31. Realize

11 2 1
                                    

Selain karena ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk bertemu ibunya, mengabarkan teman-temannya atau mungkin lanjut melarikan diri hingga benar-benar terlepas dari pria itu, ada satu hal lain yang membuatnya ingin segera pergi dari sana; Elka.

Ia perlu waktu untuk menata hatinya yang kacau karena Elka, ia ingin menguncinya saja agar Elka tidak masuk lagi yang pada akhirnya akan membuat hatinya sakit.

Lian sudah tidak bisa mengelak lagi, melihat Elka yang sekarang sudah bertemu kembali dengan cinta lamanya, sudah tampak bahagia, membuat hatinya merasakan perasaan asing yang menyakitkan, ada gejolak panas di dalam perutnya. Sudah saatnya ia menjauh sedikit demi sedikit. Pergi untuk sementara waktu akan sangat berguna untuk mengusir Elka jauh-jauh dari pikirannya.

Di ruang makan, Lian duduk menanti Elka. Semua lampu sudah dimatikan karena sudah larut malam. Ia berencana untuk memberikan kado yang dibuatnya bersama Fina pada Elka.

Sementara ia menunggu Elka yang sepertinya keluar untuk pergi ke rumah anjingnya untuk bermain-main. Itu biasanya salah satu yang dilakukan Elka jika keluar rumah malam-malam.

Lilin dengan alas kecil runcing ditancapkan di atas puding cokelat dengan kue bolu lembut di lapisan bawahnya, ada potongan buah juga di dalam pudingnya. Kata Fina, ibu Elka pernah membuatkannya dulu tapi semenjak kepergiannya Elka tidak pernah makan atau meminta dibuatkan kue puding itu. Jadilah Lian memilih membuat kado yang mungkin saja akan disukai Elka.

"Tuan, tunggu sebentar," panggil Lian saat melihat Elka berjalan melewati dapur.

Langkah Elka terhenti, dengan malas memutar tubuhnya ke sumber suara.

Lian berjalan ke hadapan Elka sambil memastikan lilin-lilinnya tidak dimakan angin. "Selamat ulang tahun, Tuan. Maaf aku hanya bisa memberimu ini saja, aku harap Tuan menyukainya."

Elka masih diam, ia menatap datar gadis di depannya yang tengah menyodorkan kue dengan senyum seperti biasa. Elka memilih untuk tidak akan mudah percaya lagi degan sikap baik gadis itu, tidak lagi. Ia tahu jika Lian memanfaatkan Jessy sebagai alat pelindung agar ia bisa pergi, lalu mengatakan ibunya sakit? Gadis itu penuh dengan omong kosong.

Tanpa banyak omong, Elka meniup lilin-lilin itu dengan dua kali tiupan.

Setidaknya berikan aku senyuman, dengan sedih Lian membatin muram.

Lian menarik tangannya lebih rendah sesudah semua lilin padam, mencoba untuk tetap tersenyum. "Terima kasih karena sudah memberiku izin untuk pulang, aku sangat berterima kasih."

"Kau menggunakan ibumu sebagai alat penarik simpati? selanjutnya apa? Setelah sok baik membuat ini, selanjutnya apa?" tukas Elka dengan dengusan gusar.

Senyum Lian semakin terkikis, bibirnya tertekuk dengan alis yang berkerut sedih. "Aku membuat ini seratus persen tulus, tidak ada unsur dibuat-buat sama sekali kenapa Tuan terus saja membahas itu? Dan juga ibuku benar-benar sakit--"

"Habiskan saja itu sendiri."

Seharusnya ia tidak perlu kaget dengan reaksi Elka yang begitu. Bahkan hati terkecilnya yang berharap jika Elka setidaknya akan melunak sepertinya tidak akan terwujud.

Lian menghirup napas kuat-kuat, lalu menghembuskannya pelan di tengah ruangan dimana ia berdiri sendiri setelah Elka berjalan pergi meninggalkannya.

-----

Hari yang ditunggu Lian telah tiba. Saatnya ia pulang ke rumah. Lian berpamitan sebelum pergi pada Fina dan pelayan yang lainnya. Tertawa geli seakan ia akan pergi ke tempat jauh dan tidak kembali lagi padahal ia pulang hanya untuk tiga hari saja.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang