G&G 49 - After He Left

168 13 18
                                    

Biarlah semua berjalan apa adanya, berlalu dengan semestinya, dan berakhir dengan seharusnya.

♡♡♡

"Grean," sahut Selo.

Deg!

"Grean pergi ke LA, dia dapet Bea Siswa buat kuliah disana," Varos mengimbuhi.

Untuk kedua kalinya,

Grean meninggalkan Gilsha.

Sorry, I must Go.

Jadi, se-mudah itukah dia mengucapkan kata maaf setelah dia melakukan kesalahan yang sama?

Beginikah caranya membalas cinta tulus yang selama ini telah Gilsha beri?

Sungguh. Gilsha tak pernah menyesal membuka matanya, yang Gilsha sesali adalah ketika Gilsha menjadikan Grean sebagai alasan baginya untuk membuka mata kembali.

Bucin sekali, Gilsha. Sampai-sampai dalam keadaan koma saja, ia bisa dengan mudahnya terlena dan mencintai Grean.

Lagi.

Harusnya gue sadar, sekali pembohong akan tetap jadi pembohong!

"Sayang?" Panggil Nia, menyisir rambut hitam Gilsha yang lepek karena sama sekali belum bersentuhan dengan air, "kamu gak papa, kan?"

Gilsha menetralkan raut wajahnya yang semula begitu nelangsa, dan mencoba biasa-biasa saja meski jeritan hatinya sedang meronta untuk di dengarkan.

"I-iya, Bun," jawab Gilsha.

"Kamu kok diem, sih? Ayo dong ngobrol sama adik kamu, sama temen-temen kamu. Mereka kangen banget tau," celoteh Nia.

"Ketimbang di tinggal tidur delapan jam juga. Kangen dari mananya coba?" Gilsha menyeletuk demikian.

Semua pemilik muka di ruangan itu nampak bertautan, bingung.

Sementara Nia geleng-geleng kepala sembari menyapit gemas pipi kanan Gilsha. "Delapan jam menurut perhitungan Nobita, hm? Kamu itu tidur udah delapan hari, sayang."

Alis Gilsha merungut. "Delapan hari?"

Nia mengangguk pasti.

Ternyata delapan jamnya gue itu delapan hari ya? Miris. Kenapa gak selamanya aja?

Ceklek, pintu ruang rawat inap Gilsha terbuka. Menampilkan sosok Papa Inka, dan-

Hei? Siapa yang bersembunyi di balik punggung tegap itu?

"Burhan.." panggil Papa Inka seraya menjangkau bahu Ayah Gilsha.

Semuanya memutar badan secara kompak ke sumber suara.

"Pak Abinaya?" Heran Burhan.

"Burhan? Maksud kedatangan saya kesini, saya ingin meminta maaf kepada keluargamu perihal kecelakaan Gilsha. Begitu pula dengan Inka-" Abinaya menjeda kalimatnya.

Kemudian menggerakkan kedua pundaknya, memaksa seseorang di balik punggungnya untuk segera memperlihatkan diri.

"Ayo sayang, kamu harus berani meminta maaf," sugesti Abinaya.

Perlahan tapi pasti akhirnya tubuh mungil itu mulai muncul.

"Fatinka? Ayo minta maaf sama Gilsha," desak Abinaya kembali.

Inka diam dan hanya bisa menunduk, memainkan kedua kelingkingnya yang bersinggungan di bawah sana.

"Fatinka," geram Abinaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang