8. Pernikahan?!

18 5 0
                                    

Teriakan dan ribuan pertanyaan Lian yang ingin ia tujukan pada wanita bernama Fina tertahan karena lakban yang menempel erat di bibirnya.

Fina yang mengerti, dengan pelan dan hati-hati membuka perekat itu agar tidak menyakiti Lian. "Aku tidak mengerti mengapa kau di sini, tetapi Deiro memintaku mengantarkan sarapan untukmu."

Lian yang masih kebingungan hanya terdiam, tidak mengerti dengan situasi yang tengah dihadapinya. "Tapi, aku ada di mana? Aku ini diculik! Aku ingin pulang," pinta Lian dengan suaranya yang masih serak.

Wanita dengan seragam pelayan itu tampak sedikit terkejut, ia tidak mengerti, tuannya memang sadis, tetapi ia tidak menyangka Elka akan menculik seorang gadis. "Kau berada di rumah Tuan Elka dan aku juga tidak mengerti mengapa kau bisa ada di sini, aku tidak bisa banyak membantu, ayo sarapan dulu." Fina memutari kursi, ia melepas ikatan tangan Lian dan merasa iba dengan suara gadis malang itu yang meringis.

Lian mengusap tangannya yang terasa perih. Bagaimana bisa ia makan saat ia mengetahui bahwa hidupnya tidak dalam keadaan aman? Ia teringat dengan Danu, orang yang biasanya bisa membuatnya merasa aman. Lian perlu Danu di sisinya sekarang. Lian sama sekali tidak mengerti mengapa bos wanita itu menculiknya, ia bahkan tidak mengenal nama itu. Tidak bisa berlama-lama di sana, Lian harus segera menyelamatkan diri. Bagaimana kabar ibunya sekarang? Bagaimana sekolahnya? Dan yang paling menakutkan apa ia bisa keluar dari sini hidup-hidup?

Setetes air mata Lian jatuh mengenai tangannya, ia harus segera memberitahu ibunya. Lian mencari tasnya, ia memerlukan ponsel.

"Apa yang sedang kau cari?"

Lian masih mencari-cari. "Tasku, aku harus menelepon ibuku segera."

Fina mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya. "Kau bisa gunakan punyaku, aku rasa tasmu tidak ada di sini."

"Ah! Terima kasih!"

Lian dengan cepat menelepon nomor ibunya. Setelah telepon sudah tersambung, suara ibunya di ujung telepon terdengar sangat lesu.

"Halo? Dengan siapa?"

"Ibu! Ini Lian!"

"Lian! Sayang, kau dimana sekarang?! Kau baik-baik saja, kan? Tidak ada yang terluka atau sakit, kan? Ibu sudah membuat laporan pada polisi, tetapi belum mendapat kabar apapun, tunggu ya, ibu akan berusaha mencarimu."

Lian menahan suara isakannya yang siap keluar, jika ia menangis ibunya akan semakin khawatir ditambah ibunya akan pergi ke luar kota untuk merawat neneknya, Lian tidak mau ibunya tidak jadi pergi hanya karena dirinya, "Ibu...aku baik-baik saja. Pria asing itu menculikku, tetapi aku akan segera pergi dari sini, ibu percaya padaku, kan? Aku akan segera keluar dari sini."

"Ibu percaya padamu, tetapi bagaimana jika mereka tidak membiarkanmu pergi? Kau harus segera pulang, nak!"

Lian menggigit bibirnya, ia harus bisa meyakinkan ibunya. "Ibu, aku pasti akan pulang dan jika itu membutuhkan waktu yang lama, aku pasti akan pulang dengan selamat."

Setelah selesai menelepon, isakan tangis Lian akhirnya keluar dari bibirnya, dengan bergetar Lian berkata, "Aku ingin pulang..."

Fina merasa sangat kasihan dengan gadis malang di depannya, tetapi ia tidak bisa menolong gadis itu untuk saat ini. Yang bisa ia lakukan adalah menjaga agar gadis itu tidak terluka karena tindakan kejam Elka. Suara ponselnya yang bordering mengalihkan perhatian mereka. Fina dengan cepat menjawab telepon ketika nama Elka tertera di layar.

"Baik Tuan," ucap Fina diakhir panggilannya. Setelah melepaskan ikatan di kaki Lian, Fina membantu gadis itu untuk berdiri.

"Kita akan pergi ke mana?" Lian berjalan di belakang Fina dengan sejuta pertanyaan di otaknya.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang