Aladdin sudah tayang di bioskop. Dan itu adalah salah satu film favoritnya Selinne. Tapi satu yang bikin dia bingung, nontonnya sama siapa?
Selinne mencoba mengajak sepupunya –Jeka, tetapi sepupunya itu sudah pulang kampung duluan.
Mau ajak Abangnya –Wonu, tetapi dia sibuk bekerja. Alhasil Selinne uring-uringan sendiri di kamarnya.
Ting!
Selinne buru-buru mengambil ponselnya yang sempat ia banting karena melihat Eryn dan Jave sudah menonton Aladdin duluan tanpa mengajaknya.
Marvin: Aladdin udah tayang, mau nonton?
"ANJIR APAAN DIAJAK NONTON MANTAN!?" teriak Selinne.
Selinne: Kapan?
Marvin: Tahun depan, ya sekarang
Selinne: Lawak lo
Marvin: Jadi, mau gak?
Selinne: Males, nanti mak lampir labrak gue.
Selinne: Sorry, Meyza maksudnya, eh apa Yessi?
Marvin: Ck, gak akan
Selinne: ydh
•C A B U T•
Saddam sudah sekuat tenaga untuk menahan dirinya tidak membatalkan puasa. Setiap lantai mall ini pasti saja ada tempat makan atau minum.
Dia menyesal meninggalkan Lucy dan memilih pergi duluan. Jika tau akan begini, dia memilih menjemput Lucy walau harus menunggu satu jam.
"Anjir lah, godin aja gitu ya?" gumam Saddam.
Baru saja Saddam melangkah ke Mcd, dia memutar balik badannya.
"Gak boleh. Nanti neng Lucy marah. Mending ke time zone aja lah gue."
Setelah mengisi ulang saldo kartu time zone, Saddam memilih bermain basket yang berada di pojok dan dekat dengan tempat karaoke.
"Ga seru anjir main basket sendiri, biasanya sama Lucy," gumam Saddam.
"Dih, kakak gila ya ngomong sendiri?" tanya anak kecil sebelah Saddam.
"Heh bocah, maksud lo apaan?"
Anak kecil itu tertawa. "Kakak yang apaan? Kakak ngerasa gila? Makanya kakak sewot gitu."
"Gak ya anjir! Orang gue ngomong sendiri."
"Nah, itu orang gila namanya!"
Saddam tidak menanggapi omongan anak kecil itu, dia melempar bola terakhirnya dengan keras hingga bola itu memantul keluar cukup jauh.
"ANJIR TERLALU KERAS."
Anak kecil di sebelah Saddam tertawa melihat kelakuan Saddam. "SINTING KAK. MAKANYA KALAU BARU PUTUS JANGAN MAIN BASKET DISINI, TAPI DI LAPANGAN."
Saddam menatap sinis anak kecil itu, lalu mengejar bola yang sudah jauh keluar dari area time zone. Beberapa pengunjung menatap Saddam heran dan ada juga yang tertawa melihat Saddam.
Bola basket itu berhenti di kaki seseorang yang Saddam yakin itu adalah kaki perempuan. Tapi di sebelah kaki perempuan itu ada kaki lelaki.
Perempuan itu mengambil bola yang berada di dekat kakinya, lalu berjalan ke arah Saddam yang tak jauh berada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Novela JuvenilKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur