5. Memori dan Rencana Awal

9 3 0
                                    

Mata sayu seorang lelaki kecil dengan buku di depannya seketika berubah berbinar ketika melihat piring berisi, kue lemon, kue cokelat, dan puding yoghurt kesukaanya. Rasa kantuk yang melanda hilang begitu saja. Ia lalu menoleh dengan senyum lebarnya yang manis.

"Mama datang untuk mengisi dayamu, sepertinya anak mama sedang kehabisan energi."

Semangat langsung mengalir di darahnya, anak lekaki itu memandang wanita yang paling dicintainya dengan tatapan polos bercampur kegirangan yang menyala di matanya. "Terima kasih, mama!"

"Hei, kerjakan dulu satu soal itu, baru kau boleh memakan ini." Rosea, ibu Elka menarik piring berisi makanan manis itu menjauh saat anaknya hendak mengambilnya.

Elka menekuk bibirnya ke bawah. "Ah, mama, satu saja," rengeknya sambil menggapai-gapai piring di tangan ibunya. "Elka susah memahami soal yang ini."

Rosea mendekat ke meja belajar putranya. "Soal yang mana? Coba perlihatkan, mama akan membantumu."

"Yang ini, yang ini, dan yang ini," kata Elka masih cemberut. Merasa kesal karena tidak mengerti cara menyelesaikan PR nya sedari tadi.

Dahi Rosea mengerut. "Oh, yang ini, bukannya ini sudah pernah mama ajarkan?"

Sambil menyengir, lantas Elka menjawab. "Sudah lupa, Elka lebih suka mengingat kode cheat game daripada ini."

Rosea tertawa sambil menepuk pelan kepala Elka. "Boleh-boleh saja lebih ingat game, tapi ingat, yang ini juga penting, El." Wanita itu memikirkan suatu ide. "Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"

Elka menoleh bingung. "Kesepakatan apa?"

"Kalau Elka bisa mendapat nilai bagus di ulangan matematika minggu depan, mama tidak akan membatasi jika Elka mau makan puding dan kue coklat sebanyak yang Elka mau plus jam menonton tv dan bermain game akan ditambahkan. Bagaimana?"

"Hmmm." Elka tampak berpikir keras. Akhirnya ia menjabat tangan ibunya. "Sepakat!"

Kesepakatan itu membuat Elka terbakar semangatnya, ia mendengarkan dengan seksama penjelasan mamanya sampai mengerti. Setelah selesai mengerjakan soal-soal, Elka menguap beberapa kali saat Rosea sedang menjelaskan sesuatu. Jam waker Elka menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Waktu tidur Elka sudah lewat.

Rosea mengambil pensil di tangan Elka dan menutup bukunya. "Hari ini sudah cukup, ayo, sudah waktunya tidur."

Elka mengangguk sambil menguap lagi, ia segera mengganti bajunya dengan piyama dan melakukan kegiatan sebelum tidur seperti biasanya. Ibunya mengajarinya untuk selalu menggosok gigi dan mencuci kakinya agar bakteri tidak ikut tidur bersamanya.

Saat sudah merangkak ke atas kasur, Elka otomatis bergeser dan membuka selimutnya, memberi ruang untuk ibunya berbaring di sebelahnya. Salah satu hal yang tak akan pernah membuatnya bosan adalah ketika mamanya menepuk punggung atau mengelus kepalanya sambil bercerita hingga rasa kantuk semakin mengambil alih.

"Apa ada yang membuatmu sedih hari ini, El?"

Elka bergumam sejenak. "Nilai ulangan sains-ku tidak sebagus yang kuharapkan, tapi aku pasti akan memperbaiki nilaiku di ulangan selanjutnya. Lalu, aku dimarah papa karena bermain game tak ingat waktu."

"Mama beri tahu satu hal padamu. Asalkan El paham betul dengan apa yang dipelajari, Mama tidak akan mempersalahkan total nilai akhirmu. Yang terpenting, kau mengerti dan ilmu itu selalu bisa membuatmu haus bertanya dan belajar." Rosea mengecup dahi Elka yang tertutupi poni. "Papa tidak ingin matamu rusak karena menatap layar berjam-jam, hanya saja karena ia terlalu lelah bekerja, ia jadi mudah marah. Papa bilang pada mama kalau ia merasa menyesal karena sudah membentakmu tadi. Maafkan papamu, ya, El?"

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang