haechan yang nyaris hilang akibat ditimpa dengan banyak sekali bau Alpha lain.

"Mereka yang mulai duluan," Haechan mengangkat bahunya.

"Masuk ke kamar dan bersihkan dirimu!" Ayahnya membentak dengan suara Alpha, yang seharusnya membuat Omega seperti Haechan menciut. Tapi, karena sudah terlalu sering mendengarnya, itu tak berlaku lagi bagi Haechan selain rasa sakit pada gendang telinganya.

Haechan mendecak, "terserah."

Dia kemudian menghilang dari pandangan kedua Alpha yang terdiam di ruang makan. Suara anak tangga yang berderak menjadi bukti bahwa sang Omega muda tengah menuju ke kamarnya. Lalu, hal itu benar-benar dibuktikan ketika mereka mendengar suara pintu yang banting dari lantai atas.

"Kesan pertama yang buruk," kata Ayah Haechan, menghela nafas sambil menuangkan isi botol wine ke dalam dua gelas.

"Kau tak bisa menyalahkan mereka," tukas si pria. "Begitulah anak muda."

"Anak zaman sekarang memang susah diberitahu. Semaunya sendiri saja." Ayah Haechan terkekeh, bayangan masa lalu samar-samar muncul di benak. "Omong-omong, Mark, bagaimana pendapatmu tentang dia?"

Pria itu ㅡMarkㅡ menerima gelas yang disodorkan oleh ayah dari pemuda tadi. Dia menyesap sedikit, lidahnya mengecap rasa anggur merah yang menyapa lidahnya. Ada sedikit kepuasan yang menyelimuti hati, rasa wine ini begitu seimbang antara manis, pahit, dan juga asamnya. Mark menyukainya.

"Siapa tadi namanya?"

"Haechan."

"Haechan sangat manis," kata Mark sembari meletakan gelas anggurnya di atas meja bar. "Omega yang pembangkang, hm?"

Ayah Haechan tersenyum hambar, "dia mulai begitu sejak kepergian ibunya."

"Peran orang tua memang berpengaruh besar pada hidup setiap anak," ujar Mark pengertian. "Tidak heran mengapa dia begituㅡHaechan hanya merindukan ibunya."

"Dia membuat banyak sekali masalah, baik di luar maupun di dalam sekolah. Aku bahkan sudah menjadi langganan guru konseling sekolahnya."

Mark tersenyum kecil, "dia memang butuh seseorang untuk medisiplinkan dirinya."

"Ya, Markㅡdan aku akan sangat menghargai jika kau yang melakukannya untukku."

Kalimat itu dibiarkan mengambang begitu saja di tengah atmosfer yang hening. Ayah Haechan was-was, cemas akan respon dari Mark. Sementara Mark sendiri nampaknya tengah berpikir.

"Aku menyukainya." Sekonyong-konyong Mark berucap, membuka pintu harapan di hati Ayah Haechan.

"Kalau begitu, ambil dia sebagai mate-mu, Mark. Bersediakah kau?"

"Ya, tentu saja," ujar Mark dengan seringai kecil yang terlukis di wajah rupawannya. "Kita lihat, apakah dia akan memiliki rasa takut nantinya."

first of all, aku mau kasitau kalau meskipun ini omegaverse, mereka tetep manusia dan bukan werewolf. aku bakal nulis dengan caraku sendiri, ga terpaku sama patokan yg ada sebelumnya.

dan juga, bakalan ada mature scene, aku harap kalian yg milih baca ini bisa ngertiin omegaverse itu gmn karna omega kalo lagi heat atau alpha yg lagi rut itu ya gitu...
beside that, bakal ada juga act of violence, semoga bisa bijak memilih bacaan.

25 November 2018

obeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang