Desember - Januari.
Malam pergantian tahun sekarang Javier memilih untuk ikut bersama Alaska pergi ke kafe tempat mereka nongkrong.
Entahlah untuk apa, tetapi karena dia sedang mood pergi-pergian jadi yasudahlah. Sebenarnya ini kafe milik tante Alaska yang bisa dipakai kapan saja.
"Ka, ajak siapa sih lo?" tanya Javier.
Alaska menoleh. "Si Shilla sama Dira. Kenapa?"
Javier diam. Tidak menjawab dan memilih memainkan ponselnya. "Vir, lo deket sama Shilla, kan?" tanya Alaska.
"Kaga, deket biasa kayak lo sama dia."
"Pernah mandi bareng dia?" tanya Alaska polos.
Javier tersedak minumannya. "Kaga lah! Gila aja lo."
Alaska terkekeh. "Lagian, gue sama dia pernah mandi bareng."
"Waktu kecil," lanjutnya.
"Hai Alaska! Javier!" sapa Shilla dan Aldira.
Yang disapa hanya tersenyum, dasar manusia dingin.
"Ka, mau makan dong. Laper nih," ucap Shilla.
Alaska mendengus. "Kebiasaan lo, sifat bossy nya keluar kalau sama gue doang."
"Ngaca. Lo juga bawelnya keluar waktu sama kita doang," bela Shilla.
Aldira hanya tertawa. "Kalian udah laporan sama pacar kalian?"
"Gue udah bilang Nabella kok. Lagian dia di luar kota," jelas Javier.
Shilla mematikan daya hapenya. "Gue baru bilang Candra kok," jawab Shilla.
Alaska menatap Javier, lalu menarik Javier ke arah pelayan dekat pintu masuk. Pukul setengah dua belas malam tetapi kafe ramai pengunjung.
Setelah memesan makanan. Alaska mengajak Javier duduk dikursi dekat jendela.
"Vir, inget kan rencana kita?" tanya Alaska.
Javier mengangguk. "Inget, semangat bro! Jangan ngejauh lagi."
Alaska mengangguk, lalu keduanya kembali ke tempat duduk mereka.
"Shil, rooftop yuk!" ajak Javier.
Shilla mengangguk. "Ayok."
"Tenang Shil, makanan nanti dianterin kesana. Gak usah takut," ucap Alaska.
Shilla hanya menyengir, lalu berjalan ke rooftop. Mereka duduk di kursi yang ada di rooftop, sepertinya sengaja disimpan disini.
"Javier, dari 2018 ke 2019 ini. Main truth or truth yuk?" ajak Shilla.
Javier mengangguk. "Ayok!"
Suara pintu terbuka, muncul dua orang, dengan kembang api ditangan Alaska yang siap untuk dinyalakan.
"Ka, ada berapa kembang api tuh?" tanya Shilla.
"Empat."
"Makanan mana?"
"Astaga, bentar lagi dibawain. Sabar elah," jawab Alaska.
Shilla mendelik, lalu menarik Aldira untuk menjauh dari Alaska dan Javier.
"Dir, gue mau jujur-jujuran sama Javier."
"Terus gimana? Lo mau jujur semuanya?" tanya Aldira.
Shilla mengangguk. "Bego ah, tadi katanya gamau ikutin saran gue untuk jujur-jujuran. Tapi sekarang saran gue mau dipakai," cibir Aldira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Roman pour AdolescentsKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur