G&G 47 - Incident (2)

109 16 27
                                    

Terkadang kita perlu memejamkan mata agar lebih menghargai setiap apa yang kita lihat.

♡♡♡

Bruaaaaaaaaakkkkkkk!!!!!!!

Tabrakan terjadi begitu cepat dan sulit di hindari.

Gilsha terpelanting hebat ke permukaan aspal. Kepalanya terasa semakin berat bersamaan dengan darah segar yang mengalir tiada henti akibat benturan yang sangat keras.

"GILSHA!!"

Mata Gilsha meredup.

"Bunda," satu kata itu menjadi penutup kesadarannya. Ia sudah tidak sadarkan diri.

Sementara orang-orang di sekelilingnya memekik histeris dan mulai membantu Gilsha.

Inka memaku di tempat dengan badan yang bergemetar.

Varos, Grean, Selo, Daniel, Rosi, dan Leoni menghampiri Gilsha dengan ekspresi wajah panik serta tangisan yang langsung pecah.

"Gilsha," lirih Varos seraya meletakkan kepala Gilsha ke atas pangkuannya.

Tak berselang lama, suara sirine Ambulance menggema mendekati tempat kejadian.

Segera tubuh Gilsha di angkat ke dalam Ambulance untuk di bawa ke Rumah Sakit terdekat.

***

Nia, Reon, dan Bi Inah mengabsen setiap sudut Rumah Sakit sambil bertanya kepada beberapa suster, dan ada salah satu suster yang mengatakan bahwa Gilsha masih di rawat di UGD.

Kemudian, mereka berlari-larian ke ruang UGD setelah mendapatkan informasi tadi.

Dan benar saja, di pelataran UGD sudah ada sahabat-sahabat Gilsha.

"VAROS!" Teriak Nia sembari memeluk kencang-kencang keponakannya itu.

"Tante," sahut Varos membalas pelukan Nia.

"Bagaimana ini-hiks hiks bisa terjadi? Lalu bagaimana dengan keadaan Gilsha sekarang, Var?" tanya Nia.

"Tante tenang dulu ya? Dokter sedang menangani Gilsha di dalam," jawab Varos yang berusaha tegar meski perasaan hatinya berbanding terbalik dengan apa yang di katakan.

Kehadiran Nia seakan menambah suasana kepiluan.

Grean terduduk lemas di lantai pada ujung bangku panjang yang sudah tersedia. Ia-

Menangis.

Jujur saja, Grean mati-matian menahan tangis itu tapi air matanya menghianatinya.

Rasa kehilangan yang dulu ia rasakan saat Mama Papanya meninggalkannya kembali terasa, Grean membenci itu. Sangat membencinya. Ia memukul dadanya, berharap perasaan itu akan hilang.

Grean yakin bahwa masa depannya akan baik- baik saja, "Gilsha.."

"Sabar, Gre," Daniel menepuk-nepuk bahu Grean secara perlahan.

Selo melihat ke arah Grean, senggukannya tidak pernah berhenti walau ia mencoba menutupinya dengan terus menghapus air mata yang keluar, sambil menatap pintu UGD.

Selo menyadari sesuatu, kali ini sahabat karibnya benar-benar sangat menyayangi seorang perempuan selain Mamanya.

Hal yang tidak pernah Selo lihat sebelumnya sekarang justru ia bisa melihatnya. Melihat Grean menunjukkan sisi rapuhnya.

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang