29. Is It Love?

7 2 0
                                    

Lian terbangun lebih awal di pagi hari. Mimpi buruk mengganggu tidur lelapnya. Mungkin mimpi paling buruk yang pernah dialaminya. Ia bermimpi dimarahi oleh pria yang sama dengan yang semalam memarahinya, bahkan pria itu membuangnya ke lautan. Bagaimana bisa Elka masuk ke mimpinya juga? Apa sekuat itu efek kemarahannya sampai-sampai masuk ke alam bawah sadarnya?

Hanya ada Fina di dapur, hari ini akhir pekan, sebagian pelayan pulang ke rumah mereka masing-masing. Rasa ingin tahu Lian sudah memuncak dari semalam, ia ingin segera bertanya mengenai wanita cantik yang datang kemarin malam ditengah perdebatannya dengan Elka.

"Oh, dia Nona Jessy, aku belum begitu mengenalnya, setahuku dia dekat dengan Tuan dulu."

"Sudah dekat sejak dulu? Apa mereka punya hubungan spesial?"

Fina menceritakan hal yang diketahuinya selagi meminum air hangatnya. Lian menopang dagu saat mendengarkannya. Nama wanita itu ternyata Jessy. Tapi, kalau tidak salah ingat, Elka bukan menyebut nama itu, melainkan 'honey'?

Oh, Lian mulai mengerti. Kemungkinan besar nama itu adalah nama panggilan sayang dari Elka untuk Jessy. Lian terkesima, pria itu bisa berlaku manis semacam itu juga rupanya.

Karena kata Fina, Jessy dan Elka adalah teman dekat atau bisa dibilang mereka pernah menjalin hubungan asmara saat masa kuliah. Jessy sering datang berkunjung ke rumah beberapa kali dan keluar bersama Elka. Tapi, kakek Elka tidak mengizinkan hubungan itu tetap berlanjut karena membuat Elka tidak fokus dalam pelajarannya.

Hubungan mereka terhenti dan Jessy tidak pernah terlihat lagi datang ke rumah. Dan, sekarang ia akan berencana untuk menginap beberapa hari selama mengurus salah satu cabang toko aksesorisnya di kota ini yang sedang ada masalah.

"Nona Jessy menginap di sini selama satu minggu?" Tanya Lian. Wanita yang membuat wajah Elka menyala bagai lampu redup yang baru saja diperbaiki itu pasti memiliki posisi yang penting di hati Elka.

Lalu, apa posisinya? Sudah jelas sekali tidak ada tempat untuknya. Tidak perlu repot-repot memikirkan jawabannya, hal itu bisa ditebak bahkan hanya dalam pemikiran sekilas.

"Ya, bisa kurang atau lebih dari seminggu."

"Dan, semalam Nona Jessy tidur dimana?" Tanya Lian lagi. Ia mendekatkan tubuh ke arah Fina untuk menanyakan sesuatu yang sebaiknya dibicarakan secara diam-diam. "Apa dia tahu jika aku dan Elka..." Lian enggan melanjutkan kalimatnya. Hal itu benar-benar terasa asing di lidahnya.

"Mungkin di kamar Tuan, kelihatannya mereka sedang melepas rindu." Fina diam sebentar. "Kalau soal itu sepertinya Nona Jessy tidak tahu, kalau dia tahu mungkin dia datang ke rumah ini sambil mengamuk."

"Oh begitu," gumamnya dengan sedikit tawa pelan. Elka tidak akan menceritakan tentang pernikahan itu pada siapapun kecuali orang-orang yang dianggapnya perlu untuk mengetahuinya, hanya orang-orang yang bisa memberikannya keuntungan, Elka tidak akan memberi tahu hal itu pada Jessy.

Mau diusir seberapa jauh pun perasaan aneh tidak mengenakan itu tetap menelusup ke balik hatinya, dadanya masih sesak dihimpit rasa bersalah. Tidak rela? Iri? Kesal? Perasaan sejenis itu belum mau pergi dari dalam dirinya. Lian tidak menyukai perasaan kelam sejenis itu.

"Selamat pagi." Sapaan riang dengan suara asing yang lembut membuat Lian dan Fina menoleh.

Jessy terlihat sangat cantik dan segar. Rambut abu-abu dengan sedikit warna ungu miliknya ditata sederhana, riasan di wajahnya, pakaiannya yang pas membuat penampilannya tampak semakin indah. Senyumnya manis, menyalurkan aura positif pada orang di sekitarnya.

Berada di dekat Jessy, Lian merasa dirinya sangat kecil. Perbandingan di antara keduanya terlihat jelas, Lian tidak bisa berhenti untuk membandingkan dirinya sendiri. Terlihat Amat berbeda. Berharap apa ia pada Elka? Berharap pria itu akan menatapnya dengan tatapan yang sama dengan yang diberikannya pada Jessy? Mustahil.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang