G&G 48 - GO?

122 19 20
                                    

Satu kata tidak pernah membenci kata yang lainnya. Mereka hanya butuh jeda agar mempunyai makna.

♡♡♡

Gilsha mengerjap-ngerjapkan mata saat rasa pening mendera hingga membuatnya terbangun dari tidur pulasnya.

Ia mendesah, lalu keningnya memberenggut saat melihat keadaan sekitar yang sangat gelap.

Kelopak matanya mendadak melebar dan Gilsha langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Tunggu..

Gue ada dimana? Bukannya terakhir kali itu gue ada di rumah Inka?-Gilsha bergumam.

Gilsha bangkit dan berdiri, kembali menyapu keadaan sekitar.

"Apa ada orang disini?" Teriaknya.

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Hanya suara Gilsha yang memantul kembali ke telinga.

"HEI! APA ADA ORANG DISINI?!" Ulangnya.

Lama-lama Gilsha merasa takut dengan situasi semacam ini.

Gilsha mencoba berlari lurus ke depan secepat yang ia bisa, tanpa mempedulikan apapun lagi. Ia hanya ingin mencari jalan keluar untuk terbebas dari tempat ini!

Namun, sejauh apapun Gilsha berlari, ujung-ujungnya stuck di tempat itu lagi.

Langkah kaki Gilsha memelan. Jantungnya menggedor hebat, keringat dari dahi-pun terus mengucur deras.

Ah, lampu! Tolong beri Gilsha lampu! Jikalau benar-benar tidak ada, lilin-pun tak apa.

Apa iya terjadi pemadaman listrik secara bersamaan di seluruh belahan dunia?

Sungguh. Tempat ini gelap.

Gelap sekali.

Temperatur suhunya juga sangat dingin, hingga mampu membuat tubuh Gilsha menggigil.

Gilsha putus asa, ia menjatuhkan badannya ke sembarang arah dan tak terasa air matanya mulai mengalir.

"Siapapun tolong gue! Gue takut, gue beneran takut!" Cicitnya dengan kepala yang tertunduk.

"Ketakutan akan menghancurkanmu, sayang."

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik,

Hi! Bulu roma Gilsha mendadak merinding mendengar suara lembut itu.

Ditambah lagi Gilsha merasa bahwa ada tangan yang membelai setiap helai rambutnya.

"Bangunlah," ucapnya yang terdengar mistis.

Gilsha semakin meringkuk, takut kalau-kalau yang barusan itu adalah kaum demit. Kuntilanak, wewe gombel, atau justru sus-

"Bangun, sayang. Jangan menyembunyikan wajah cantikmu."

Karena terlampau penasaran, akhirnya kepala Gilsha menengadah perlahan.

Gilsha memperbaiki posisi duduknya sambil mengernyit menatap wanita di depannya yang tengah tersenyum.

Dia siapa? Kenapa gue ngerasa gak asing ya sama mukanya? Rambutnya hitam bergelombang, kulitnya putih bersih. Dan bola mata hazel itu? Kayak punya gu-eh, itu kan bola mata Migrain!

Apa jangan-jangan, dia itu-

"Tante.. Erlin?"

Dia melebarkan senyumnya. Kemudian merenggut Gilsha dalam pelukannya. Mengusap kepala Gilsha penuh cinta, menyalurkan rasa kasih sayang yang menjalar ke setiap urat nadi Gilsha.

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang