Nada di atas hujan [SELESAI]

Bagian 23💐

Kita tidak bisa memilih dimana harapan itu akan digantungkan, Maka ketika kamu menggantungnya ditempat yang salah, bersiaplah untuk menerima konsekuensinya,
.
.
.

- Arsya Nada -

Arsya memejamkan matanya sambil menikmati angin malam dari balkon kamarnya, langit tampak lengang, tak ada satupun bintang disana,

Drtt..drttt.

Handphonenya berbunyi, sebuah panggilan masuk untuk Arsya,

Syaamm is calling you...

Arsya menghembuskan nafas gusar, ia membiarkan telepon itu berbunyi sampai berhenti, itu panggilan pertama,
Lagi, handphonenya berbunyi lagi,

Syaamm is calling you...

Arsya masih enggan mengangkatnya,
Sementara sam menghela nafas gusar disana,

Lalu ketiga kalinya,

Syaamm is calling you...

"Euhhh" Arsya jengah, setelah mengumpulkan keberanian ia pun menjawab telepon dari syam,

"Assalamualaikum" ucap Arsya setenang mungkin,

"Waalaikumsalam, sya kok lama angkatnya sih? Dari mana?"

"Abis dari toilet, maaf"

'Gue bohong sam, sorry abisnya lo juga bohong tadi' batin Arsya,

"Ohh, kirain, ehhiya tadi pulang sama siapa? Maaf ya tadi latihannya lama banget"

'Latihan ngedate lo sama si anitha?' Ingin sekali Arsya menanyakan itu tapi ia tahan, ia takut itu hanya emosinya yang memancing pikiran negatifnya,

"Sya, kok diem?"

"Eh, sama kak Arkan"

"Ohh gitu, bagus deh"

'Iya biar lo bebas sama si Anitha,

"Iyaa,"

"Kamu udah makan?"

"Udah"

"Sholat?"

"Udahh"

"Yaudah, istirahat ya, udah malem, "

"Iya kamu juga"

"YAudah, daah Arsya assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Arsya memutus teleponnya kemudian melemparnya ke kasur, ia kembali menatap bintang,
'Gue sakit lo giniin sam' batinnya,

***

Arsya mendengarkan Bu Ani berceloteh ria di depan kelas, menerangkan materi tentang ceramah,

"Mentang mentang materinya ceramah, jadi ceramah juga tuh guru" rutuk Diki yang duduk disamping Arsya, Arsya duduk dengan Diki hari ini karena salsa tidak masuk sekolah, ada kepentingan keluarga katanya,
Ia terkekeh mendengar ucapan Diki,