40. His Ambition

5 0 0
                                    

Lian merasa perlu membahas suatu hal. Hal lainnya.

Mengenai rencana pertemuannya dengan Danu, ia akan meminta izin lebih dulu sebelum itu. Lian sudah mengirim balasan untuk ajakan itu dengan mengatakan akan mengabarinya lagi nanti. Seperti yang sudah diduganya, Danu mengiyakan dan tidak mendesaknya dengan mengirim pesan ajakan lainnya.

Lian menuntup pintu lalu berjalan pelan. Ia mengibaskan tangan karena baru saja mencuci tangan setelah memberi anjing-anjing Elka makan. Belakangan ini Lian yang mengambil alih tugas memberi mereka makan.

Tinggal satu lagi yang belum ia tuntaskan. Ia harus membawakan sesuatu untuk dimakan Elka karena pria itu pulang lebih awal dari biasanya dan mengerjakan pekerjaannya di rumah. Anak anjing galaknya.

Lian menyukai sebutan itu. Elka sedikit menakutkan namun bisa menggemaskan, bandel tapi penurut, walau galak, Elka selalu melindunginya.

Waktu itu Elka sempat merajuk karena Lian makan bersama teman-temannya dan melupakan janjinya bersama Elka yang sudah mengajaknya makan terlebih dahulu. Alhasil, Lian dengan sukarela menemani Elka yang akan bersepeda pagi-pagi buta.

Elka mau menuruti perkataan Lian untuk tidak membuang-buang makanan. Elka melindunginya bahkan untuk hal kecil seperti melindunginya dari serangga-serangga kecil meski sebenarnya Lian bisa saja mengambil dan membuang hewan itu, tapi ia membiarkan saja Elka yang berlagak seperti sedang menghadapi penjahat.

Sinar matahari yang terasa menyayat kulit sudah tidak terasa lagi. Tersisa sinar hangat yang bersahabat. Kawanan awan empuk berwarna oranye gelap melayang di bawah langit biru yang mulai ikut menggelap.

Suasana seperti ini akan selalu mengingatkan Lian pada Elka. Kepribadian pria itu seperti berada di antara sore dan malam hari. Sedikit gelap tapi masih ada sinar-sinar yang lembut, tidak begitu terik, walau rada dingin. Orang-orang mungkin akan menyamai Elka seperti awan kelabu sebelum badai. Gelap dan menakutkan. Yah, walau pada awalnya, tiap orang yang mengenal Elka pasti akan berpikir demikian. Tapi setelah melewati waktu, ada hal-hal yang berubah.

Orang-orang tidak selamanya akan berlaku buruk, begitupun sebaliknya.

"Camilan sore sudah siap," seru Lian seraya memasuki ruang kerja Elka. Perbedaan suhu langsung dirasakannya pada pijakan pertama di ruang kerja Elka. Lian menaruh piring berisi camilan kesukaan Elka-yang berupa potongan apel dan wortel-di atas meja kerja Elka yang berbahan kayu mahoni dengan berpelitur mengilap itu.

Selagi menunggu Elka yang meregangkan tubuh ke segala arah, Lian terdiam sesaat saat melihat keadaan meja Elka. Seperti biasa, Elka sudah berusaha keras untuk membuat mejanya tidak terlalu berantakan saat bekerja.

Matanya terhenti di satu titik. Senyumnya langsung merekah. Itu foto pernikahan mereka yang dibingkai dengan pigura berwarna putih, ukurannya paling besar daripada foto yang lainnya. Lian ingat bagaimana ia berusaha agar wajahnya tidak terlalu tegang dengan senyum yang susah payah ia keluarkan dengan manis, di sampingnya Elka hanya tersenyum setipis helai kertas yang berada di dekat foto itu. Walau terlihat dingin, foto itu mampu menghantarkan gelombang hangat ke dalam hati Lian.

"Aku sedang mencetak yang lebih besar, untuk di kamar." Elka dapat melihat arah tatapan Lian. Foto itu menambah energinya lebih dari biasanya. Begitu kuat pengaruhnya bagi Elka, sampai membuatnya terheran-heran sendiri. "Bagaimana menurutmu?"

"Sebenarnya ini sudah cukup, tapi kedengaran menyenangkan melihat wajah tegangku dalam ukuran besar nantinya." Lian mengambil sampah-sampah di atas meja, membuangnya ke tong sampah di dekat kaki meja.

"Kau tegang karena terlalu senang akan segera menikah denganku." Elka menarik Lian hingga mendarat di atas kedua kakinya. Lian menggeliat ketika dagu Elka menyentuh bahunya, hidung pria itu nyaris menyentuh lehernya.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang