34. He Needs a Hug

10 1 5
                                    

Posisinya belum terlalu dekat dengan pintu, tapi suara ribut anjing yang menyalak sudah terdengar dari balik pintu tertutup itu. Lian berjengit kaget dan otomatis menghentikan langkahnya. Ia menatap pintu sambil menelan ludah lalu menoleh ke arah Elka, menggeleng pelan. "Tidak usah sekarang ya Tuan, aku takut sekali."

Elka menahan diri untuk tidak tertawa, wajah Lian yang biasa terlihat berani menantangnya berubah menjadi ketakutan seperti sekarang terlihat lucu di matanya dan juga terlihat...menggemaskan.

"Katanya ingin melihat mereka dari dekat?" tangan Elka membentang di punggung Lian, merangkulnya mendekat. "Tidak apa-apa, ada aku di sini."

Mereka lanjut berjalan mendekati pintu. Elka melangkah masuk lebih dulu untuk membuka ruangan. Dua anjing berbeda warna dengan ukuran sedang itu langsung menyerbu Elka, ekornya mengibas-ngibas tanda mereka kegirangan dengan kedatangan Elka.

Lian melihat Elka yang berlutut, membiarkan dua anjingnya bermanja-manja, pria itu tertawa sembari mengeluarkan suara yang membuat alis Lian terangkat karena tidak menyangka jika Elka bisa mengeluarkan suara lucu yang menunjukkan sisi lain pria itu jika berada di dekat hal yang disayanginya.

"Hei, kemarilah."

Ragu-ragu, Lian mendekat dan berjongkok di samping Elka, ia belum berani sama sekali menaruh tangannya pada tubuh anjing yang beberapa waktu lalu membuatnya terjatuh dari pagar saat mencoba melarikan diri.

"Kenalkan, yang ini Maxy, cantik, kan?" Setelah menyuruh anjingnya duduk, Elka menunjuk anjing berbulu putih bersih. Samoyed, begitu kata Elka jenisnya. Lalu di sebelahnya ada anjing dengan wajah yang lebih seram dengan warna lebih gelap, berjenis Alsatian. "Lalu, ini Hunter, jagoanku."

"H...hai," sapa Lian dengan lambaian tangan yang kaku.

Bahu Elka bergetar pelan karena terkekeh, ia meraih tangan Lian lalu membawanya ke atas kepala anjingnya, setelah merasa Lian lebih rileks, Elka melepaskan tangannya.

"Lihat? Mereka tidak seseram yang kau bayangkan."

Sekarang, Lian asyik mengelus-ngelus kedua anjing yang ternyata mau menyambutnya ramah. Maxy dan Hunter mengendus-ngendus Lian lalu melentangkan badan yang artinya mereka ingin dielus lagi. Lian tertawa geli, kesan seram anjing-anjing Elka hilang entah kemana.

Mungkin sekarang, yang belum jinak adalah majikan dua anjing ini.

Sebelum ke luar ruangan, Lian memeluk dua anjing berbulu halus nan lembut itu dan melambai-lambai sebelum Elka menutup kembali pintu ruangan khusus yang dibuat untuk anjing-anjingnya. Ia menepuk-nepuk celana dan bajunya yang berisikan bulu-bulu anjing.

Elka menutup pintu mobilnya setelah menutupkan pintu untuk Lian. "Sabuk pengaman."

"Mereka ternyata sangat menggemaskan ya." Lian memakai sabuk pengamannya lalu membenarkan posisi tas sekolahnya yang masih berisi buku-buku di pangkuannya.

"Siapa yang menggemaskan? Aku?"

Tawa Lian terdengar berbarengan dengan suara deru mesin mobil yang menyala. "Aku bilang mereka, para anjing, bukan Tuan."

"Oh, aku kira kau menyebutku menggemaskan."

"Tuan juga."

"Ya, kau juga."

Mata Lian melebar setelah baru saja mengatakan sesuatu yang harusnya ia katakan hanya di dalam hatinya saja ditambah tidak mengira jika Elka akan membalas ucapannya. Ia yang berkata seperti itu, ia juga yang malu. Selanjutnya, Lian tidak berani menoleh ke arah Elka dan memilih menatap ke luar jendela, sekalian menyembunyikan ekspresi wajahnya, takutnya mata tajam Elka dapat melihatnya-walau dalam keadaan gelap-dan bisa-bisa mengejeknya.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang