SCROLL DULU, DOUBLE UP!
—
Helen melepas kacamatanya, melihat pemandangan di depan matanya. Matahari mulai tenggelam, membuat pemandangannya menjadi sangat indah.
Dia mulai duduk, menikmati pemandangan di depannya.
"Helen?"
Suara berat lelaki itu, membuat Helen menoleh ke belakang. Bibirnya tersenyum, "hai? Sini."
Lelaki itu duduk disamping Helen. Mulai menikmati pemandangan didepannya.
"Ngapain disini?" tanyanya.
Helen melirik. "Gapapa, enak tau liat sunset gini. Kapan lagi coba?"
Lelaki itu terkekeh, membuka kemeja pendeknya, menyisakan kaos putih yang menjadi dalamannya.
"Anginnya gede nih, pake," ucap lelaki itu, sembari memakaikan kemejanya di pundak Helen.
Helen terkejut, memalingkan wajahnya dari lelaki itu. "Thanks ya, Sam."
Samuel mengangguk, lalu terdiam. Memandangi pemandangan didepannya. Helen disebelahnya diam-diam melirik Helen. Menikmati wajah tampan Helen dari samping.
Samuel menghela nafas. "Gue nyesel. Gak ajak Embun kesini. Padahal pemandangannya bagus banget."
Helen terkejut, kemudian dia mengangguk. "Ghiffar juga, malah enak-enakan tiduran di sofa ruang tamu."
"Aku disini, tapi kayaknya kamu seru banget ya sama Samuel disini?"
Helen menoleh, mendapati Ghiffar yang berdiri tak jauh darinya. Menatap tajam Helen yang duduk disebelah Samuel.
"Anget ya, pake kemeja Samuel?" sindir Ghiffar sarkas.
Helen yang peka terhadap sindiran itu langsung melepas kemeja Samuel, memberikan kepada pemiliknya.
"Thanks Sam," ucapnya, lalu menghampiri Ghiffar.
Ghiffar mendecih, menarik Helen pergi dari pantai.
"Salah paham nih."
***
Halaman belakang villa sudah didekor oleh mereka semua. Memang malam ini akan ada pesta kecil-kecilan.
Selinne sudah sibuk mencicipi berbagai macam makanan. Padahal mulutnya sudah penuh dengan sosis bakar.
Hema menggeleng pelan. "Santai, masih banyak makanan."
Selinne mendelik, menghiraukan Hema disampingnya.
Disudut halaman, Jave diam tak minat dengan Ghiffar duduk disebelahnya.
"Jave, gue bingung deh. Kalau udah gak nyaman, kenapa masih dipertahanin gitu kan?"
Jave mengangguk. "Iya, gue juga bingung."
"Gue pengen nyerah aja."
"Eh goblo! Gak gitu juga kali."
Belum Ghiffar menjawab, panggilan Juna terdengar, menyuruh mereka berkumpul.
Juna menatap Jave, Eryn, Ghiffar, dan Helen bergantian.
"Kalian berempat ada masalah, kan?" tanya Juna.
Jave mendelik, "ini masalah gue. Gak ada sangkut pautnya sama anak CABS KUY."
"Oke, kalau mau lo gitu," jawab Juna, "kalau lo, Ghiffar. Itu urusan anak CABS KUY."
Ghiffar mengangkat alis. "Maksud lo?"
"Emang gue gak tau, lo ada masalah sama Samuel. Makanya daritadi kalian jaga jarak," jelas Juna, "cuman karena Helen sama Samuel berduaan di pantai," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur