Arsya mematung didepan sebuah ruangan, tatapannya kosong, air mata tak berhenti turun dari matanya, ia menatap lurus kedalam sebuah ruangan, dimana seseorang terbaring lemah disana, kepalanya di perban dengan alat bantu dimana-mana, seorang dokter perempuan nampak mengelus rambutnya pelan sembari menangis tersedu,
“kak” panggil seseorang sembari menyentuh bahunya, Arsya berbalik lalu tersenyum itu Arsen,
“sen, gimana kondisi sam?” tanya Arsya sedikit bergetar,
Arsen menghela nafas Panjang, jelas sekali kekhawatiran tercetak di wajahnya,
“kata ibu, sam lagi ngalamin shock akibat benturan di kepalanya, makanya sekarang dia masih pingsan, beruntung dia pake helm jadi benturannya gak terlalu keras di kepalanya, menurut saksi sam keseret 4 meter dari lokasi tabrakan”
Arsya memejamkan matanya perih,
“kok dia bisa ketabrak” tanyanya dengan suara yang mulai bergetar“pengemudi truknya lagi ngantuk kak, dan syam juga bawa motornya agak ngelamun kayanya, makanya begitu truk datang dia gak sempet ngehindar, apalagi truknya juga ngebut”
Arsya menutup wajahnya dengan tangan, ia terisak disana, Ia takut, sangat takut, bagaimana jika syam benar-benar meninggalkannya seperti Samuel.
Seorang dokter keluar dari ruangan syam sembari menyeka air matanya, sejenak ia menatap Arsya lalu tersenyum sangat manis, Arsya tau itu ibunya sam,
“hai, arsya ya?” tanyanya ramah, namun kesedihan tergambar jelas di wajah cantiknya itu,
“i-iya dok”
“saya ibunya sam dan Arsen, syam banyak cerita sama saya tentang kamu” ucapnya, Arsya tersenyum kikuk,
“s-saya boleh jenguk sam dok?”, dokter mengangguk,
“saya permisi dulu ya,”
“arsen” panggilnya,
“iya ma?”
“kalau ada apa-apa cepet panggil mama ya” ucapnya lembut,
“iya ma pasti” dokter itu mengangguk kemudian berlalu,
Arsya masuk ke ruangan dimana syam terbaring lemah, dibantu Angga yang mendorong kursi rodanya, beberapa temannya masih menunggu diluar, mereka akan masuk bergantian. Bau obat-obatan begitu menyeruak, ruangan ini sangat hening, hanya bunyi dari mesin pendeteksi jantung yang terdengar nyaring, arsya mendekati brankar tempat sam berbaring, bibir pink yang selalu tersenyum itu kini memucat dan rapat, Arsya menggenggam tangan kiri syam erat, ia tidak bisa bicara apa-apa, hanya senyum dan air mata yang terus mengalir dimatanya,
“h-hai s-sam” ucapnya terbata,
“kamu bangun ya, aku kangen”
“maafin aku” ia mulai terisak lagi, Angga mengusap bahu Arsya lembut,
“pokoknya kamu harus bangun, kamu harus sembuh sam, aku mau liat kamu main lagi di sanggar”
“kamu harus bangun, kita harus perbaiki semuanya syam, aku gak mau cerita kita harus berakhir kaya gini” ucap Arsya dengan terisak,
“kenapa semua harus kaya gini?” batinnya lirih,
“sya” panggil seseorang disampingnya, itu Arsen,
“tadi di tasnya syam ada ini,” ucapnya sembari menyodorkan sebuah buku bersampul biru,
“kayaknya buat lo deh, soalnya ada sketsa lo disana” ucap Arsen lagi, Arsya membukanya perlahan, dan benar saja ada sebuah sketsa wajahnya yang cukup sempurna, Arsya tersenyum, ternyata syam pandai menggambar, di lembar kedua, ia melihat foto mereka saat di Marlioboro, foto itu diambil sesaat setelah mereka membeli gelang yang tanpa sengaja sama, satu tahun lalu, dilembar berikutnya ada tulisan tangan syam sendiri, ia mengernyitkan dahi, ia merasa heran, ternyata syam senang menulis juga, ada sebuah Angklung kecil yang ditempel diatasnya,
‘Angklung know’s everything about us’
Arsya tersenyum, ia mengerti makna dari tulisan itu, segalanya dimulai karena Angklung bukan? Ia membuka lembar berikutnya,
Halo Arsya, ada dua kemungkinan kalo kamu baca ini, aku yang kasih sendiri, atau kamu yang nemuin ini sendiri, dan kalo itu ada di opsi kedua, itu artinya aku lagi gak baik-baik aja. Pasti aneh ya kenapa aku nulis diary? Haha gatau juga sih kenapa aku nulis ginian, tapi ya semenjak ada kamu aja sih aku suka nulis ini, ohiya, aku nulis ini sejak awal kita ketemu loh, beneran, gatau kenapa, kayaknya lucu aja gitu cerita kita di abadikan lewat tulisan,
Sya kamu baca ini lagi dimana? Akunya ada gak? Atau kamu lagi nangis jangan-jangan? Jangan nangis ah,jelek! Kalaupun akunya lagi gak ada, kamu harus senyum dong, aku kan ada disini,Arsya menatap ke arah syam yang masih menutup matanya, lalu tersenyum tipis,
“iya kamu disini, tapi lagi merem” batinnyaKalau mau lanjut baca ini gak boleh nangis, awas aja kalo masih nangis ntar emyu kalah terus
“apaansih kok bawa-bawa emyu” Arsya terkekeh kecil
Nahh gitu dong senyum, gak mau banget emyu kalah haha. Sya ingat pertama kali kita ketemu? Waktu itu kamu lagi fokus banget nontonin cepot, dan aku gak sengaja ngeliat kamu, dari situ perhatian aku fokusnya ke kamu aja masa, beneran tapi, untung aja aku gak lupa nada yang harus aku mainin, waktu kamu nari, aku gak sengaja liat gelang kamu jatuh, ohiya kamu nari tepat dibawah aku banget kan? Jantungku marathon sya haha, dan waktu aku liat gelang itu masih ada pas semua udah selesai, aku lega banget sumpah, seneng, eh kesannya kok kek copet ya? Eh tapi seneng disini tuh karena itu artinya aku bisa ketemu kamu lagi buat kembaliin gelang itu, dan akhirnya iya kan, tapi ternyata yang jadi copet malah kamu sya.
“aku?copet? copet apaan?” batin Arsya
Iya kamu jadi copetnya, nyopet hati aku tau haha. Waktu itu aku gak nyangka kalo kita ternyata satu sekolahan, gila dong, kok aku bisa gak tau ada kamu di smanus, padahal kelas kamu diatas aku ya, kalo kata si gilang sih, katanya gara-gara aku sering bolos, emang sih, kan kamu tau sendiri haha.
Tapi, kamu gak malu kan punya pacar yang suka bolos, nakal, kesayangannya guru bp kaya aku?.“sya” panggilan Angga membuatnya menoleh,
“udah sore”
Arsya menatap jam tangannya, benar saja sudah pukul 5 sore, ah waktu Bersama sam memang selalu berlalu cepat,“kita pulang dulu ya” ucapnya, Arsya mengangguk, ia kemudian menutup bukunya lalu memasukannya kedalam tas kecil yang ia bawa,
“sam, aku balik lagi besok, pingsannya jangan lama-lama ya” bisik Arsya ditelinga sam,
setelah berpamitan pada Arsen dan sindy mereka kemudian pulang dari rumah sakit.
If happy ever afters did exist
I would still be holding you like this
All those fairy tale was full of shit
One more stupid love song I’ll be sickArsya memejamkan matanya, ia menatap buku diary milik sam itu, lagu yang baru saja mengalun itu cukup mengusik hatinya, jadi, apakah ceritanya akan tetap seperti cerita putri dan pangeran berkuda di negeri dongeng, yang memiliki akhir hidup Bahagia di istananya, atau, malah seperti kisah Romeo dan juliet yang cintanya harus abadi dalam kematian? Entahlah, membayangkannya sudah cukup membuatnya sakit hati, ia tidak ingin kehilangan seseorang dalam hidupnya lagi.
Holaaaa monmaap lama sekalii yaa, hehe, karena emang dari kemarin aku gak buka wattpad :v, gatau tiba-tiba gaada inspirasi aja gitu :v terlalu mikirin ending.
Sampai akhirnya,
Part berikutnya end :")
Hehee, akhirnya bisa tamat
Makasihh ya untuk semua dukungannya, alopyuuuu gaisss ❤
Tapi ceritanya gaakan dihapus kok, sans hehe
Yudh selamat membaca, jgn lupa vote sama komen yaa,
Biar lebih semangat menuju ending wkwk..Thank you so much for you gaisss, thanks for the support, ily 3000
AndSee youu :)
![](https://img.wattpad.com/cover/153555981-288-k547774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada di atas hujan [SELESAI]
Teen FictionDia sempurna, Sesempurna Nada yang slalu ku mainkan, tapi dia tidak ingin kumainkan, melainkan ingin ku jaga, Agar tetap menjadi 'Nada' yang sempurna, . . . Saat hujan sore itu, saat gemericiknya berpadu dengan alunan musik yang dia mainkan, mela...