G&G 30 - Luka lama

104 17 6
                                    

Grean termenung, namun beberapa detik kemudian kedua tangan Grean mencekal pundak Gilsha dengan kencang. "Ada satu orang yang menurut gue adalah pela--"

Praaangg!!

Entah kapan bongkahan batu berukuran sedang yang berbalutkan kertas putih itu melintas dan akhirnya menabrak kendi tua yang dijadikan vas bunga, kendi itu-pun kini sudah pecah.

Grean dan Gilsha terkejut, Grean ingin mengejar orang yang melempar batu itu tapi gerakannya dicegah oleh Gilsha.

"Jangan." Pinta Gilsha.

Grean membuang napas berat, lalu mengambil batu itu dan dibacanya tulisan yang terdapat di kertas putih.

Gue tau semuanya. Mulai dari lo yang dianterin doi sampe dikasih boneka. Jangan kira gue udah lupain masalah kita, Magilsha!

"Sialan! Muka topeng ternyata dia!" Umpat Grean.

"Apaan sih, Migrain?!"

"Dalangnya Leoni!"

Segera Gilsha merebut kertas putih itu dari Grean dan ia membacanya.

Jujur, Gilsha kaget tapi ia tak percaya mengenai tuduhan Grean. "Enggak! Gue gak percaya!"

"Lo gak percaya? Tapi itu buktinya, Gilsha!"

"Hati gue mengatakan kalo pelakunya bukan kak Leoni."

"Apalagi yang bu--"

"Dan gue yakin sama apa kata hati gue!"

"Oke, kalo kita mau jadiin hati lo sebagai patokan, berarti secara logikanya ada orang yang mencoba meng-kambing hitamkan Leoni untuk tujuan pribadinya nyakitin lo."

"Iya lo bener, Migrain. Tapi siapa? Gue berasa gak punya musuh disekolah."

"Hm. Lagian ngapain sih lo ke gudang?"

"Tadi gue ngejar cowok ber-sweater coklat susu yang selama ini gue cari."

Kelopak mata Grean membelalak. "Cowok ber-sweater coklat susu? Yang bener aja lah, dia gak mungkin muncul kalo belum waktunya."

Dahi Gilsha mengerut. "Maksud lo?"

***

Setelah kejadian di gudang, Grean mengantar Gilsha pulang ke rumah tanpa memberi tahu kepada sahabat mereka masing-masing.

Mobilnya berhenti tepat didepan pintu utama rumah Gilsha.

Grean menoleh ke samping dimana Gilsha duduk, namun alangkah tersentaknya Grean menangkap buih-buih bening yang berasal dari pelupuk mata Gilsha mengucur deras.

"Kenapa lo nangis?" Tanya Grean sedikit khawatir.

"Gue.. Gue gak papa." Kilah Gilsha.

Ibu jari Grean merambah muka Gilsha lalu menghapus buih-buih bening itu. "Lo gak usah takut, ada gue disini."

Hh, Please Migrain! Perlakuan lo yang kayak gini sama sekali gak sehat buat jantung gue!

"Udah, cepetan turun, dan langsung istirahat!" Perintah Grean.

"Lo gak mampir?"

"Mau banget gue mampir?"

"Ng.. Maksud gue, rambut lo kan masih berantakan dan bau, lo bisa mampir buat bersihin itu semua."

"Gak perlu."

"Tapi--"

"Cepetan turun, Magilsha!"

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang