38. Pergi Berdua

5 1 25
                                    

Sudah dua belas hari Elka dan Lian tidak banyak saling berbincang, bahkan saling melihat wajah masing-masing saja tidak begitu sering.

Elka tenggelam dalam riuhnya tumpukan pekerjaannya, juga menemani Samara selama ia menyesuaikan diri lagi di sini. Sedangkan Lian sibuk dengan tugas akhir kuliahnya yang terasa mencekik dan sering sekali membuatnya kelaparan karena saking kerasnya berpikir.

Belakangan ini, Lian merasa ia tidak banyak menghabiskan waktu dengan Elka. Ia berkomunikasi via pesan singkat dan telepon, itupun tidak bisa sering-sering. Biasanya ia punya cukup banyak waktu untuk bercerita pada Elka atau mendengar keluhan dan kegelisahan pria itu.

Saat pagi menjelang, ia terbangun tanpa Elka yang biasanya susah untuk dibangunkan. Saat siang, ketika hendak makan siang bersama, Elka tidak bisa keluar kantor karena harus pergi mengurus banyak hal. Elka baru kembali saat Lian sudah mengantuk berat dan hanya dapat merasakan kehangatan pria itu samar-samar.

Akhirnya akhir pekan sudah tiba, Elka akan mengajaknya keluar makan malam dan menonton film. Setelah rasanya sudah lama tidak pergi berdua dengan pria itu, hati Lian yang tadinya mendung kembali cerah seperti biasa.

Jadi, ia mengerahkan waktunya untuk mempersiapkan diri. Setelah selesai memilih dan mencocokan pakaian, sekarang ia sedang memberi sentuhan terkahir di wajahnya, ia memolesi bibirnya dengan lip cream berwarna merah coral yang baru dibelinya bersama Naori.

"Hey, kau sudah selesai?"

"Haiii," sapa Lian penuh sukacita. "Aku akan menunggu Tuan bersiap-siap."

Senyum Elka terbesit tipis, lalu melangkah mendekati Lian, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk gadis itu. "Lian, ini konyol sekali karena energiku tiba-tiba terisi lagi."

"Apa aku ini seperti charger bagi Tuan?" Lian tersenyum di dalam dekapan tubuh besar Elka. "Ayo, cepat siap-siap, kita bisa kelewatan filmnya."

"Lian, maafkan aku..."

"Iya, tidak apa-apa, aku tahu Tuan banyak kerjaan, jadi cepatlah mandi, aku akan tunggu dibawah dan--"

"I'm so sorry." Mata Elka terpejam sesaat. "Kita tidak bisa pergi hari ini."

Lian terdiam sebentar sebelum melepaskan pelukannya. "Apa? Kenapa?"

"Aku harus pergi mencari sesuatu bersama Samara."

Lagi-lagi ini tentang Samara.

Selama beberapa hari ini, jika Elka pulang lebih awal, ia akan lanjut mengurus sesuatu bersama adiknya itu.

Ini adalah hal yang sudah dipikirkan Lian semenjak kedatangan Samara. Ia tidak tahu apa perasaannya ini terkesan salah atau egois, ia tahu jika Samara adalah adik Elka, tapi, ia juga ingin pergi sebentar dengan Elka.

"Memangnya mau mencari apa?"

"Ini mengenai petunjuk baru yang baru saja ditemukan. Harus ditelusuri lebih lanjut."

Sambil menahan nyeri di perutnya karena sedang haid, Lian berusaha tetap tenang. "Tidak bisa besok saja?"

"Kau tahu ini hal yang sangat penting, tidak bisa ditunda."

"Tapi, Tuan sudah berjanji padaku akan pergi hari ini..." Lian tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak menekuk ke bawah.

"Maaf, mungkin besok atau lusa, tapi...aku tidak bisa janji."

Bahu Lian semakin merosot. "Aku sudah menunggu berhari-hari. Aku sudah menghabiskan waktuku untuk bersiap-siap sepanjang sore ini."

"Ya, aku tahu." Elka maju selangkah, ia tersenyum, lalu berkata dengan lembut, "Kau terlihat cantik."

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang