G&G 33 - Jealouse? Is it true?

117 17 20
                                    

Beberapa saat yang lalu murid-murid SMA Merdeka satu per satu mulai berdatangan dengan menggandeng wali murid.

Enam bulan mengampuh materi, semuanya akan di-pertanggungjawabkan hari ini juga, dan muka menjadi taruhannya.

Gilsha sempat berpikir mengenai nasib seperti apa yang nanti akan menyentilnya tatkala Ayahnya yang mengambil Raport.

Gadis tembam itu harap-harap cemas, semoga saja kali ini nasibnya mujur? Atau malah.. babak belur? Hi!

"Sumpah, kalo liat Varos dan Yolla bawaannya gue keinget mulu deh sama Nobita dan Shizuka!"

Seperti biasanya, suara cempreng Daniel-lah yang selalu memusnahkan ke-terdiaman di antara delapan makhluk hidup yang tengah bersandingan disini.

Di rooftop sekolah.

Gilsha baru mengetahui bahwa Grean dkk. ternyata mempunyai markas lain selain di kantin.

Keadaan di rooftop cukup unik dimana banyak furniture sisa yang dirombak oleh kakak-kakak kelas terdahulu menjadi tempat nongkrong yang bisa di bilang nyaman.

Seperti saat ini, mereka ber-delapan sedang duduk melingkar menyesuaikan meja bundar salah satu hasil rombakan kakak kelas.

Varos menoleh ke arah Daniel. "Kok gitu?"

"Ya secara nih ya, prestasi lo itu cetek banget dalam pelajaran, Var! Sedangkan Yolla? Dia kayaknya pin--"

"HO'OH, PINTER MEMANFAATKAN TUGAS DAN JAWABAN MILIK TEMAN!" Seloroh Rosi menabrak ucapan Daniel.

Kemudian Yolla memandangi Rosi dengan kening berkerut. "Lo ngomongin gue apa ngomongin diri lo sendiri?"

"Emang kamu suka nyontek beb?" Tanya Daniel kepada Rosi.

Rosi menggosok-gosok pelipisnya, merasa menyesal membuka kedok Yolla karena sejujurnya ia dan Yolla sebelas duabelas. "Kadang, sih."

Inka menyemburkan tawanya. "Sesama pencontek juga, masih aja saling menjatuhkan!"

Melihat Inka tertawa membuat Selo jadi senyum-senyum sendiri dan berinisiatif untuk bertanya. "Lo gak pernah nyontek ya, In?"

"Enggak lah, gue mengandalkan otak gue sendiri dong!" Gagas Inka songong.

"HEBAT!" Kata Selo terkesan memuja Inka.

"Ganti topik ah, kasihan yayang gue di serang mulu sama pasukan gonteng!" Seru Daniel.

"Bukannya yang duluan ngangkat bendera perang itu lo sama Rosi ya? Gak usah belagak jadi kroni yang paling terhakimi deh." Sunggut Varos membela dirinya dan Yolla.

"Mukanya pada tegang banget?"

Kalimat tanya tersebut bersumber dari suara yang di hasilkan oleh pria ber-jas hitam. Mau tak mau hal tersebut menyita perhatian ke-delapan anak itu.

"Eh, Papa?" Ujar Inka kaget saat Papahnya-Abinaya menghampirinya di rooftop.

Abinaya tersenyum tipis. "Kamu dapat peringkat satu."

"Beneran?" Kata Inka masih tak percaya.

"Iya, sayang."

"Syukurlah waktu belajar Inka gak kebuang sia-sia! Oh iya, Pa! Ini Grean, temen Inka itu lho yang suka nganter jemput Inka." Ucap Inka mengenalkan Grean pada Abinaya.

Grean menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. "Grean, Om."

Abinaya menatap Grean dengan teliti sebelum akhirnya tangannya menjabat balik tangan Grean. "Saya pernah lihat kamu di kantornya Pak Bayu!"

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang