Sesampainya dirumah, Arsya kembali membuka buku diary syam, melanjutkan bacaannya yang sempat tertunda tadi,
Maaf yaa kalo aku belum bisa jadi pacar yang baik buat kamu, tapi kamu tau sya, semenjak kenal kamu aku jadi gak mau kesiangan lagi, jadi lebih sering masuk kelas juga, haha, apalagi waktu kamu bilang kalo belajar sejarah itu seru dan ternyata itu beneran.
"Kamu baik kok sam, baik bangett, beneran" gumam Arsya
Sya kamu masih ingat waktu kita mau study tour ke Jogja? Waktu tau kita satu bis dan jadi partner seat kamu gimana perasaannya? Kalo aku sih deg degan haha, tapi juju raku seneng waktu itu, waktu kamu tidur di bahu aku, jadi tau kalo bidadari tidur kaya gimana haha,
Ah ya, Jogjakarta adalah tempat paling bersejarah menurut aku, semua yang terjadi istimewa, sama seperti kotanya, aku bahkan punya rencana pengen kita kesana lagi, berdua, bukan karena study tour, kita mengenang lagi semua yang pernah terjadi disana, bisa gak? Semoga ya.Arsya tersenyum manis, ia membuka lembar berikutnya yang diisi dengan tiga fotonya saat di jogja, wah syam ternyata memotretnya diam-diam, ia terkekeh kecil, itu fotonya saat sedang menatap langit senja, ia membuka lembar berikutnya ada sebuah tulisan lagi
Sya, kamu itu perempuan yang cantik, baik, tulus, aku bahkan beruntung bisa kenal kamu dan memiliki kamu, kamu punya ciri khas sendiri, kamu tau? Seperti mawar, dia cantik karena ciri khas dan warnanya, dan kamu cantik karena sifat dan karakter kamu yang berbeda dari yang lain, entahlah menurutku kamu itu sempurna, caramu tertawa, tersenyum, atau bahkan menatap, aku gak bisa nulisin kata-kata puitis, ini semua kejujuran sya, aku gak lagi gombal kok, haha,
sya, jujur aku sedih, aku kecewa, kamu pergi ke jerman tapi gak kasih tau aku, kenapa kamu sembuyiin ini semua? Apa kamu gak percaya sya? Ternyata membangun kepercayaan itu memang sulit ya, kamu tau? Hampir enam bulan ini kamu cedera yang bikin kamu ngerasa gak sempurna, tapi kamu salah sya, kamu tetap sempurna, kamu tetap layak berjalan disamping aku, sangat layak malah. Aku bingung kenapa kamu bisa mikir aku bakalan ninggalin kamu setelah tau kondisi kamu yang sebenarnya, bahkan terpikirkan pun enggak sya sama aku, yang aku pikirin adalah kamu sembuh, kita sama-sama terus. Aku terus berusaha buat yakinin kamu, tapi, selama itu juga aku belum liat keyakinan di mata kamu, bahkan hingga detik ini…Arsya diam, matanya menatap nanar baitan kalimat berikutnya, ia tersenyum kecut, memang yang ditulis syam itu benar, bahkan hingga detik ini ia masih sangat ragu, ketakutan masih berhasil menguasainya, entah karena alasan apa ia merasa ragu dan, ia merasa tidak layak disamping syam. Syam terlalu baik, bahkan terlalu sempurna, laki-laki itu mewarnai hari-harinya selama satu tahun ini.
***
Besok paginya Arsya mendapat kabar kalau syam sudah sadarkan diri semalam, ia tersenyum, namun senyumannya itu sangat sulit diartikan, ia Bahagia syam sadar, tapi, apa ia akan kehilangan laki-laki itu?
Arsya menuju rumah sakit dengan Angga, sesampainya disana, ia melihat syam tengah duduk diranjangnya sembari berbincang dengan Aldo, Gilang, Arsen dan Imam, mereka tertawa Bahagia seperti biasa, Arsya tersenyum manis saat syam menatap kearahnya,
“hai syam” sapa Arsya kikuk
“hai,” jawab syam, setelah Arsya mendekat ke ranjang syam, tanpa disuruh teman-temannya pun pergi keluar, memberi ruang untuk mereka berdua, termasuk Angga.
“kamu apa kabar? Aku khawatir” ucap Arsya, syam tersenyum lalu menggenggam tangan Arsya
“aku gak akan pernah ninggalin kamu kan” ucap syam,
“maafin aku, aku salah sam maaf” ucap Arsya lagi,
syam hanya tersenyum, tangannya terulur mengusap rambut Arsya lembut,
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada di atas hujan [SELESAI]
Teen FictionDia sempurna, Sesempurna Nada yang slalu ku mainkan, tapi dia tidak ingin kumainkan, melainkan ingin ku jaga, Agar tetap menjadi 'Nada' yang sempurna, . . . Saat hujan sore itu, saat gemericiknya berpadu dengan alunan musik yang dia mainkan, mela...