23. Stronger

10 2 0
                                    

"Tuan menyuruhmu untuk membawakan baju ganti untuknya?"

Tanpa tenaga, Lian mengangguk, ia menunjukkan ponselnya yang berisi perintah Elka melalui chat. Membayangkan jika harus bertemu dengan wajah galaknya atau mendengar suara gusarnya sudah membuatnya merasa sangat malas. "Untuk apa dia dibawakan baju ganti?"

"Karena Tuan sering terlalu asyik dengan kerjaannya dan akan memilih untuk lembur, jadi, Tuan menyimpan beberapa baju ganti di lemari ruang kerjanya, tapi sepertinya sudah habis, perlu dibawakan lagi," jelas Fina saat sedang berjalan bersama Lian menuju walk in closet milik Elka. "Apa menurutmu Tuan mau mengambilnya sendiri ke rumah?"

Lian tertawa. Elka adalah orang yang sangat malas bergerak untuk hal-hal kecil. Untuk mengambil air ke dapur saja pria itu akan menyuruh orang lain. Katanya ia tidak mau energinya terbuang percuma. Lian ngeri sendiri kenapa dirinya bisa mengenal Elka begitu rincinya.

"Apa dia tidak lelah ya selalu bekerja seperti itu?"

Setelah dipikir-pikir, hampir setiap hari Elka tidak ada di rumah karena bekerja. Lian kembali mengingat pembicaraan Elka dan kakeknya. Kakek Elka bilang jika Elka hanya bermain-main saja. Tidak heran, pria itu pasti merasa kesal sampai membanting barang-barang. Merusuh sudah ada di dalam darah pria itu.

Fina menghembuskan napas pelan. "Tuan itu juga manusia, Li. Tuan jarang menampakkan dirinya lelah tapi aku tahu jika dia terlalu memaksakan dirinya sampai-sampai menyakiti diri sendiri. Anak bandel itu tidak pernah berubah."

"Sebentar, dia akan menginap di tempat kerjanya?" tanya Lian saat melihat Fina yang mengeluarkan tiga hoodie, baju kaos, juga kemeja berbeda warna dari rak baju.

"Ah, tidak. Ada ketentuan juga dalam baju ganti Tuan. Baju gantinya harus menyesuaikan cuaca, terbuat dari bahan yang sesuai, tidak berwarna cerah, dan tidak berlebihan." Fina menunjuk ketiga baju hangat itu. "Tuan akan memilih sendiri warna yang ingin digunakannya tergantung moodnya nanti."

Mulut Lian terbuka setelah mendengar penjelasan panjang Fina. "Wahhh, orang ini benar-benar, banyak sekali maunya." Ia menggelengkan kepalanya heran.

"Memang," sahut Fina menyetujui.

Fina terkekeh melihat ekspresi Lian, ia jadi ingin membuat gadis itu tambah terheran-heran. "Pastikan kau sampai di sana pukul enam tepat, paling lambat enam lebih lima belas. Jangan sampai telat jika tidak mau mendengar auman singa di tengah ruangan"

Mulut Lian semakin terbuka. "Gila, orang ini bisa-bisa membuatku cepat tua karena terlalu sering menggerutu!"

-----

Sesuai dengan apa yang diminta Elka, Lian tiba di kantor tempat Elka bekerja pukul enam kurang. Ia juga diminta untuk memakai baju yang tidak mencolok serta menggunakan masker penutup mulut dan topi berwarna hitam. Menurutnya, penampilannya malah terlihat mencurigakan. Tapi, karena sudah jam pulang, tidak banyak ada orang yang terlihat.

Saat sudah sampai di lantai tujuannya, Lian melihat Yuki, sekretaris Elka yang bersiap untuk pulang. Wanita itu menatapnya waspada, setelah Lian menurunkan maskernya, Yuki tersenyum dan menyapa Lian. "Selamat sore, Nona Lian, ada perlu apa kemari?"

Lian menunjukkan paper bag yang dibawanya. "Membawakan keperluan untuk orang yang ada di dalam sana."

Lian lanjut berjalan setelah Yuki sudah berpamitan untuk pulang. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, Lian memasuki ruangan Elka. Satu hal yang menjadi ciri khas ruangan pria itu adalah, setiap ruangannya pasti memiliki aroma yang berbeda-beda.

Harum alami yang elegan, khas, dan membuat orang yang menciumnya rileks. Mungkin karena yang menempati bisa membuat tegang jadi bisa ditenangkan oleh aroma ruangan itu.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang