21. Sentuhan

16 3 0
                                    

Laju mobil yang melambat membuat kepala Lian menoleh ke luar jendela, ia terpukau saat melihat rumah besar yang terlihat sangat megah lagi indah berhiaskan lautan lampu-lampu cantik, bahkan pepohonnya puntak luput dikelilingi lampu-lampu meriah.

Saat melihat orang-orang yang sudah datang dan memasuki rumah itu, otaknya kembali mengingatkannya akan hal yang sudah disepakati olehnya dan Elka. Kesepakatan menarik yang mampu membuatnya terlalu senang hingga nyaris berteriak.

"Aku membuat kesepakatan dan kau harus menyetujuinya."

Pria pemaksa, kesepakatan adalah persetujuan bersama bukannya malah seperti itu. Tidak ingin mendebat, Lian bertanya. "Kesepakatan apa Tuan?"

"Saat sampai, ikuti semua perintahku dan jangan sekalipun mencoba menarik perhatian orang-orang," tukas Elka, matanya lurus memandang jalanan. "Jika kau bisa melakukannya..."

Siapa pula yang mau menarik perhatian orang-orang. Lian bertanya sedikit tak sabar. "Dan jika aku bisa?"

Elka menghela napas pelan. "Kau boleh angkat kaki dari rumahku."

Tanpa pikir panjang Lian menjawab. "Sepakat."

Kesepakatan itu dibuat Elka karena suatu hal. Acara yang dihadirinya itu adalah acara ulang tahun pernikahan perak dari investor yang sudah diicarnya dari dulu.

Acara itu dibuat dengan menjaga ketat privasi sang pemilik acara. Tidak ada reporter atau wartawan yang akan meliput.

Sudah diperhitungkannya. Dengan begitu, tidak akan semakin tersebar kabar mengenai pernikahannya.

Membawa Lian sebagai pasangannya malam ini akan membuatnya mendapat nilai plus di mata targetnya itu, menunjukkan jika ia bisa membangun hubungan yang serius. 

Persetan jika orang-orang menyebutnya pencitraan.

Ditambah, kabar mengenai pelakunya belum juga dapat diketahui, mungkin lebih baik jika gadis itu dilepaskan saja. Daripada lama-lama berada di rumahnya. Kesepakatan ini mungkin akan sama-sama menguntungkan.

"Angkat dagumu, bersikaplah seramah mungkin." Elka bergerak masuk menuju pintu rumah utama yang menjulang tinggi.

Lian berusaha sekuat mungkin untuk tetap seimbang di atas sepatu berhaknya, jika ia sampai mempermalukan Elka, ia tidak akan bisa pulang secepatnya.

Satu malam ini saja, setelah itu ia bisa dibebaskan dari kurungan pria kasar yang sedang berjalan di sampingnya.

Isi rumah itu seindah tampilan di luarnya. Karpet merah gelap melapisi permukaan lantai rumah. Meja-meja di sudut rumah berisi guci dengan ornamen rumit yang warnanya tampak serasi dengan sekitarnya. Lukisan-lukisan dengan berbagai teknik menempel gagah di dinding luas. Chandelier kristal menggantung bagai kumpulan bintang yang membentang di langit-langit rumah. Benar-benar rumah yang menyiratkan jika pemilik rumah sangat memperhatikan segala isi rumahnya.

Bisikan-bisikan terdengar ketika Lian dan Elka berjalan melewati sekelompok wanita yang sedang menikmati sampanye. Entah apa yang dibicarakan mereka. Di acara seperti ini memang orang-orang akan mengomentari apa saja yang mereka lihat, apakah sesuai atau berada di bawah ekspetasi mereka. Hal yang sudah biasa dilakukan.

Termasuk sesuatu yang biasa saja bagi Elka karena ia sudah sering menerima serangan atau belaian kata-kata dari mulut orang-orang. Membuatnya tidak terpengaruh dan tidak minat untuk memikirkan apa yang dikatakan orang. Berbeda dengan Lian, yang mulai merasa terusik dan tidak nyaman dengan beberapa orang yang terang-terangan memandanginya, berbisik dengan mata terarah padanya. Ia tidak mengira acara seperti ini akan memberi tekanan padanya.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang