14. Make Him Angry

12 4 0
                                    

Mendengar kata-kata ancaman tak berperasaan dari Elka, wanita berambut cokelat gelap dengan campuran warna merah muda itu termangu kaget. Raut wajahnya berubah kesal dengan bibir terbuka.

Ia tidak menyangka jika sosok Elka yang desas-desusnya ia dengar dari banyak orang bahwa pria itu adalah orang tempramental dan super sensitif ternyata benar adanya. Kepala wanita itu menggeleng-geleng. "Dasar orang sakit jiwa." Wanita itu menghentakkan satu kaki dengan kesal, matanya berkobar marah. "Jika kau tidak suka padaku, aku akan pergi dari sini dengan senang hati. Waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menuruti permintaan Rudolf. Masih banyak yang mengantre agar bisa berkencan denganku. Gadis mana yang mau bertahan dengan orang macam kau?" ujarnya dengan dagu terangkat dan tangan terlipat, lalu bergegas meninggalkan ruangan.

"Wow..." Deiro masih tercengang. Kakek Elka benar-benar selektif dalam memilih pendamping untuk cucunya. Bukan main cara menyeleksi wanita-wanita yang ingin dijodohkannya.

Deiro yakin Rudolf tidak akan percaya begitu saja saat Elka menikah tanpa mengenalkan calonnya terlebih dahulu. Tentu itu hal yang aneh. Jadi, kakek Elka itu pasti mengirim wanita tadi, berpikir bahwa itu bisa digunakan untuk merubah pikiran Elka. Taktik yang cukup bagus dari orang tua yang enggan menyerah walau tahu cucunya pasti akan menolak mentah-mentah.

"Aku tidak habis pikir dengan kelakuan kakek." Elka memijat pelipisnya lalu menghembuskan napas kasar.

"Tuan Rudolf hanya ingin yang terbaik untukmu, seharusnya kau sudah menduga hal ini akan terjadi," sahut Yuko.

"Terbaik menurut dirinya saja." Elka berdiri, berjalan menuju tembok yang biasa menjadi sasaran kekesalannya lalu menendangnya dengan keras. "Dia tidak pernah peduli dengan perasaanku. Tidak pernah sekalipun."

Kakeknya pasti tidak terima jika ia menikah dengan gadis biasa yang tidak bisa memberikan keuntungan seperti hal finansial kepadanya. Sejak dulu, kakeknya sering kali menjodoh-jodohkannya dengan banyak gadis yang berasal dari keluarga yang bisa dikatakan 'keluarga kalangan elit'. Dan ketika ia sudah mulai mencoba menjalin hubungan, kakeknya malah melarangnya memiliki hubungan serius karena dianggap mengganggu proses belajarnya.

Entah apa maunya orang tua itu. Seakan-akan semuanya dikontrol atas kemauan kakeknya sendiri, Elka hanya harus bersedia mengikuti alurnya.

Melawan adalah prioritas utamanya, tapi ia tak bisa melakukan itu sesuai kemauannya. Ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan kalau ia berani melintas keluar dari jalur yang sudah dibangun kakeknya.

Salah satunya akibat yang bisa terjadi adalah kehilangan sumber pendidikannya. Dulu ia pernah mencoba melawan saat kakeknya menetapkan peraturan keluar malam padanya. Saat kakeknya tahu, Elka dikeluarkan dari sekolah keesokan harinya atas perintah kakeknya.

Sebenarnya ia bisa saja kabur, mencari uang sendiri, bersekolah kembali, tapi pengaruh kakeknya tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika ia tidak mau menurut, sekolah yang ia inginkan akan memblacklist namanya. Elka tidak mau itu terjadi. Saat itu ia takut orang tuanya akan kecewa padanya.

Ia tak mau hidupnya berakhir sebelum ia mendapatkan apa yang bisa diraihnya. Baginya, menuntaskan kasus kematian ibunya adalah salah satu dari banyak alasan ia masih bernapas hingga saat ini.

Jadi, mau tak mau ia harus menuruti Rudolf. Semua keinginan kakeknya ia lakukan, ia patuhi, ia gunakan itu untuk membangun dirinya sendiri agar suatu saat bisa melawan pria tua itu tanpa takut pada apapun lagi.

Elka sebenarnya lebih menyayangi kakek dari pihak ibunya, Hander. Sedangkan Rudolf, walau Elka tidak menyukainya, orang tua itu harus diakui Elka memang pantas menjadi panutannya.

Deiro bersuara setelah pulih dari rasa tercengangnya. "Kakekmu yang satu itu, uh, harus kuakui, seleranya bagus. Dia sepertinya sangat sayang kepadamu."

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang