G&G 37 - Terkuak (2)

137 17 27
                                    


"Apa yang membuat lo jatuh cinta ke gue?"

Grean melepaskan pelukannya. "Banyak." Jawabnya sembari menampilkan senyum tulus.

"Migrain, gue serius!"

"Gue juga serius, emang banyak kok yang bikin gue suka sama lo. Kalo gue nyebutin satu per-satu, mungkin baru akan selesai besok."

Gilsha mencubit lengan Grean.

"Aw, sakit!" Cicit Grean.

"Gue bukan kardus!"

"Kardus? Apaan tuh?"

"Korban modus!"

Grean tertawa. "Siapa juga yang modus?"

Gilsha berdecak. "Aduh jawab aja sih pertanyaan gue, kok malah jadi ngomongnya muter-muter gini kayak di Bundaran HI!"

"Em, gimana ya? Mungkin kalo lo di ibaratkan sebagai Mcd, lo adalah paket komplit!"

Gilsha menjulingkan mata, jurus andalannya ketika bingung. "Gak sekalian paket hemat?"

"Enggak, lah. Di liat dari perawakan lo, kayaknya lo gak hemat deh, apalagi soal makan."

Gilsha membuang muka kala Grean mengejeknya. Tak lama kemudian, kedua tangan Grean menjangkau pundak Gilsha untuk menghadapnya.

"Salah satu alasan yang paling menonjol kenapa gue suka sama lo adalah.."

"Adalah?"

"Karena lo mirip Mama gue." Ucapnya seraya mengacak-acak rambut Gilsha penuh sayang.

Duh, yang di acak rambut kok yang berantakan hati gue ya?

"Oh ya?" Tanya Gilsha dengan nada yang tak yakin.

Grean bergerak maju beberapa langkah untuk lebih dekat dengan permukaan danau.

Menenggelamkan kedua tangan di saku kiri dan kanan celananya.
"Iya, Mama itu orangnya bisa menempatkan diri. Dalam artian tuh, tau saatnya marah, saatnya becanda, saatnya galak, saatnya lembut, saatnya tegar, saatnya sabar. Dan lo, persis kayak Mama gue,

percaya gak percaya, semenjak Mama meninggal gue merasa kalo gue hidup dengan separuh hati gue karena yang separuhnya lagi udah di bawa pergi sama Mama,

dan saat gue ketemu lo, kenal sama lo, separuh hati gue yang di bawa Mama perlahan-lahan mulai kembali dan menjadi utuh lagi."

Gilsha meneguk paksa air liurnya. "Jadi, Mama lo itu udah--"

"Iya, Mama gue udah meninggal." Potong Grean. Lalu sepasang mata lasernya menghunus ke atas, memandangi awan putih yang berjalan lamban.

Gilsha menghela napas. "Apa untuk sekarang lo udah siap cerita?"

Grean menoleh ke arah Gilsha di selingi anggukan.

Flashback On

Bocah laki-laki yang kurang lebih ber-umur 13 tahun ini tengah menghabiskan waktu liburan bersama Mama tercinta-nya di salah satu Resort terkenal di Ibu Kota.

Dan kini, mereka berdua tengah menyantap hidangan yang beberapa menit lalu baru saja di pesan.

"Gimana, Dev? Spagetti Bolognize-mu enak?" Tanya Erlin-Mamanya.

"Seperti biasa, Ma." Sahut Devan.

"Apa kamu senang Mama ajak kesini?"

"Banget, Ma. Kalau gini, Devan akan lebih giat lagi belajarnya seperti keinginan Papa supaya Devan bisa jalan-jalan terus. Tapi sayang ya, Ma? Papa gak bisa ikut." Kata Devan dengan raut wajah sendu.

Grean&GilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang