F L A S H B A C K
April, 2018.
"Mas, saya boleh duduk disini?" tanya seorang gadis cantik dengan rambut hitam yang panjang.
Lelaki yang dipanggilnya menoleh. "Boleh. Emang lo gak risih gue ngerokok?"
Gadis itu hanya tersenyum. "Gak kok. Aku bawa masker."
Gadis itu memakai masker yang dimaksud, lalu menatap lelaki di depannya. "Aku Shireen, kamu?"
"Juna."
Setelah itu lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan mengangkat telfon masuk.
"Halo, ma? Hah? Papa? Kok bisa ma?"
"Iya iya! Juna ke rumah sakit sekarang."
Juna melirik Shireen yang menatapnya. "Lo ga beli apa-apa lagi kan?"
Shireen menggeleng. "Cuman susu kotak ini doang."
"Ikut gue."
Akhirnya Shireen ikut dengan Juna ke rumah sakit. Shireen pikir mungkin papanya yang sakit karena dia mendengar ucapan Juna diponsel tadi.
"Jun, aku mau dibawa kemana?"
"Rumah sakit."
Shireen melirik Juna kembali. Sekarang dia duduk di kursi samping pengemudi. Dia menatap wajah Juna yang tampan dari samping.
"Gak usah diliatin, gue emang ganteng."
"Hilih."
"Kalau boleh tau, kenapa kamu ke rumah sakit?" tanya Shireen.
"Papa gue sakit."
Shireen hanya mengangguk saja, lalu dia teringat sesuatu.
"Kamu anak Pancasila juga kan?"
Juna mengangguk. "Kelas apa?" tanya Shireen, lagi.
"XI-IPS 3."
Shireen mengangguk. "Sebelahan dong, aku IPS-2. Salam kenal."
Lagi, Juna mengangguk lagi. Shireen hanya diam menatap jalanan yang untungnya saja lancar.
"Nanti lo pura-pura jadi pacar gue ya? Gue males dijodohin lagi."
Shireen terkejut. "Masih SMA, udah dijodohin?"
Juna mengangguk lagi. Shireen hanya menghela nafas pasrah saja. Dilihat rumah sakit sudah dekat. Juna memarkirkan mobilnya dekat ruangan UGD.
"Reen, lo ikut gue. Tapi gue duluan ya."
Satu hal baru yang ada dipikiran Shireen. Bukan hanya ganteng, tetapi dia juga tidak peka.
Shireen menghela nafas. "Ya. Aku bisa sendiri."
Dia menyusul Juna yang berlari ke arah ruang UGD. Ada seorang wanita cantik yang mungkin dipikiran Shireen adalah mamanya, ah jangan lupakan gadis kecil disebelah mamanya.
"Hallo, tante!" sapa Shireen yang sedikit terengah-engah.
Wanita itu menoleh. "Ya? Kamu siapa?"
"Aku, ah–"
"Pacar Juna, mah."
Wanita itu sedikit terkejut karena ucapan Juna yang memotong jawaban Shireen. Namun beberapa saat kemudian tersenyum.
"Jangan jodohin Juna terus mah. Juna bisa cari pacar sendiri."
Mei, 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur