G&G 45 - Quarrel

174 17 32
                                    

Teruntuk masalalu, berhentilah menepuk punggungku. Aku tidak ingin lagi melihat ke belakang.

♡♡♡


Meskipun UN telah berlalu tapi khusus hari ini, semua siswa/siswi kelas XII tetap berangkat untuk menghadiri sosialisasi penting salah satu Universitas terkenal dari luar negri.

Tak ada yang menyia-nyiakan kesempatan emas ini karena ada program Bea Siswa juga yang ditawarkan.

Sambil menunggu acara sosialisasi dimulai, anak-anak di persilahkan berlalu lalang kemana saja asal tidak mengganggu Kegiatan Belajar Mengajar kelas XI dan X.

Keadaan di rooftop sangatlah sepi. Hanya ada tiga orang laki-laki yang tengah asik berbincang sampai akhirnya-

BUGH!

Blaarr! Tubuh itu menumbur meja dengan sangat keras.

BUGH!

Sreekk! Satu lagi, membuat tubuh itu terpental ke lantai.

Pukulan demi pukulan gencar di lakukan oleh seseorang yang jiwanya benar-benar tengah di kuasai oleh kemarahan.

BUGH! BUGH! BUGH!

Bahkan ia tidak peduli lagi terhadap kondisi lawannya yang sudah terbujur lemas di atas lantai dengan luka lebam yang memenuhi wajahnya.

"Selo! Lo apa-apaan sih?"

"Sel udah Sel!"

"SEL? LO UDAH GILA!"

Selo menyudahi tingkahnya. Kemudian ia menarik paksa kerah Grean supaya bangkit.

BUGH! BUGH!

Bukannya mendengarkan ocehan Daniel dan Varos, justru Selo kembali menghadiahi Grean dengan pukulan yang di tujukan pada perut Grean.

"SELO!" Teriak Daniel sambil mencoba menahan laju gerak Selo yang hendak menghajar Grean, lagi.

Sedangkan Varos sudah siaga di samping Grean. "Sel, Grean itu sahabat kita!"

Selo menyikut perut Daniel sampai dia bisa bebas dari cowok itu. Setelahnya, ia mengumpat. "Sahabat? Gue sih gak yakin kalo orang kayak dia masih pantes buat di panggil sahabat!"

Daniel menghardik pundak Selo sangat kasar. "Kalo ada masalah, please selesaikan dengan kepala dingin! Jangan kayak anak kecil gini!"

Selo tertawa sinis sembari menendang kursi-kursi di sekelilingnya.

Flashback On

Tak berselang lama, tubuh Gilsha bergidig saat dua telapak tangan membungkus kelopak matanya hingga semuanya menjadi gelap.

"Please come back with me."

Tangan ini,

Sentuhan ini.

"Si-siapa?"

"Do you forget me?"

Jika jantung bisa terlepas dari sangkarnya, mungkin saat ini hal tersebut akan terjadi pada Gilsha.

Berulang kali Gilsha menelan liurnya. Gilsha berharap jika ia hanya sedang berada di alam bawah sadarnya.

Diluar dugaan, Gilsha malah sudah meneteskan cairan bening lewat sepasang netranya.

Kemudian dia beralih, megambil posisi di depan Gilsha. "Apa harus selalu gue yang liat Bidadari nangis, hm? Open you're eyes!"

Gilsha menggeleng rapat bersamaan dengan tangisnya yang berubah tersedan-sedan.

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang