G&G 28 - Jarum di tumpukan Jerami

121 18 10
                                    

Perempuan memang menyukai cokelat dan bunga, tapi perempuan lebih menyukai kepastian.

♡♡♡

Berbagai cara dilakukan oleh Gilsha untuk menghalau rasa bosan yang sekiranya mampir ketika ia masih menunggu Grean.

Mulai dari men-stalk akun Instagram milik kakak-kakak kelas, Selfie dengan berbagai efek, bermain Ludo Game di handphone, sampai-sampai Gilsha kekurangan akal dan akhirnya membuka serta membaca Aplikasi Web-toon.

"Ayo pulang!" Ajak Grean dengan melewati Gilsha begitu saja.

Gilsha tercengang menatap cowok jangkung itu dengan santainya berjalan meninggalkan Gilsha, dan hanya menyisakan bayangannya saja.

"Weiiii!!" Pekik Gilsha sambil bangkit dari posisinya dan berlari sekencang mungkin untuk menyusul Grean.

Usaha Gilsha tak sia-sia karena sekarang ia dapat berjalan bersisian dengan Grean. "Lo gila ya? Main ninggalin gue gitu aja padahal gue udah nungguin lo sampe berkarat, berakar, dan lumutan!" Omelnya pada Grean.

Alis Grean menjinjit, merasa ragu terhadap cewek disampingnya. Apakah dia benar-benar Manusia atau malah sebuah Kamus? Pasalnya sekali cewek itu bicara selalu mengandung banyak kosakata.

"Lebay."

Mendengar penuturan Grean, mulut Gilsha mrengut. Dan untuk sekali lagi, ia membalikkan keadaan dengan berjalan mendahului Grean seperti tadi pagi.

Gilsha semakin mempercepat langkahnya menuju parkiran karena ia benar-benar kehabisan kesabaran menghadapi Grean yang seenaknya sendiri.

Sesampainya diparkiran, ia mencari-cari mobil milik Grean, namun matanya sama sekali tak menemukan keberadaan mobil itu.

"Diumpetin dimana tuh mobil!" Gilsha menggerutu.

"Gue pake motor." Sahut Grean yang ternyata juga sudah sampai diparkiran. "Lo tunggu sini biar gue ambil motornya dulu."

Telinga Gilsha menerima apa perkataan Grean namun mulutnya sama sekali tak ingin merespon.

Suara deruan motor sport itu kini menghampiri Gilsha. Tangan Grean mengulurkan helm pada Gilsha, Gilsha menerima helm itu dan langsung menaiki motor.

Dalam perjalanan, tak ada percakapan apapun diantara keduanya. Sampai akhirnya suara cacing dalam perut Gilsha berbunyi.

Gmrwwwwkkkkk..

Gilsha menggaruk tengkuknya, merasa apa yang terjadi barusan diluar kendalinya. Ya meskipun cacing Gilsha sudah dicekoki roti namun nampaknya itu masih kurang.

Jeritan cacing Gilsha ternyata mampu menerobos gendang telinga Grean, tanpa sepatah kata-pun Grean menghentikkan motornya tepat dipinggir warung tenda yang menjajakkan banyak makanan.

Hati Gilsha bersorak sorai ketika menyadari keberadaannya sekarang. "Kita mau makan?"

"Mancing."

Jawaban Grean yang asal-asalan membuat Gilsha muak, lalu Gilsha beranjak menuju warung tenda yang menawarkan Ayam Goreng Sambal Lalap.

"Ibu, saya pesen sat--"

"Dua." Kata Grean menyerubut.

Ibu pemilik warung mengangguk. "Minumnya?"

"Es jeruk!" Sahut Gilsha cepat.

"Air putih hangat." Tambah Grean.

"Baik, silahkan ditunggu pesanannya Mas, Mbak!"

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang