Semua anak CABS KUY IPS berkumpul di rumah Arkyla. Bukan untuk bermain game atau ber gossip. Tapi untuk belajar bersama karena hari Senin nanti akan diadakan UKK yang artinya mereka akan naik kelas.
Bagaimana dengan Rafeyza Selinne Douma yang sedang berpacaran dengan kelas dua belas, yaitu Marvin Kaesang atau yang biasa dipanggil Kak Marvin. Hubungan mereka sejauh ini masih baik-baik saja walaupun ada seseorang yang selalu mendoakan mereka putus.
Keadaan ruang keluarga di rumah Arkyla Deolinda sudah tidak karuan karena bungkus kuaci berserakan. Kyla hanya bisa pasrah saja rumahnya jadi kapal pecah.
"HEMA, JAVERRI, SADDAM ITU BERESIN LAGI DONG KUACINYA! JANGAN DILEMPAR-LEMPAR. KALAU KAK DOMI TAU GUE BISA DIMARAHIN NIH," teriak Kyla.
Selinne memejamkan matanya ketika jidatnya yang tidak berponi terkena kuaci. "YANG LEMPAR KUACI SIAPA?! NGAKU GAK LO?!"
Hema bersembunyi dibalik Juna. "TAH SI HEMA!" teriak Jave.
"BUKAN GUE!!"
"Bodo anjer. Tau gini gak gue jepit ini poni, mana poni tanggung," dumel Selinne. Shireen disebelahnya mengelus-elus punggung Selinne.
"Harusnya gue sekarang malmingan sama Kak Marvin," lanjut Selinne.
Juna melirik Shireen. "Untung gue belajar sama Shireen."
"GAUSAH BUCIN!" teriak Kyla.
Rafka terbangun karena Kyla teriak tepat disebelahnya. "Berisik." Lalu Rafka melanjutkan tidurnya.
"Buset, Rafka pelor banget sih," ucap Shireen.
"Emang gitu kali Reen, kayak yang gatau aja elah," jawab Hema sembari memakan kuaci, sekali-kali melempar untuk menganggu Selinne.
"Eh, si Embun jadi kesini gak sih?" tanya Eryn yang sedari tadi pusing karena tidak mengerti rumus-rumus yang ada di bukunya.
"Gatau tuh, katanya iya sama si Samuel."
Mata Eryn langsung berbinar mendengar nama Samuel. "YES! AKHIRNYA ADA SAMUEL. GUE MAU NANYA RUMUS MATEMATIKA INI NIH. PASTI SAMUEL JAGO MATEMATIKA NYA."
"Jangan menel kamu, Ryn," ucap Javerri.
"Lah bodo amat, bodo amat lah."
Saddam melempar kuaci ke Eryn. "Samuel udah ada pawangnya."
Mendengar ucapan Saddam, semuanya langsung melihat ke arah Saddam, kecuali Rafka yang sedang tidur di sofa.
"Siapa?"
Saddam hanya tersenyum miring saja melihat teman-temannya yang penasaran.
•C A B U T•
Ruang 23 sangat ricuh karena Hema yang sedari tadi meminta jawaban kepada siapapun. Sebenernya Hema tau jawabannya, namun tidak yakin dengan jawabannya sendiri.
"Kyl! Nomor 25 apa?" tanya Hema.
Kyla menoleh. "Bacot! Jawabannya D."
Sedangkan Saddam, dia memilih mencari jawaban di google saja.
"Ucapkan 'Ok Google' –"
"Waduuu."
"Hape siapa tuh."
"Anjir keciduk mampus."
Saddam yang melihat reaksi temannya langsung menutupi mukanya dengan jaket yang dia bawa. Sedangkan Kyla disebelahnya hanya tertawa melihat kelakuan temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Dla nastolatkówKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur